Sembara kini menguburkan jasad wanita malang ini, kini Sembara harus mencari 3 orang sekaligus, yakni Putri Gea, Amanda dan Putri Feli kemenakannya, anak dari mendiang Felicia dan Pangeran Dipa.Untunglah dia sudah dapat gambaran di mana kuil yang di maksud Alfred, Felicia sempat mengatakan dengan suara terputus-putus, letaknya di bagian barat dari sini dan tempat itu berada di sisi Bukit Sepaku.Awalnya Sembara ingin bertanya pada tetangga Felicia, kenapa si gadis bule ini sampai berada di kampung ini bersama putrinya dan dimana ayahnya Tuan Fernando, namun ingat nasib Amanda, Sembara memutuskan pergi cepat menuju kuil yang di maksud tersebut.“Aku selamatkan Amanda dulu, baru menyelidiki anakku dan kemenakanku itu,” batin Sembara yang terus berlari bak terbang menuju ke bagian barat, ke bukit sepaku.Setelah 3 hari berlari siang malam, istirahat kecuali pas lapar dan mengantuk Sembara akhirnya sampai juga di sebuah kuil tua di sisi Bukit Sepaku.Sembara tak mau buru-buru masuk ke ku
“Maaf Ki Sasak…?” namun ucapan Sembara terpotong oleh Ki Sasak.“Udah nggak usah cerita, aku tahu semuanya kalau istri ke 4 kamu ini sedang sakit, kalau dulu istri pertamamu si lesung pipit Ranina karena minum racun, yang ini beda, dia depresi, bukan karena racun. Kamu bantu nyalakan api, aku coba mengobatinya!” ceplos Ki Sasak, sambil terlihat memilah-milah dedaunan obat. Ki Sasak lalu meminta Sembara membalikan tubuh Amanda, dan membuka jubah bagian punggung yang putih bak salju, lalu si raja tabib yang misterius dan ahli meramal ini mulai menusuk-nusukan jarum seperti akupunktur ke 5 titik di punggung putih Amanda.Amanda sempat mau protes, tapi pijatan lembut di leher yang dilakukan Ki Sasak membuat dia bak tertidur, juga kala sebuah totokan lembut Ki Sasak di kepala, Amanda yang tadi matanya agak liar, kini terlihat jinak dan tak lama diapun terlihat seperti ngantuk.Ramuan yang di masak di atas api yang dibuat Sembara tadi kini sudah mendidih dan baunya harum sekali, tak kalah
Selama 3 hari berturut-turut ramuan berasa harum kopi itu selalu rutin di minum Amanda, dan selama itu pula Sembara mulai mengajarkan ilmu silat buat gadis bule yang sempat hamil dengannya namun keguguran ini.Awalnya tujuan Sembara agar Amanda bisa menjaga diri, ternyata Amanda sangat berbakat sekali, sehingga dia dapat mengikuti petunjuk silat yang Sembara ajarkan.Tepat hari ke 4 Amanda benar-benar mens, dan keluarlah darah merah kehitaman, Amanda sampai mengeluh mulas sekali perutnya sebelum darah hitam itu keluar bercampur darah mens, setelahnya mensnya lancar dan tidak berasa sakit lagi. Amanda kini mulai gemuk lagi badannya, karena makannya lancar, bahkan dari hari ke hari wajahnya kembali ceria dan cantik lagi.Amanda juga lebih suka berpakaian ala orang pribumi, dia kini makin nyaman dengan baju itu, tidak mau lagi berbaju ala orang barat.Dan yang membuat badannya makin gemoy lagi, yakni berkat setiap hari rutin latihan silat yang diajarkan Sembara, sehingga dengan makin
Di suatu pagi yang cerah, langit bersinar terang, seorang gadis cilik cantik terlihat berlatih silat seorang diri di halaman belakang sebuah rumah besar yang mirip Istana.Tanpa si gadis cilik ini sadari, sejak tadi kelakuannya dipantau dua orang wanita berbaju hitam.“Putri Gea, jangan kelamaan latihan, nanti siang kita mau jalan ke Istana, ada acara selamatan ulang tahun putra mahkota,” terdengara suara seorang wanita dari dalam Istana kecil.“Iya bibi Ohin, Gea sebentar lagi selesai latihannya,” teriak si bocah jelita ini.Namun itu teriakan terakhirnya, setelahnya Putri Gea terkulai setelah di totok salah seorang wanita berbaju hitam itu, lalu dia di pondong dan menghilang dalam sekejab di jalanan yang saat itu belum begitu ramai.Putri Ohin kemudian keluar lagi dan dia bingung keponakan cantiknya menghilang, berkali-kali Putri Ohin bersama anaknya yang juga sepupu Putri Gea, Pangeran Jawat yan usianya 2 tahun lebih tua memanggil-manggil, tapi Putri Gea tetap tak menyahut.Gegerla
“Kakek hebattt…kek ajarin Gea ilmu tadi, bikin pedang berubah jadi ular, sama melempar pedang itu…!” “Hehehe-…gampang itu cucuku, tapi bagaimana kalau ayah dan bunda kamu marah, kalau kamu ikut kakek?” “Biarin, paling marahnya bentar ajahh, pokoknya aku mau belajar dua ilmu itu dengan kakek hingga tamat!” “Huhh kayak buku aja tamat, nggak bisa sebentar butuh waktu lama, emank kamu mau ikut bersama kakek tinggal di hutan dan gua atau di rumah penginapan butut bertahun-tahun!” “Ga-papa, yang penting Gea bisa ilmu itu, ehh selain itu kakek bisa apalagi sih, jangan-jangan hanya dua ilmu doank, capeee dyehhh..!” Si kakek aneh ini malah terkekeh dan entah mengapa dia bak bertemu cucu sendiri, hingga tak marah dengan olokan Gea, dia seakan hidup lagi bertemu putri mungil cantik jelita yang ceria ini. “Nih lihat, kakek akan ajarkan kamu ini!” tiba-tiba si kakek mengambil air minum di dalam guci kecilnya dan di lempar ke atas, lalu bersiutan lah angin luar biasa dinginnya, Putri Gea sampa
Ki Jenggot membawa Remibara sangat jauh dari negeri Hilir Sungai, dia ngeri kalau sampai Prabu Sembara, ayah dari anak kecil tampan ini menyusulnya.Apalagi saat melihat bagaimana murkanya sang prabu itu sampai berputar-putar mencarinya, untung saat itu Ki Jenggot dan yang lain-lain bersembunyi.Andaikan masih lari pasti akan terkejar Sembara yang luar biasa marahnya. Bahkan saking murkanya, mereka semua melihat Sembara memukul air sungai dan semuanya takjub dan melongo, karena air sungai kecil itu langsung membeku dan setelahnya memukul sebuah batu sebesar 5X gajah yang langsung jadi debu.Saat itu mereka semua, Ki Pandit, Ki Sohail, Ki Jantra, hingga Ki Jenggot, termasuk 5 Serigala Meratus bersembunyi di sebuah gua kecil, mereka semua menahan nafas sehingga Sembara tak berhasil menemukan musuh-musuhnya ini.Kenapa mereka harus bersembunyi?Karena semua sudah terluka dalam ketika bertarung dengan Malaki, kalau mereka nekat melawan Sembara, sama dengan mati konyol.Setelah yakin Semba
Putri Gea pun minggir, entah mengapa Putri Grea malah berdiri di dekat Remibara, keduanya terlihat cuek-cuekan saja, padahal jarak mereka dekat sekali, Remibara lebih tinggi setelinga dari Putri Gea.Tentu saja keduanya tak pernah tahu kalau bersaudara, sama-sama anak-anak Sembara beda ibu, usia mereka beda setahun, Remibara jelang 11 tahun dan Putri Gea hampir 12 tahunan.“Kira-kira siapa yang menang,” Remibara duluan ngajak bicara, tapi matanya melihat dua orang yang kini sudah bersiap bertarung.“Tentu guruku donk, dia hebat, ahli sihir, ahli terbang dan bisa bikin air jadi es, lihat saja!” sahut Putri Gea sambil mengangkat dagu.“Gitu ya…baiklah kita lihat, apakah si Jenggot kalah melawan si kakek kurus cebol,” sahut Rembara cuek, bak orang dewasa.“Ih kamu cowok apa cewek sih, jangan-jangan cewek berbaju lelaki,” Putri Gea kini menatap Remibara.“Hmmm…laki-laki lah, apa perlu aku buka celanaku!”“Ihh najissss, lelaki kurang ajar kamu!” Putri Gea langsung kumat penyakit marahnya.
Itulah pemandangan rutin setiap minggu atau 2 minggu sekali yang Remibara saksikan dari Ki Jenggot, yang sungguh-sungguh mengajarinya ilmu-ilmu silat laur biasa yang dimilikinya.Sebagai salah seorang tokoh jahat, Ki Jenggot tak pernah mengajarkan ahklak yang baik buat Remibara, untungnya anak kecil yang mulai beranjak remaja ini masih bisa memilih untuk tak sembarangan turun tangan kalau membunuh orang, beda dengan Ki Jenggot.Darah ayah dan kakeknya rupanya lebih kuat dari darah masalalu ibunya Putri Remi yang sempat tersesat, ataupun ajaran menyimpang dari Ki Jenggot.Tapi akibatnya, sifatnya jadi cuek dan keras hati, serta hanya membawa sesuatu yang diyakininya benar.Dan kelakuan Ki Jenggot kadang merusak alam bawah sadarnya, erangan dan suara-suara bercinta membuat pikiran Remibara puyeng sendiri.Sejak usia 10 tahun mendekati 11 tahun dan kini jalan 13 tahun, Remibara bak melihat pelajaran yang jauh dari kebenaran dari gurunya ini. Namun soal kesaktian, Remibara luar biasa maju