“Ceritalah Nyi, biar paduka tahu apa yang terjadi dengan kamu dan siapa ayah dari Putri Gea ini!” kembali Ki Sapuan bersuara lembut.Prabu Sembara turut menganggukan kepala mendengar ucapan Ki Sapuan, karena ia pun penasaran.“Baiklah…pertemuan yang tak di sangka-sangka ini memang sudah jalannya Tuhan, dan hari ini aku memang harus terbuka, Ki Sapuan nggak usah kemana-mana, karena sampian sudah aku anggap orang tuaku sendiri!” Nyi Padmasari lalu kembali menghela nafas panjang dan mulai bercerita.Setelah dulu bertemu Sembara yang saat itu bersama Ranina, Sembara dan Nyi Padmasari lalu kembali merajut cinta setiap kali ada kesempatan bersama.Tak di nyana saat bersama mereka sempat kepergok Ranina dan Sembara lalu mengejar Ranina yang bertemu musuh hebat, yang ternyata Dulung dan Nyai Dina, yang ternyata kini bergabung di Kerajaan Pangsa pimpinan Ki Basarah.Saat mengejar Ranina kala itu, Sembara terjungkal ke jurang dan akhirnya Ranina sembuh berkat memakan daun ajaib, yang tak sengaj
Paginya, setelah keluar dari Kadipaten Pangsa, Sembara lalu membeli 2 ekor kuda, satu buatnya dan satu buat Putri Padmasari, istrinya.Selain menghemat tenaga, juga biar makin cepat sampai ke Kerajaan Barito Barat, Putri Gea tentu saja bingung melihat ‘ayahnya’ yang berkuda di depan ibunya, namun dia diam saja karena Putri Padmasari terlihat menghela kudanya sangat cepat mengikuti kuda Sembara.Setelah setengah malam dan satu hari berkuda dan sudah sangat jauh meninggalkan Kadiapetan Pangsa, Sembara mengajak anak dan istrinya ini mampir di sebuah desa yang lumayan rame, tapi sudah masuk wilayah perbatasan dengan Barito Barat.“Dinda, kita istirahat dulu, kasian juga putri kita kelelahan di atas kuda, juga ini sudah sore, kita malam ini bermalam di desa ini, di sana ku lihat ada penginapan!”Putri Padmasari mengangguk, tubuh Putri Gea yang sengaja di ikat punggungnya juga diturunkan.“Bunda…siapa paman ini!” tunjuk lengan mungil Putri Gea ke arah Sembara.“Sayangg…itulah ayahanda kamu,
Kedua madu yang sama-sama cantik ini terus bercanda sambil jalan-jalan melihat persiapan pasukan yang kini siaga penuh untuk melakukan penyerbuan ke pertahanan pasukan Ki Basarah.Sejak saat itulah, terdapat ke cocokan keduanya, Soha juga berangan-angan bisa memiliki anak seperti Putri Padmasari, yang telah memiliki putri mungil yang cantik dari Prabu Sembara.Tiga hari kemudian, datanglah pasukan besar yang dipimpin langsung Panglima Jenderal Ki Dusman, dengan persenjataan yang lengkap.Setelah bertemu Prabu Sembara, juga dikenalkan dengan dua istrinya, panglima tua ini hanya tersenyum maklum.“Tak jauh yang di ikutinnya, pastilah ayahandanya, tapi hebat juga bisa rukun begitu,” batin Ki Dusman senyum sendiri, melihat dua putri jelita kadang bercanda berdua ini.Panglima tua ini sudah berencana, selepas perang ini dia akan ajukan pensiun dan ingin beristirahat menikmati masa tua nya, dan pastilah anaknya Panglima Muda Dalman sudah di gadang-gadang sebagai penggantinya kelak.Dua hari
Seluruh keluarga Ki Basarah yang tertinggal langsung di kumpulkan dan akhirnya benar-benar di eksekusi mati.Itu setelah di lakukan penyelidikan, ternyata keluarga Ki Basarah mengumpulkan pundi-pundi harta tak sedikit dan ketahuan keluarganya hidup berfoya-foya.Sedangkan yang tua-tua, hanya di asingkan, karena Prabu Sembara masih ada belas kasihan.Ki Basarah langsung di cap sebagai borunan paling di cari Kerajaan Hilir Sungai dan ditangkap hidup atau mati, juga ada sayembara untuk menangkap salah satu mantan pejuang yang membelot ini.Prabu Sembara juga mengangkat Ki Jaja sebagai Kepala Kadipaten yang baru, Ki Sapuan lah yang menyarankannya.Karena dia sudah merasa tua dan hanya ingin kembali menghidupkan padepokannya, sebelumnya Prabu Sembara meminta pendekar tua ini, tapi dengan alasan usia tadi, Ki Sapuan lalu mengusulkan Ki Jaja yang lebih muda dan dapat dipercaya.Setelah hampir sebulan menata kembali Kadipaten Pangsa yang sempat porak poranda akibat perang saudara ini.Prabu S
Setelah hampir 1 bulan, kini Sembara sudah sampai di perbatasan Borneo Timur, ia lalu meminta 25 pengawalnya bertahan, karena Sembara ingin bergerak sendiri masuk wilayah negeri yang sempat bikin Sembara marah, karena membantu Kadipaten Pangsa.“Ki Saros, kalian bertahan di sini, aku akan bergerak sendiri masuk ke wilayah kerajaan ini, tenang saja tak akan terjadi apa-apa!” pesan Sembara pada kepala dan 24 pengawalnya ini, semuanya mengangguk dan percaya dengan kemampuan sang maharaja yang memang sakti ini.Sembara sudah mengganti bajunya, tak lagi baju kebesaran yang menandakan dia seorang maharaja, kini ia mengenakan jubahnya, warna abu-abu. Jubah yang selalu dia kenakan sejak dulu, sebelum jadi Maharaja Hilir Sungai, sekaligus menutupi pedang bengkoknya.Lalu mengenakan caping lebar, setelah memberi perintah ini itu pada 25 pengawalnya, terutama untuk terus mencari jejak Putri Gea, Sembara pun melompat dan menghilang dalam sekejab mata.Agak bingung juga Sembara di kuil mana Amanda
Sembara kini menguburkan jasad wanita malang ini, kini Sembara harus mencari 3 orang sekaligus, yakni Putri Gea, Amanda dan Putri Feli kemenakannya, anak dari mendiang Felicia dan Pangeran Dipa.Untunglah dia sudah dapat gambaran di mana kuil yang di maksud Alfred, Felicia sempat mengatakan dengan suara terputus-putus, letaknya di bagian barat dari sini dan tempat itu berada di sisi Bukit Sepaku.Awalnya Sembara ingin bertanya pada tetangga Felicia, kenapa si gadis bule ini sampai berada di kampung ini bersama putrinya dan dimana ayahnya Tuan Fernando, namun ingat nasib Amanda, Sembara memutuskan pergi cepat menuju kuil yang di maksud tersebut.“Aku selamatkan Amanda dulu, baru menyelidiki anakku dan kemenakanku itu,” batin Sembara yang terus berlari bak terbang menuju ke bagian barat, ke bukit sepaku.Setelah 3 hari berlari siang malam, istirahat kecuali pas lapar dan mengantuk Sembara akhirnya sampai juga di sebuah kuil tua di sisi Bukit Sepaku.Sembara tak mau buru-buru masuk ke ku
“Maaf Ki Sasak…?” namun ucapan Sembara terpotong oleh Ki Sasak.“Udah nggak usah cerita, aku tahu semuanya kalau istri ke 4 kamu ini sedang sakit, kalau dulu istri pertamamu si lesung pipit Ranina karena minum racun, yang ini beda, dia depresi, bukan karena racun. Kamu bantu nyalakan api, aku coba mengobatinya!” ceplos Ki Sasak, sambil terlihat memilah-milah dedaunan obat. Ki Sasak lalu meminta Sembara membalikan tubuh Amanda, dan membuka jubah bagian punggung yang putih bak salju, lalu si raja tabib yang misterius dan ahli meramal ini mulai menusuk-nusukan jarum seperti akupunktur ke 5 titik di punggung putih Amanda.Amanda sempat mau protes, tapi pijatan lembut di leher yang dilakukan Ki Sasak membuat dia bak tertidur, juga kala sebuah totokan lembut Ki Sasak di kepala, Amanda yang tadi matanya agak liar, kini terlihat jinak dan tak lama diapun terlihat seperti ngantuk.Ramuan yang di masak di atas api yang dibuat Sembara tadi kini sudah mendidih dan baunya harum sekali, tak kalah
Selama 3 hari berturut-turut ramuan berasa harum kopi itu selalu rutin di minum Amanda, dan selama itu pula Sembara mulai mengajarkan ilmu silat buat gadis bule yang sempat hamil dengannya namun keguguran ini.Awalnya tujuan Sembara agar Amanda bisa menjaga diri, ternyata Amanda sangat berbakat sekali, sehingga dia dapat mengikuti petunjuk silat yang Sembara ajarkan.Tepat hari ke 4 Amanda benar-benar mens, dan keluarlah darah merah kehitaman, Amanda sampai mengeluh mulas sekali perutnya sebelum darah hitam itu keluar bercampur darah mens, setelahnya mensnya lancar dan tidak berasa sakit lagi. Amanda kini mulai gemuk lagi badannya, karena makannya lancar, bahkan dari hari ke hari wajahnya kembali ceria dan cantik lagi.Amanda juga lebih suka berpakaian ala orang pribumi, dia kini makin nyaman dengan baju itu, tidak mau lagi berbaju ala orang barat.Dan yang membuat badannya makin gemoy lagi, yakni berkat setiap hari rutin latihan silat yang diajarkan Sembara, sehingga dengan makin
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma