Sembara yang kaget sendiri dengan ucapannya barusan tak bisa lagi menarik omongannya, sebaliknya Dawina kini tertawa kecil.“Nahh sebaiknya kamu menyerah saja, ikut bergabung, tak perlu kita harus berkelahi hanya gara-gara putri itu. Tak kangenkah kamu dengan permainan panas kita dulu Sembara?” pancing Dawina senyum-senyum nakal. Hingga Sembara bingung sendiri, apakah ini mengejek ataukah benaran Dawina ingat masa-masa indah mereka dulu.“Dawina…begini saja, kamu dan teman teman kamu itu lepaskan Putri Dewi, aku akan suka rela menyerah…hmm soal kangen…tentu saja!” Sembara juga mulai jalankan siasat.Tapi dia kecele justru Dawina sangat pintar dan cerdik.“Oh yaa…baiklah kalau begitu,” lalu Dawina mendekatkan kudanya dengan Sembara dan setelah dekat tanpa Sembara duga Dawina, tiba-tiba malah pindah ke belakangnya duduk di kudanya lalu memeluk tubuh kokohnya.Dawina lalu berbisik ke telinga pemuda romantis ini, bahkan meniup-niup daun telinga Sembara, hal yang dulung sering dia lakukan
Sembara kini kembali ke kamar, setelah rapat singkat itu bubar dan terdengar langkah kaki semua keluar dari ruangan ini.Dawina kembali ke kamar di mana dia menyekap Sembara, wajah gadis ini makin dingin, karena Pangeran Hasom memberinya waktu sampai besok pagi, harus bisa membujuk Sembara mendukung gerakan mereka.Karena paling lambat 10 hari dari sekarang, Pangeran Hasom sudah bertekad akan menyerbu ibukota kerajaan dan berniat mengambil alih tahta dari ayahnya sendiri.Bila gagal, maka Dawina di perintahkan memenggal leher Sembara di hadapan mereka semua yang hadir dalam rapat tadi, sebagai bukti loyal pada Pangeran Hasom.Andai saja semua tahu kalau Sembara ini anak dari Prabu Malaki, sudah bisa dipastikan Sembara akan di eksekusi saat itu juga, karena Prabu Durja sangat dendam bukan alang kepalang pada ayahnya. Gara-gara kekuasannya di rebut kembali Prabu Malaki dengan bantuan rakyat dan pasukan Hilir Sungai yang membelot.Dawina kini duduk di kasur dekat Sembara yang masih pura-
“Kamu kenapa Sembara…kok kembali mabuk-mabukan, kumat lagi yaa?” sindir Dawina, sambil turun dari ranjang dan berpakaian pelan-pelan, menutupi tubuhnya yang putih mulus dan barusan tadi di geluti Sembara.“Kenapa sih kamu harus membunuh orang yang tak berdosa Dawina?” Sembara balik bertanya, sambil menatap wanita cantik ini, andai saja hati Sembara tak kesal, melihat Dawina berpakaian begitu pastinya menimbulkan seleranya lagi untuk bercinta.Tubuh Dawina yang harum dan gemoy membuat Sembara tak bosan-bosannya mencumbunya, tapi teringat nasib tragis Putri Zasa, Sembara langsung mentah.“Apakah kamu kenal dengan Putri Zasa…hmm…ku dengar kamu pernah menyelamatkannya, jangan-jangan kamu dan dia ada skandal ya?” Dawina terlihat kesal dan matanya menyiratkan sesuatu yang aneh, yakni cemburu.“Aku bertanya, kenapa kamu malah balik tanya?” Sembara terlihat mulai kesal.“Kamu yang aneh, kenapa saat aku sebut nama Putri Zasa, sikapmu malah berubah, ingat Sembara, siapapun yang menentang geraka
Sembara sengaja tak mau membawa Putri Dewi ke penginapan mereka sebelunnya, dia membawa ke sebuah tempat yang sepi dan dianggapnya aman, serta tak terlacak Dawina ataupun Putri Remi serta kaki tangannya.Setelah di rasa aman, menjelang pagi Sembara menemukan sebuah kuil, yang terletak sangat jauh dari ibukota Serawak dan ia yakin Dawina cs tak bakal mampu menemukan tempat ini. Cuaca masih reman-remang, belum terlalu terang.Namun karena kesaktiannya, Sembara bisa melihat seutuhnya tubuh Dawina, dan pakaiannya masih acak-acakan, sebab saat dia bawa pergi dari sekapan anak buah Putri Remi, Sembara tak sempat memperbaiki pakaian Putri Dewi.Sembara lalu meletakan pelan-pelan tubuh Putri Dewi dan saat melihat bagian depan pakaian putri ini terbuka, Sembara dengan hati-hati langsung memperbaikinya, ia menahan hatinya karena pakaian dalam putri ini terlihat sangat jelas.Tiba-tiba, plakkkk…tamparan keras di sertai tenaga dalam mampir ke pipi Sembara, beruntung secara otomatis Sembara yang s
“Siapa Dawina itu bang!” bisik Putri Dewi.“Dia…anak buah Pangeran Hasom dan komplotan yang menculik kamu Dewi!” sahut Sembara pelan, hingga mata Dawina makin berkilat melihat keduanya bicara dan terlihat intim sekali.Tapi di sisi lain Putri Dewi pun sangat marah, karena tahu kalau Dawina merupakan komplotan orang yang menculik dirinya di penginapan.“Hmmm…dasar lelaki, kamu tak ubahnya Pangeran Hasom, baru saja denganku, kini sudah gulang galing dengan wanita lain,” sindir Dawina, hingga Putri Dewi makin marah.“Heii perempuan sundal, ternyata kamulah komplotan yang menculik aku, aku tak akan memberi ampun kamu kalli ini!” Putri Dewi pun sudah melompat hingga kini jaraknya dengan Dawina hanya 5 meteran.“Bukannya kamu yang perempuan sundal, setelah hampir di perkosa pangeran mata keranjang, malah aseek berduaan dengan pendekar mata biawak!” semprot Dawina tak mau kalah. Akibatnya Sembara garuk-garuk kepalanya yang tak gatal, bingung harus berkata apa, diapun akhirnya terdiam saja da
Warga tadi cepat-cepat pergi, Sembara dan Putri Dewi lalu pergi ke arah berlawanan warga tadi pergi, semakin banyak saja warga yang terlihat berjalan terburu-buru. Seakan-akan mereka sedang di kejar sesuatu yang menakutkan.Kedua nya terus berjalan, bahkan kini agak di percepat dan tak lama kemudian Sembara dan Putri Dewi geleng-geleng melihat sebuah kampung yang penuh dengan orang-orang berpakaian prajurit sedang mengobrak-abrik kampung itu, dan terlihat puluhan lainnya menarik-narik wanita-wanita yang dianggap cantik.“Kurang ajar, ini tak bisa dibiarkan…!” Putri Dewi langsung melayang cepat dan dengan kekuatan penuh dengan memukul keras beberapa prajurit, tentu saja jurus yang Putri Dewi main kan bukan sembarang jurus, dalam waktu singkat sudah 5 prajurit yang tewas seketika, oleh amukan putri cantik ini.“Ihh ada bidadari…bangsat dia membunuh rekan kita!” seru seorang yang berpakaian prajurit, tapi tak lama kemudian dia malah menyusul ke 5 rekannya, Putri Dewi yang sangat marah ke
Setelah satu hari bertahan di Kampung yang dinamakan Dayu dan tidak ada lagi perampok yang menyamar sebagai prajurit dan bakal membuta onar lagi.Sembara dan Putri Dewi akhirnya pamit pergi dari kampung itu dan langsung menuju ibukota, bertepatan dengan ada pergerakan pasukan pemberontak yang di pimpin Pangeran Hasom, dan puluhan komandan tentara yang berhasil dia bujuk untuk bergabung mulai maju bergerak untuk berperang dengan pasukan kerajaan. Panglima Kifli langsung memimpin pasukan kerajaan yang jumlahnya hampir 2X lipatnya pasukan pemberontak bersama beberapa panglima mudanya.Inilah yang tak disadari Pangeran Hasom, dia terlalu percaya diri dan pongah akan mampu menaklukan kerajaan dengan puluhan ribu pasukan pemberontak, yang dia pimpin langsung dan berambisi merampas tahta yang di kuasai ayahnya sendiri.Apalagi dipasukannya banyak bergabung para perampok dan tokoh-tokoh golongan hitam yang turut membantunya.Awalnya memang sangat banyak pasukan pemberontak, tapi tanpa sepen
Setelah matang mengatur barisan untuk besok menggempur pasukan pemberontak, rapatpun dibubarkan Panglima Kifli, semua diminta beristirahat dan setelah ayam jantan berkokok, semua harus siap berperang lagi.Tapi kali ini dengan semangat yang berlipat-lipat, dengan banyaknya para pendekar sakti bergabung, Panglima Kifli juga dengan cerdik mengatur pasukannya, yang di bagi tiga pasukan besar.Sembara pun berjanji akan turun tangan membantu, namun dalam hati dia bertekad hanya akan turun tangan kalau yang maju para pendekar di kalangan pemberontak.“Biarlah urusan prajurit itu urusan Panglima Kifli!” pikir Sembara.Setelah semua kembali ke tenda masing-masing untuk beristirahat, Sembara pun melangkah keluar tenda yang kini sunyi, cukup jauh dia berjalan sambil melihat-lihat situasi yang makin sunyi.Dia menatap ke kiri dan kanan ribuan prajurit terlihat bersiaga menjaga prajurit lain yang beristirahat di beberapa rumah ataupun tenda, karena pertarungan ini bukan di hutan, tapi sudah masuk