Begitu Ki Jampo masuk ke ruangan, semua berdiri dan memberi hormat, Ki Jampo langsung mengangguk dengan wibawanya yang kuat. Matanya menyapu semua yang hadir, sehinga semuanya buru-buru memberi hormat pada pejabat kerajaan yang sangat di berwibawa ini.Ki Atu lalu meminta semuanya duduk kembali, Ki Jampo kembali menatap satu persatu yang hadir, ada beberapa yang dia kenal, tapi banyak yang tidak.Dan kini diapun mendengarkan ucapan dari Ki Atu yang merupakan salah satu dari sepasang pedang putih atau sering juga juluki sepasang pedang setan, karena kehebatan mereka memainkan pedangnya.Sehingga julukan sepasang pedang setan lebih sering di ucapkan orang-orang, daripada sepasang pedang putih.Setelah berbasa-basi sambil mengenalkan semua yang hadir, Ki Atu mulai masuk ke inti pertemuan mereka yang agaknya sudah lama direncanakan, buktinya Ki Atu dan Ki Suga yang langsung menjemput Ki Jampo, yang menandakan ini bukan pertemuan biasa.“Tuan-tuan dan putri semua, seperti yang kita ketahui
“Maaf Ki Jampo, kami menerima saran dan masukannya, tapi gerakan ini sudah sangat matang, kami tak mau mundur selangkah pun?” Ki Atu terlihat ngotot dan membantah semua nasehat menteri senior ini.Kemudian terdengarlah teriakan dan juga bantahan, yang intinya mereka setuju dengan keinginan Ki Atu dan menolak semua nasehat sang menteri yang seharusnya mereka hormati.Suasana mulai panas dan tak terkendali, Sembara pun ikutan tegang karena beberapa orang mulai berteriak agar menangkap menteri ini, karena dianggap tak sehaluan dengan tujuan mereka.Sembara langsung berdiri di depan Menteri Ki Jampo setelah minta izin terlebih dahulu.“Tenang semua, kalau memang gerakan kalian ini demi rakyat, kenapa harus menahan tuan menteri, ingat siapapun yang ingin menyentuh beliau, kalian akan berhadapan denganku,” Sembara yang pada dasarnya mulai jengkel hilang juga kesabarannya.Sembara sengaja mengerahkan tenaga dalamnya hingga beberapa orang orang kaget dan jantungnya mereka berdebar, terutama y
Sembara tahu serangan dari Putri Remi dan Ki Kiji, tapi dia juga kaget bukan main saat melihat ada dua orang melayang tak kalah cepatnya dari pembokongnya itu. Kedua bayangan ini langsung memapakai dua serangan yang ditujukan pada Sembara.Putri Remi harus bersalto hingga 5 kali saat orang yang memapaki serangannya memukul lebih keras, sedangkan Ki Kiji sempat berputar lalu jatuh bedebuk di tanah, dan dia langsung kena mental matanya berkunang-kunang seketika.Berbarengan dengan itu, Sembara berteriak keras dan Ki Atu dan Ki Suga terjungkal ke tanah, kini di dekat Sembara berdiri dua orang wanita yang tadi memapaki bokongan itu.Satu orang terlihat setengah tua, dan yang di samping kanan berusia muda serta sangat cantik, Sembara sempat kaget bukan main, karena gadis muda yang berada di samping kanannya sangat mirip…Putri Zasa.Namun semuanya terlihat menghormat dan menjura, saat melihat seorang wanita cantik dan terlihat agung bersuara.“Stop…hentikan perkelahian ini!” suaranya lembut
“Saudara-saudara sekalian, aku akan mengenalkan siapa yang mendampingiku, yang pertama dia adalah Putri Dewi, anak sulung dari kakakku, Putri Amali dan mendiang Jenderal Lipa, dan yang kedua Nyi Ronde, seorang dayang setiaku!”Setelah mengenalkan dua orang itu, keduanya kini berdiri dan mengangguk ke semua orang, Putri Safea juga mengenalkan pengawal-pengawalnya, yang ternyata mantan pengawal keluarga kerajaan saat Prabu Amal berkuasa dan tetap setia dengan anak-anak sang prabu ini.Semuanya memuji, baru seorang dayang dan kemenakannya saja sudah sedemikian lihai, bagaimana dengan kelihaian sang putri ini sendiri.Semua tahu, sejak kecil Putri Safea berbeda dengan kakaknya Putri Amali, sang putri cantik ini sangat menggandrungi ilmu kanuragan, sehingga tak heran kalau Putri Safea ini sangat sakti.Putri Safea juga mengatakan kakaknya yang juga ibunda dari Putri Dewi tak bisa datang karena kondisi kesehatannya.“Sebagaimana dikatakan anak buahku tadi, saat ini sedang terjadi ketegangan
Sembara tertawa kecil, tanpa dia sadari gayanya begitu justru makin membuat Putri Dewi curiga, tapi gadis bangsawan tinggi ini tidak memperlihatkannya.Justru dengan gaya anggunnya yang menampakan dirinya seorang bangsawan tinggi putri ini tersenyum, tapi senyumnya seakan menertawakan kebohongan Sembara.“Aku akui, asalku memang dari Hilir Sungai, tapi aku bukan kalangan bangsawan…hanya kebetulan Bibi Nyai Dini, istri dari Ki Jampo memiliki suami bangsawan putri!” Sembara tetap menyembunyikan jatidirinya, karena ia tak ingin menimbulkan kecurigaan.Walaupun dia juga sudah terlatih sebagaimana layaknya seorang bangsawan, namun Sembara tetap sedapat mungkin menyembunyikan hal itu. Karena sadar ini bukan Hulir Sungai, tapi wilayah Kerajaan Surata.Padahal Putri Dewi sangat cerdas dan tak bisa di bohongi dengan gaya Sembara yang selalu bak rakyat jelata ini. Gaya sebagai seorang bangsawan tinggi ibaratnya turunan dan melekat pada diri Sembara, pastinya tak bisa di hilangkan begitu saja.P
Namun Dawina sepertinya tak mengenali Sembara, karena Pendekar Romantis ini sedang dalam pakaian penyamaran, hanya dia merasa aneh melihat ‘saudagar’ ini dari tadi selalu menatapnya.Tiba-tiba tanpa ada yang tau, melayanglah sebuah sendok ke arah Sembara, kecepatan sendok ini tak main-main, karena di lempar Dawina dengan tenaga dalam yang sangat kuat, bahkan Putri Dewi sendiri tak melihatnya, saking cepatnya gerakan yang dilakukan tangan Dawina ini.Namun, dengan tenang Sembara menyambut sendok itu, bak main sulap saja, sendok tersebut seakan lenyap dalam jubah baju penyamarannya.Sembara kini pura-pura tak melihat Dawina lagi, ia seakan-akan tak tahu tadi baru saja di serang, kini ia terlihat malah aseek ngobrol dengan Putri Dewi.Sembara sengaja tak ingin melihat kekagetan wajah Dawina, yang tak menyangka orang yang dia serang justru lebih hebat lagi. Yakni menerima dengan kecepatan yang sangat luar biasa, seakan mengibas seekor lalat saja dan sendok itu lenyap dalam jubah bajunya.
Sembara yang kaget sendiri dengan ucapannya barusan tak bisa lagi menarik omongannya, sebaliknya Dawina kini tertawa kecil.“Nahh sebaiknya kamu menyerah saja, ikut bergabung, tak perlu kita harus berkelahi hanya gara-gara putri itu. Tak kangenkah kamu dengan permainan panas kita dulu Sembara?” pancing Dawina senyum-senyum nakal. Hingga Sembara bingung sendiri, apakah ini mengejek ataukah benaran Dawina ingat masa-masa indah mereka dulu.“Dawina…begini saja, kamu dan teman teman kamu itu lepaskan Putri Dewi, aku akan suka rela menyerah…hmm soal kangen…tentu saja!” Sembara juga mulai jalankan siasat.Tapi dia kecele justru Dawina sangat pintar dan cerdik.“Oh yaa…baiklah kalau begitu,” lalu Dawina mendekatkan kudanya dengan Sembara dan setelah dekat tanpa Sembara duga Dawina, tiba-tiba malah pindah ke belakangnya duduk di kudanya lalu memeluk tubuh kokohnya.Dawina lalu berbisik ke telinga pemuda romantis ini, bahkan meniup-niup daun telinga Sembara, hal yang dulung sering dia lakukan
Sembara kini kembali ke kamar, setelah rapat singkat itu bubar dan terdengar langkah kaki semua keluar dari ruangan ini.Dawina kembali ke kamar di mana dia menyekap Sembara, wajah gadis ini makin dingin, karena Pangeran Hasom memberinya waktu sampai besok pagi, harus bisa membujuk Sembara mendukung gerakan mereka.Karena paling lambat 10 hari dari sekarang, Pangeran Hasom sudah bertekad akan menyerbu ibukota kerajaan dan berniat mengambil alih tahta dari ayahnya sendiri.Bila gagal, maka Dawina di perintahkan memenggal leher Sembara di hadapan mereka semua yang hadir dalam rapat tadi, sebagai bukti loyal pada Pangeran Hasom.Andai saja semua tahu kalau Sembara ini anak dari Prabu Malaki, sudah bisa dipastikan Sembara akan di eksekusi saat itu juga, karena Prabu Durja sangat dendam bukan alang kepalang pada ayahnya. Gara-gara kekuasannya di rebut kembali Prabu Malaki dengan bantuan rakyat dan pasukan Hilir Sungai yang membelot.Dawina kini duduk di kasur dekat Sembara yang masih pura-