“Bangsaattt, siapa kamu gadis cilik!” hardik wanita ini dan dia langsung mencabut golok tipisnya.
“Hmmm…kalian ini maling-maling berlagak penjaga keamanan, orang-orang lemah kalian peras dan rampok berkedok jaga keamanan!” sahut gadis ini santai, yang ternyata Tengku Mimi.
Mimi yang sudah marah melihat kelakuan ketiga wanita baju merah ini tak tahan juga, saat melihat Rahib yang baru menikahkan dia dan Malaki di buat terjengkang ke samping, hingga bajunya kotor terkena percikan lumpur, karena malam sebelumnya hujan lebat, hingga ada genangan air di halaman kuil kecil ini. Mimi pun langsung keluar sifat asli pendekar-nya, yakni tak tega melihat orang teraniaya.
Ketiganya kemudian menyerang dengan ganas, Mimi sudah dipesani Malaki agar jangan membunuh, cukup beri pelajaran saja. Malaki sepintas sudah tahu, tiga orang wanita yang berias menor itu bukan tandingan Mimi yang kini telah menjelma gadis yang sangat sakti dengan Jurus Mengej
Pangeran Kurna lalu melanjutkan, pertemuan mereka pada hari ini adalah mematangkan rencana besar mereka, yakni akan mengguling dua kerajaan sekaligus, yakni Kerajaan Surata yang di jabat Prabu Tago dan Kerajaan Hilir Sungai yang di jabat Prabu Dipa.Pangeran Kurna juga mengatakan dia sudah menyiapkan pasukan besar di kerajaan Hulir Sungai yang terbujuk dan mau berkhianat, yang kelak akan di bantu ribuan prajurit dari Kekaisaran Mongol dan juga ribuan prajurit dari Kerajaan Surata yang dipimpin Jenderal Lipa untuk menyerbu Kerajaan Hilir Sungai.“Jadi kita akan menyerbu kerajaan Hilir Sungai dulu, setelah kerajaan ini jatuh ke tangan kita, baru kita bereskan kerajaan Surata dan kelak mendudukan Jenderal Lipa sebagai Raja yang baru dan nanti aku akan menjadi Prabu di Hilir Sungai. Persahabatan dengan Kekaisaran Mongol akan makin baik, armada-armada perang kekaisaran Mongol kami persilahkan untuk menguasai pulau-pulau lainnya seperti Pulau Sulawesi, Pulau Papua dan
Suara pertarungan di luar sunyi, Malaki kaget hatinya langsung tak tenang. “Jangan-jangan Mimi sudah tertawan atau tewas!” batin Malaki gelisah, ia sangat khawatir istri keduanya ini kenapa-kenapa. Mata Malaki langsung bersinar tajam, menatapi mereka satu persatu, aroma marah mulai merasuki jiwanya. “Pendekar Pekok, sekali lagi aku menawarkan solusi buat kamu, daripada kamu tewas di sini, lebih baik kamu bergabung dengan kami. Kita gempur kerajaan saudara kamu itu…soal tahta kelak, nanti kita rundingkan, bisa saja kamu atau Pangeran Kurna yang menjabat nanti. Bahkan aku juga merestui hubunganmu dengan putriku, Kinanti!” Pangeran Biju yang kini sudah bergabung dengan kaum pemberontak langsung menawarkan ‘perdamaian’ buat Malaki. Malaki tersenyum sinis, andaikan Pangeran Biju ini bukan ayah Putri Kinanti, tentu sudah dia sumpahi ayah dari kekasih sekaligus mertuanya ini. Karena selama ini Pangeran Biju sudah menerima anugerah sebagai Menteri di Kerajaan Hilir S
Di sisi lain, baik Jenderal Lipa maupun Jenderal Gamisan memerintahkan agar jangan ada yang ikut menyerang, sebab sama dengan mengantar nyawa, karena ilmu silat para prajurit itu tidak tinggi, mereka hanya pandai ilmu perang, bukan ilmu kanuragan. Pukulan-pukulan menari di atas awan, harimau menerkam mangsa dan elang mematuk mangsa yang dipadukan dengan tenaga dalam yang kadang sangat dingin lalu bisa berubah mendadak menjadi sangat panas seakan menemui tembok tebal, perpaduan puluhan pendekar sakti yang mengeroyoknya ini benar-benar mampu menjalin kerjasama yang apik dan hebat.Tapi musuhnya juga sama menderitanya, perubahan-perubahan pukulan yang dilakukan Pendekar Pekok membuat beberapa orang menahan nyeri yang luar biasa di dalam dada masing-masing.Pendekar Pekok akhirnya nekat, dia turun ke tanah dan menaruh pedangnya di dalam jubah.Kini dia mengeluarkan ilmu mujijatnya, Membetot Sukma, atau menyedot tenaga lawan dan akan membagi-bagikan ten
Si Gila terus membawa tubuh Malaki yang pingsan ini jauh dari benteng, hampir 3,5 jam dia berlari dengan kecepatan yang luar biasa tanpa berhenti sedetikpun.Bahkan kecepatannya sangat mengagumkan, dia dengan enteng saja mengempet tubuh tinggi besar Malaki, padahal tubuh si gila kurus dan tingginya hanya sebahu Malaki. Namun membawa tubuh besar pendekar sakti ini bak membawa lari anak kecil saja.Begitu melewati hutan yang sangat lebat dan agaknya akan sukar bagi siapapun mampu menyusulnya kalau tidak mempunyai kepandaian tinggi, karena jalan yang dilalui sangat sulit dan banyak lembah-lembahnya yang curam. Si gila pun berhenti di sebuah pinggir sungai yang jernih dan tidak terlalu dalam airnya, ia meletakan tubuh Malaki di sisi sungai, kemudian dia memeriksa sambil menotok-notok tubuh Malaki.Si gila tersenyum saat mengetahui tubuh Malaki yang masih sangat panas ini tidak mengalami luka apapun, hanya kelelahan saja.Dia lalu membiarkan tubuh Malaki terle
Si gila ini ternyata bernama Panji Anom, saat menikah dengan Ibunya Rani yang bernama Roro Ningrum, Panji Anom menjabat seorang perwira menengah di Kerajaan Hilir Sungai, tapi di tugaskan di daerah perbatasan.Saat itu dia baru pulang dari dinasnya sebagai prajurit di Kadipaten Solak, kadipaten ini berbatasan langsung dengan wilayah Kerajaan Surata.Baru dua hari berada di kampungnya, kampung tersebut di jarah habis-habisan kelompok perampok Ki Jambrong dan puluhan anak buahnya.Sia-sia Panji Anom melawan keganasan para perampok, dia terluka parah, bahkan di kira sudah mati oleh para perampok dan juga istrinya.Setelah menjarah dan merampok, wanita-wanita cantik ataupun gadis-gadis di bawa kelompok Ki Jambrong ke markas mereka yang sangat jauh masuk hutan, di daerah yang sukar di datangi, yang di namakan Lembah Bangkirai. Tak lama setelah perampokan itu, kebetulan lewatlah sang pendekar sakti Kakek Berhati Emas di kam
Sepeninggal Si Gila alias Panji Anom, Malaki terdiam sejenak, antara kembali ke benteng dan membebaskan Mimi, atau ke ibukota Kerajaan Hilir Sungai untuk bertemu dengan Panglima Ki Jarong.Cukup lama dia termenung, hatinya gamang, tiba-tiba wajahnya berubah ceria, tanpa sadar dia menepuk jidatnya sendiri.“Oh iya baru aku ingat, kata paman Panji, Mimi aman-aman saja, karena yang menawan Jenderal Lipa yang juga pamannya sendiri. Kalau begitu aku harus segera ke Kota Bajama menemui Panglima Ki Parong…maafkan aku Mimi…aku juga sekalian ingin menjenguk Kinanti!” batin Malaki.Lalu bak terbang saja, Malaki kemudian berlari sangat cepat menuju pusat kerajaan Hilir Sungai, dia melupakan sejenak urusan pribadinya, yakni mencari anaknya dan juga Mimi yang kini di tawan di benteng itu.Di saat Malaki berpacu dengan waktu menuju ibukota, semenjak penyerbuannya bersama Mimi dan dia lolos berkat bantuan Si Gila alias Panji Anom, rencana
Sesuai janji Panglima Ki Parong, dia bersama Malaki pagi-pagi menghadap Prabu Dipa. Sebetulnya bukan hal yang mudah bisa bertemu dengan Prabu Dipa, ada proses protokuler yang harus di lewati. Namun kalau yang menghadap adalah Panglima Ki Parong, maka semua prosedur bisa di tepikan.Apalagi saat bertemu kepala pengawal sang Prabu yang juga sahabat karib sang Panglima, kedua orang ini langsung berbincang akrab dan Panglima Ki Parong pun di antar ke ruang kerja pribadi Prabu Dipa.Malaki yang terus mendampingi Panglima Ki Parong mengagumi interior istana yang sangat mewah dan artistic ini, sepanjang jalan di lorong istana yang megah ini, Malaki hanya diam namun matanya tak lepas dari tatapan ke kiri dan kanan.Saat melihat tiga patung yang berdiri berjejer di sebuah ruangan yang lumayan luas, Malaki sampai tertegun sebentar menatap patung-patung tersebut.Wajah ketiga patung itu agak mirip, namun yang membuat keduanya terlihat angker, kumis dan janggut
Malaki bergerak sangat cepat menuju ke kerajaan Surata, dengan kesaktiannya yang sangat tinggi, tak sampai sebulan dia akhirnya sampai ke wilayah perbatasan, yakni Wilayah Kadipaten Antang, yang masih masuk wilayah Kerajaan Hilir Sungai.Malaki sempat heran saat masuk ke wilayah Serawak Timur yang sudah masuk daerah Kerajaan Surata, karena sangat banyak pasukan kerajaan Surata yang agaknya sedang bersiaga penuh.Kesiagaan para prajurit itu bak akan terjadi perang saja dalam waktu dekat.Malaki tidak mau terlibat bentrokan pasukan kerajaan itu, dia langsung saja menuju ke kediaman Dato Kalio, dia tak ingin membuang-buang waktu.Begitu sampai di rumah itu, Malaki kaget karena rumah Dato Kalio juga di jaga sangat ketat oleh ratusan prajurit kerajaan.Malaki lalu menyelinap dan tidak mau terburu-buru masuk ke rumah itu, karena dia melihat ada hal-hal yang aneh dan sangat mencurigakan.“Sebaiknya aku malam ini saja menuju rumah Dato Kalio,