“Baik yang mulia! Sekarang juga hamba mohon diri, dan beserta beberapa prajurit kami akan mencari kawasan lainnya yang dapat kita kuasai!” tutur Durgama, setelah Batara Durja anggukan kepalanya, Panglima Kerajaan Angkasa itu keluar dari ruangan itu menuju halaman istana Kerajaan. Siang itu di kuil para biksu, Peri Laut dan Cendayu bertemu dengan Guru para bisku bernama Wisnu Dharma. Disebuah ruangan mereka duduk berbincang-bincang, sambil menikmati secangkir teh hangat. “Sebuah kehormatan bagi kami, yang mulia Peri Laut berkunjung ke kuil ini! Kunjungan yang mulia tentu mempunyai maksud dan tujuan! Kalau boleh tahu apa gerangan yang dapat kami bantu?” tanya Guru para biksu bernama Wisnu Dharma itu. “Tadi saat aku dan para biksu bersama-sama menghalau pengacau dikawasan persawahan warga Desa Gumanti! Salah seorang biksu mengatakan jika saudara Wisnu merupakan Guru mereka yang mengetahui jelas tentang Batara Durja dan Kerajaan Angkasa, apa benar begitu Wisnu?” tutur Peri Laut balik b
“Hormat kami yang mulia Peri Salju! Maaf jika kami tadinya bersikap lancang hanya berdiri saja di tengah-tengah sawah, karena kami baru melihat sosok yang mulia! Kami warga Desa Serangkai hanya mengenal sosok Peri Laut!” ujar salah seorang dari warga desa yang ikut datang menghampiri Arya dan Peri Salju itu. “Hemmm... Wajar saja kalian tak pernah melihat apalagi mengenalku! Karena aku bertugas mengawasi kawasan utara negeri di atas awan ini! Senang bertemu dengan kalian, Peri Laut adalah sahabatku, dia memang bertugas di kawasan barat ini!” tutur Peri Salju tersenyum ramah. “Namaku Tidar, apakah ada hal penting yang dapat kami bantu hingga yang mulia datang ke desa kami?” tanya salah seorang warga Desa Serangkai yang menyebut dirinya Tidar. “Tidak ada, kami kebetulan saja melintas dikawasan persawahan desa ini!” jawab Peri Salju. “Oh, kami pikir ada sesuatu hal menyangkut desa kami hingga yang mulia muncul!” ujar Tidar. “Kami justru ingin bertanya pada kalian, apakah keadaan kawa
“Sejak Desa Serangkai ini terbentuk, kami selalu kompak dalam segala hal! Mulai dari bercocok tanam dan memanen padi di sawah, hingga menyelesaikan jika ada permasalahan yang datang! Bukankah begitu, Tidar?” ujar Harun, sembari bertanya pada Tidar. “Benar Arya, kami memang telah terbiasa bekerja sama saling membantu satu dengan yang lainnya! Kami merasa lebih mudah dalam melakukan segala hal, baik menyelesaikan masalah yang terjadi, maupun bergotong-royong di lahan persawahan!” tambah Tidar memperjelas keterangan dari Harun. “Syukurlah jika desa ini aman-aman saja!” ulas Arya. Di lahan persawahan para warga Desa Serangkai hampir menyudahi gotong-royong mereka bertanam padi milik salah seorang warga, jika dikerjakan secara bersama-sama memang segala sesuatunya akan lebih mudah dan cepat terselesaikan. Dari kejauhan tampak puluhan kuda dengan penunggangnya mengarah kawasan persawahan itu, melihat dari pakaian yang mereka kenakan, mereka adalah para prajurit Kerajaan Angkasa yang dip
“Namaku Durgama, aku sebagai Panglima yang memimpin para prajurit ini! Maaf, kami tidak tahu rupanya di desa ini tengah dikunjungi salah satu penguasa negeri diatas awan! Kami hanya diperintah raja, sekarang juga kami akan pergi dari kawasan ini!” ujar Durgama dengan wajah yang makin pucat setelah mengetahui jika dia dan pasukannya bukan hanya berhadapan dengan seorang pemuda yang memiliki ilmu tinggi tapi juga tengah berhadapan dengan seorang peri. “Kali ini kalian kami maafkan! Tapi jika lain waktu kita bertemu lagi dan kalian kedapatan membuat kekacauan di desa-desa lain di kawasan barat negeri ini! Kalian tidak akan kami beri ampun lagi!” Arya memperingatkan, Durgama hanya anggukan kepala dengan nyali ciut dia dan puluhan para prajurit Kerajaan Angkasa meninggalkan lahan persawahan warga Desa Serangkai itu. Para warga desa yang diminta mundur dan menjarak dari arena pertempuran tadi, secara serentak berlari-lari kecil menghampiri sang pendekar dan Peri Salju. Mereka bukan saja s
“Untuk sementara waktu kita hentikan sejenak rencana untuk menguasai desa-desa yang ada di kawasan barat negeri ini! Tunggu sampai aku menemukan rencana lain, baru kalian akan aku tugaskan kembali! Sekarang bubarlah!” ujar Batara Durja yang kembali masuk ke dalam istananya. Di dalam istana Batara Durja memanggil Durpala ke ruangan di mana di sana terdapat singasana, untuk diajak bercakap-cakap sembari menyusun strategi baru untuk memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Angkasa. “Para peri ikut campur menggagalkan rencana kita memperluas wilayah kekuasaan! Dari mana peri-peri itu tahu rencana kita itu?” tutur Batara Durja pada Durpala, ia sendiri merasa tak habis pikir dua kali rencananya ingin merebut desa di kawasan barat negeri di atas awan itu gagal, serta rencananya itu diketahui oleh Peri Laut dan Peri Salju. “Aku pun tak tahu yang mulia! Mungkin mereka punya keahlian untuk mengetahui segala sesuatu yang menurut mereka patut dicurigai!” ujar Durpala. “Jika Peri Laut, aku rasa w
“Sudah aku katakan, para peri tidak akan membiarkanmu menguasai negeri di atas awan ini! Kau bisa saja melawan mereka secara terang-terangan, tapi itu menguras waktu dan tenaga! Sementara tujuanmu adalah untuk berkuasa di negeri ini!” ujar Raja Iblis. “Lalu apa yang harus aku lakukan, Guru?” Batara Durja benar-benar buntu untuk memikir siasat yang tepat untuk mengatasi para peri yang selalu menggagalkan rencananya. “Jangan melakukan tindakan secara terang-terangan! Meskipun kekuatan yang kau miliki dapat mengimbangi para peri itu, namun sulit untuk berhasil! Gunakan siasat sembunyi-sembunyi, untuk melemahkan kekuatan mereka! Setelah semua itu berhasil, barulah kau dan anak buahmu menyerang!” saran Raja Iblis. “Maksud Guru apa? Aku benar-benar belum memahaminya?” Batara Durja kembali bertanya. “Bukankah Peri Laut sekarang berada didaratan kawasan barat negeri ini?” “Ya, benar Guru!” jawab Batara Durja. “Kau bisa menyelinap mengacaukan istana laut, hingga membuat Peri Laut itu kem
Karena tak mampu menghancurkan istana laut, Raksasa Durja Iblis melampiaskan kekesalannya pada prajurit istana yang saat itu menyerang dari berbagai penjuru. Luar biasa memang sosok Batara Durja yang merubah dirinya menjadi Raksasa Durja Iblis itu, serangan yang dilancarkan para prajurit istana dari berbagai arah itu hanya dirasakan seperti gigitan semut kecil saja, padahal tombak, pedang dan puluhan anak panah menghujam namun tak satupun yang melukai apalagi menancap ditubuh raksasa itu. Situasi di istana laut saat itu memang sangat kacau dan semua prajurit serta penghuni istana pun terlihat panik, Cendira yang merupakan tangan kiri Peri Laut yang juga dipercaya untuk memimpin sementara waktu saat Peri Laut itu meninggalkan istana, bergegas menuju ruangan pribadi yang hanya boleh dimasuki Peri Laut itu sendiri dan kedua sosok kepercayaannya itu. Di ruangan pribadi Peri Laut berupa kamar khusus itu, terdapat sebuah cermin besar menempel didinding, cermin itu bukan cermin biasa melai
“Benar yang mulia! Kami tadi saling bertanya kemana sekiranya yang mulia pergi sedari tadi pagi meninggalkan istana! Namun tak satupun dari kami yang mengetahuinya!” jawab Durpala mewakili semua orang yang berkumpul diruangan itu. “Aku pergi menemui seseorang, dia sosok yang paling pintar dalam hal strategi! Dan benar saja begitu strategi itu aku terapkan, sebentar lagi kita akan leluasa untuk merebut seluruh kawasan barat negeri diatas awan ini! Ha.. Ha.. Ha..!” Batara Durja begitu gembiranya saat ia berhasil mengacau di istana laut dan membuat Peri Laut kembali ke dasar lautan. “Strategi apa yang telah yang mulia lakukan itu?” tanya Durpala. “Kalian tidak perlu tahu akan strategi yang telah aku jalankan! Mulai besok pagi, kau Durgama bawa puluhan prajurit pilihan untuk menyerang dan menguasai Desa Gumanti! Peri Laut tidak akan muncul dalam waktu dekat ini disana! Kalian pasti berhasil menguasai desa itu!” perintah Batara Durja. “Baik yang mulia! Besok pagi dengan senang hati kam
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa