“Baik lah sobatku, Arya! Selalu lah berhati-hati dijalan! Kami mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga, karena selama ini telah banyak membantu kami dan juga dalam merebut kembali tahta Kerajaan dari tangan Boma Santa!” ucap Benggala sembari memeluk sahabatnya itu. “Hemmm... Ya, sama-sama sobatku! Aku pamit sekarang!” setelah berucap Arya pun berlalu meninggalkan istana Kerajaan Permata Timur. Karena tujuannya sudah jelas untuk menuju istana ratu yang terletak di bagian tengah kawasan negeri diatas awan itu, tentu saja Arya tidak membutuhkan waktu lama untuk tiba di sana meskipun tanpa mengunakan kuda untuk tunggangan, keahlian dan ilmu meringan tubuh yang sangat tinggi membuat lari Arya seperti kilat yang mampu melesat puluhan tombak jaraknya dalam satu lesatan. Di depan sebuah istana yang megah, Arya hentikan larinya. Ia tampak ragu dan tak langsung menuju pintu gerbang istana itu, melainkan berdiri sejenak memandang istana megah itu dari jarak belasan tombak. “Benarkah
“Sudah kuduga, kamu bukan hanya memiliki ilmu yang mempuni! Tapi juga pintar dalam memahami dan mencermati segala sesuatunya! Wajar sekali kamu sosok ksatria terpilih untuk menyelesaikan segala permasalahan di negeri peri dan negeri diatas awan ini!” puji Peri Ratu sembari tersenyum kagum. “Peri Ratu terlalu memuji, aku merasa diriku bukanlah siapa-siapa! Dan kehadiranku di negeri ini juga merupakan takdir, mau tidak mau aku harus menerima serta menjalani semua yang merupakan jadi kewajibanku!” tutur Arya merendah. “Ya, kamu ditakdirkan untuk menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi di negeri diatas awan ini! sepak terjangmu di negeri peri dalam menumpas semua rencana jahat dari para utusan Kerajaan Angkasa tidak diragukan lagi, pasti kamu juga bisa mengatasi semua permasalahan di negeri ini, salah satunya meruntuhkan Kerajaan Siluman yang meresahkan itu!” ujar Peri Ratu. “Sebelumnya aku pernah berhadapan dengan Sepasang Naga Siluman itu di sebuah bukit dinegeri peri! Saat it
“Aku akan ikut saja, kapan pun kamu hendak melangkah ke sana!” jawab Peri Salju dengan senyuman manisnya. Menjelang sore Durgama dan Durpala beserta puluhan prajurit kembali ke istana Kerajaan Angkasa, mereka tak menemui sosok yang hendak mereka cari di kawasan selatan di Kerajaan Siluman. Selain gelimpangan mayat-mayat para prajurit, mereka hanya menemukan puing-puing istana Kerajaan Siluman itu yang telah rata dengan tanah. “Ampun yang mulia! Kami kembali untuk datang menghadap!” ucap Durgama Panglima Kerajaan Angkasa saat telah berhadapan dengan Batara Durja di ruangan di mana raja segala tamak dan kejam itu duduk di singasananya. “Bagaimana, apakah kalian berhasil menemukan beradaan pemuda keparat yang bernama Arya Mandu itu?!” tanya Batara Durja. “Maaf yang mulia, begitu kami tiba di Kerajaan Siluman kami tak menemukan siapa-siapa lagi di sana! Selain mayat-mayat para prajurit yang sudah mulai membusuk juga reruntuhan puing-puing istana Kerajaan Siluman itu!” jawab Durgama.
Di ujung barat negeri di atas awan itu ternyata terdapat lautan dalam dengan ombaknya yang bergulung cukup tinggi, meskipun ditepian pandai terlihat sunyi namun sebenarnya didasar sana terdapat sebuah istana yang besar dan megah. Istana di dasar lautan itu dipimpin oleh wanita cantik berpakaian kuning berikut mahkota di kepalanya, dia lah sosok yang ditugaskan untuk menjaga kawasan barat negeri di atas awan itu. “Citra, firasatku mengatakan dikawasan barat ini akan dilanda prahara besar!” tutur wanita cantik berpakaian kuning yang tengah duduk bersama wanita bernama Citra yang diduga adalah abdinya. “Prahara besar? Seperti apa yang akan terjadi itu yang mulia?” tanya Citra. “Telah lama aku tidak kedaratan, dan hanya memantau kawasan barat negeri ini dari dasar lautan! Mengenai apa yang akan terjadi aku pun belum tahu pasti, yang jelas akan ada pertumpahan darah demi ambisi perebutan kekuasaan!” tutur wanita cantik berpakaian kuning itu. “Jika boleh aku usulkan, sebaiknya yang mul
Para prajurit Kerajaan Angkasa memahami apa yang tengah dijalankan Panglima mereka itu sebagai bentuk strategi, yang akan memudahkan mereka untuk dapat menguasai kawasan pemukiman paling barat negeri diatas awan itu. Mereka pun dibagi sebagian kecil untuk menyamar membuat kekacauan, sebagian besarnya akan berpura-pura membantu para warga yang diserang. Setelah membagi para prajurit, Durgama tidak lantas melakukan rencananya saat itu juga, karena dikuatirkan siasatnya akan mudah diketahui oleh para penduduk yang bermukim dikawasan itu. Mereka sengaja menjarakan waktu dengan bermalam didalam hutan yang tidak jauh dari kawasan pemukiman warga, besok pagi saat warga desa kembali kesawah barulah sebagian kecil dari prajurit yang ditunjuk untuk menyamar itu akan melakukan penyerangan. Sementara Peri Laut yang didampingi Cendayu sore itu memasuki kawasan desa paling barat negeri diatas awan itu, kereta kuda yang mereka naiki pun berhenti saat bertemu para warga desa yang tengah membawa ha
“Iya Panglima, kami semua sudah faham apa yang musti kami lakukan nanti! Kami yakin rencana ini akan berhasil, para warga desa itu tidak akan tahu jika sebenarnya kita sendirilah yang akan membuat kekacauan dikawasan pedesaan itu! Ha.. Ha.. Ha..!” ujar salah seorang prajurit diiringi tawanya dan disusul tawa para prajurit lainnya. “Yang mulia Batara Durja pasti akan sangat senang jika besok kita berhasil menguasai kawasan desa itu, serta membawa buktinya berupa hasil pertanian yang tentunya akan mereka berikan kepada kita tanda mereka bergabung dengan Kerajaan Angkasa!” tutur Durgama. “Kerajaan Angkasa akan semakin jaya dan memiliki daerah kekuasaan yang luas terutama di kawasan barat negeri ini!” ujar salah seorang prajurit. “Benar, dan kita semua juga akan menikmati semua itu! Semakin luas daerah kekuasaan Kerajaan Angkasa, maka Kerajaan akan semakin kaya!” tutur Durgama memberi semangat pada para prajurit. Setelah menikmati beberapa ekor hewan buruan yang dipanggang itu, mereka
“Apapun itu kita hadapi berdua! Aku tidak akan meninggalkanmu apalagi dalam situasi yang berbahaya! Jika kita memutuskan untuk menyelusuri kawasan barat ini bersama-sama, maka segala kemungkinan yang terjadi nanti harus kita hadapi bersama pula!” tutur Peri Salju dengan senyumannya. “Aku tak ingin kamu celaka nantinya hanya karena nekad untuk mendampingiku ke kawasan barat negeri diatas awan ini! Semua ini adalah tugasku dan biar aku saja yang akan menghadapi segala resikonya!” ujar Arya yang terus berusaha menyakinkan Peri Salju agar dia memikirkan kembali untuk terus ikut dengannya ke kawasan barat negeri itu. “Ini juga menjadi tugasku, Arya! Karena aku telah memutuskan untuk ikut bersamamu! Pantang bagi kami kaum peri jika telah memutuskan sesuatu membatalkannya kembali! Sekalipun itu nyawa taruhannya, aku akan tetap mendampingimu!” tutur Peri Salju yang tak merasa gentar sedikitpun dengan kemungkinan tantangan yang akan dihadapi nantinya. “Hemmm... Aku tak bisa berkata apa-apa
“Kami juga mengucapkan terima kasih pada para biksu, kalau kalian tidak muncul tadinya entah bagaimana nasib kami di sini!” sambung Jabari. “Sama-sama, Jabari! Kami senang dapat membantu kalian yang tengah terancam! Bukankah begitu, para biksu?!” tutur Peri Laut sembari bertanya pada para biksu yang juga datang menghampirinya didekat kereta kuda itu. “Benar yang mulia Peri Laut! Kami sengaja datang mengintai mereka pagi ini, karena kemarin siang salah seorang dari kami sempat mendengar pembicaraan mereka dengan para warga desa dilahan persawahan ini!” ujar salah seorang dari para biksu itu. “Apa yang mereka bicara kemarin pada para warga hingga membuat para biksu curiga?” tanya Peri Laut. “Mereka menawarkan para warga Desa Gumanti untuk bergabung dengan Kerajaan mereka! Bukankah begitu saudaraku Jabari?!” jawab salah seorang biksu sembari bertanya pada kepala Desa Gumanti itu. “Benar Biksu, mereka memang menawarkan begitu pada kami! Mereka juga bilang jika tak lama lagi ada sekel
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa