“Jika Panglima tak keberatan, aku dan para warga desa ini akan ikut membantu jika Panglima ingin mencaritahu penyebab lenyapnya beberapa orang dari warga kami itu!” tutur Wirya. “Terima kasih, Wirya! Kalian sudah berupaya mencari dalam beberapa minggu ini, sekarang biar aku dan para prajurit yang akan mencaritahu penyebabnya! Kalian sebaiknya kembali bekerja seperti biasanya! Nanti jika kami menemukan sesuatu, kami akan beritahunya! Sekarang aku dan para prajurit mohon diri untuk menyelidiki keseluruhan kawasan Desa Kabut ini!” ujar Panglima lalu berdiri dari duduknya. “Baik Panglima! Terima kasih aku ucapkan sebelumnya, Panglima dan beberapa orang prajurit Kerajaan Mutiara Selatan mau membantu mencaritahu akan hal aneh yang tengah menimpa desa kami!” ucap Wirya. “Iya sama-sama, Wirya! Kami pun belum tahu pasti, apakah kami bisa mengungkapkan semuanya ini! Yang pasti kami akan berusaha semampu kami untuk mencaritahu penyebabnya!” Wirya anggukan kepalanya lalu Panglima dan para praj
Sebagai Raja dia juga memiliki Panglima di Kerajaan Hantu itu, Panglima itu sendiri tak kalah kejamnya bernama Hantu Tangan Tiga. Siang itu mereka berdua tengah berada di sebuah ruangan rahasia yang siapa saja dari penghuni istana itu tak dapat memasukinya, selain diminta oleh Sang Raja hantu itu. “Apakah perintah saya telah kau jalankan dengan baik, Hantu Tangan Tiga?” tanya Hantu Bermuka Dua. “Sudah yang mulia, rencana yang mulia perintahkan itu berjalan cukup baik hingga siang ini sudah ada beberapa orang warga desa kabut yang berhasil kita culik untuk dijadikan budak istana.” ujar Hantu Tangan Tiga. “Bagus, manfaatkan orang-orang itu menjadi budak Kerajaan dan cuci otak mereka agar tunduk dan mau melaksanakan perintah apa saja dari kita termasuk membujuk saudara-saudara mereka menjadi budak istana ini.” tutur Hantu Bermuka Dua. “Baik yang mulia, sekarang juga saya akan menemui mereka di penjara.” ujar Hantu Tangan Tiga, selepas berucap ia pintu ke luar dari ruangan rahasia itu
Di atas sebuah bukit malam itu terlihat cahaya yang berasal dari kobaran api, angin yang bertiup mengitari kawasan perbukitan itu membuat kobaran api lebih menyala. Tak jauh dari tumpukan kayu kering yang terbakar itu, tampak 4 sosok yang 3 di antaranya berwujud aneh. Ada yang berupa seekor harimau, ada pula yang setengah badannya merupakan badan kuda serta ada yang bertubuh pendek atau pun cebol, sementara satu sosok lagi pemuda tampan berpakaian serba putih dengan sebilah pedang berkepala rajawali tersandang di pundaknya. Melihat sikap mereka, agaknya mereka sengaja bermalam di atas bukit itu dengan membuat api unggun untuk menghangatkan badan serta mengusir nyamuk yang dapat mengganggu saat mereka hendak beristirahat nantinya. Mereka tidak lain adalah Arya Mandu, Benggala, Yuda Tirta dan Dewa Bola Api. Dari kawasan pemukiman kelompok manusia beruang, ternyata Arya dan ketiga sahabatnya melanjutkan perjalanan mereka ke arah Selatan. Dan setelah dua hari perjalanan tibalah mereka
“Dia juga sosok Peri yang ramah, tutur bahasanya sangat lembut. Dia memang pantas dihormati dan dimuliakan oleh para penghuni Negeri Peri sejak negeri ini tercipta, karena para leluhur kelompok maupun suku-suku penghuni negeri ini pasti sering mendapat pertolongan darinya.” kali ini Benggala yang menebak-nebak kemungkinan yang terjadi di masa lalu. “Kamu benar Benggala, saya sebagai penghuni negeri ini telah mengetahui tentang adanya Peri penguasa negeri sejak dulunya. Para leluhur kami pun berkata begitu, dan seluruh kelompok manusia cebol juga menghormati para Peri itu hingga saudara-saudara saya punah.” tambah Dewa Bola Api membenarkan semua yang dikatakan Benggala mengenai sosok Peri. “Lalu apakah secara kebetulan saja Peri itu turun ke negeri ini karena mendengar teriakan kita di pinggiran hutan, saat tak satupun di antara kita berani menolong Arya?” tanya Yuda Tirta. “Saya rasa tidak, pasti kemunculan Peri itu di negeri ini ada sesuatu yang tengah ia selidiki. Karena sebelum
“Maaf yang mulia, sebaiknya yang mulia tenangkan diri agar mampu berfikir akan langkah selanjutnya yang musti dijalankan.” kali ini sosok yang lain dari salah seorang kepercayaan Kerajaan itu yang berbicara. “Ya, apakah kau punya rencana yang bagus untuk dilakukan Durpala?” tanya Batara Durja yang berusaha meredam amarah di hatinya. “Maaf yang mulia, saya juga belum dapat memikirkan akan rencana selanjutnya. Saya hanya ingin menenangkan amarah di hati yang mulia saja.” jawab sosok yang di panggil Durpala itu. “Amarah saya takan hilang, sebelum saya dapat membalas semua yang mereka lakukan pada orang-orang utusan Kerajaan ini dan Kerajaan Siluman.” tutur Batara Durja. “Menurut saya alangkah baiknya yang mulia bertemu dengan Durpa Raja Kerajaan Siluman, siapa tahu dia memiliki rencana yang lebih tepat. Namun sebelumnya apakah Durpa juga mengetahui jika para utusannya telah tewas?” Durpala menyarankan. “Kamu benar Durpala, saya harus bertemu Durpa. Saya yakin, dia belum mengetahui a
“Rencana yang mulia benar-benar bagus, langkah pertama yang dilakukan dengan menjadikan para warga Desa Kabut sebagai budak dan pengikut setia Kerajaan ini. Semakin banyak para warga yang berhasil kita tundukan, maka semakin kuat kita nantnya.” ujar Hantu Tangan Tiga. “Ha..! Ha..! Ha..! Kau benar sekali, Panglima. Memang itulah tujuan saya memberi perintah padamu untuk menculik beberapa orang dari warga desa itu untuk kita jadikan pesuruh, dan perlahan-lahan nanti Kerajaan kita akan menjadi Kerajaan yang besar dan kuat.” kembali terdengar gelak tawa Hantu Bermuka Dua Sang Raja Kerajaan Hantu itu. Beberapa saat kemudian datanglah para tawanan yang diantarkan 2 penjaga penjara ke ruangan di mana Hantu Tangan Tiga dan Hantu Bermuka Dua tengah asyik berbincang-bincang. “Yang mulia dan Panglima, ini kami antarkan para tawanan yang kini telah menjadi bagian dari penghuni istana Kerajaan.” ujar salah satu penjaga penjara yang mengiring para tawanan warga Desa Kabut yang kini telah berubah
“Ya, kunjungan saya ke sini memang ada hal penting yang ingin saya sampaikan namun sebelumnya apakah sobatku Durpa sudah mendapat laporan tentang para utusan kita di Negeri Peri?” tanya Batara Durja. “Itu lah yang sampai sekarang belum saya dapatkan beritanya yang mulia, Panglima Kerajaan telah beberapa kali saya utus mencari tahu tentang mereka namun tak satupun dari para utusan itu ditemui di Negeri Peri itu.” jawab Durpa. “Saya mendapat laporan dari mata-mata Kerajaan, kalau semua utusan kita telah tewas. Sebagian besar oleh pemuda dari negeri 1.500 tahun itu, dan lebihnya oleh Peri Salju.” tutur Batara Durja. “Apa?! Semua utusan kita tewas? Peri Salju juga turun ke negeri itu? Wah, ini benar-benar bahaya! Berarti para Peri telah mengetahui tentang rencana kita untuk menguasai Negeri Peri itu.” ujar Durpa yang terkejut mendengar penuturan Batara Durja. “Ya, bisa jadi para Peri telah mengetahui rencana kita itu. Untuk itu saya mengunjungimu di sini, langkah apalagi yang musti ki
Mendengar jawaban dari Lestari kini Peri Salju yang tampak terkejut karena saat ia melamun akan sosok lelaki yang pernah dijumpainya beberapa waktu lalu di Negeri Peri, Lestari abdi istana kesayangannya itu melihatnya. Tampak sekali wajahnya bersemu merah, meskipun ia berusaha untuk menyembunyikan dan walaupun Lestari belum tahu apa yang tengah ia lamunkan tadi. “Tak biasanya yang mulia bermenung dan tersenyum begitu, apa gerangan yang telah terjadi hingga membuat yang mulia Peri Salju seperti itu?” tanya Lestari. “Hemmm, saya sendiri juga heran. Sejak saya menolong seorang pemuda yang tengah terperangkap di gurun es abadi beberapa hari yang lalu di Negeri Peri, pemuda itu selalu menganggu pikiran saya. Meskipun saat itu tubuhnya kaku dan tak sadarkan diri, namun saya dapat melihat jelas jika pemuda itu sangat unik.” tutur Peri Salju diiringi senyum manisnya. “Oh rupanya junjunganku Peri Salju Peri tercantik sejagat raya ini, tengah jatuh cinta? Pemuda unik seperti apa yang mulia m
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa