Para warga Suku Andahan dan kelompok manusia kerbau yang sempat menghindar, membalas serangan Bramadera dengan melesatkan anak panah serta tombak. “Wuuuuuuuuuuus..! Wuuuuuuuuuuus..! Taaaaap..! Taaaaap..! Praaaaaak..! Praaaaaaak..!” puluhan anak panah dan tombak itu patah akibat kibasan tangan kiri Bramadera, kalau pun beberapa di antaranya mengenai tubuh mahkluk raksasa itu namun jangankan menancap goresan sedikitpun saja tidak. Melihat hal itu Garda dan Bagas sangat terkejut, mereka tak menyangka jika anak panah serta tombak yang mereka lesatkan bersamaan tidak mempan bagi mahkluk raksasa bernama Bramadera itu. Bramadera kembali mengibas batang pohon di genggamannya ke arah para warga Suku Andahan dan kelompok manusia kerbau, kali ini tak ada satu pun di antara mereka yang terkena kibasan batang pohon itu karena mereka terlebih dulu menyadari dan mengantisipasi serangan dari mahkluk raksasa pengacau itu. “Berpencar jangan ada yang berkumpul lagi..!” seru Garda pada warga Suku And
“Ya yang mulia, namanya Arya Mandu. Katanya ia berasal dari negeri 1.500 tahun yang akan datang, pemuda itu sangat baik dan memiliki ilmu yang luar biasa. Dia bukan hanya mampu menewaskan penyusup di kelompok manusia kerbau itu, tapi juga dapat mempersatukan kami yang sejak kemunculan penyusup itu antara kami saling bermusuhan.” tutur Garda. “Hemmm, apakah pemuda itu yang pernah diceritakan Peri Ratu? Seorang pemuda dari negeri masa depan akan muncul di negeri ini, utusan Dewata Agung untuk membasmi kejahatan di jagad raya ini.” gumam Peri Salju dalam hati, saat teringat cerita Peri Ratu beberapa tahun yang lalu Negeri Peri dan negeri di atas awan akan kedatangan sosok manusia dari negeri masa depan. “Ke mana pemuda dari negeri asing itu?” tanya Peri Salju. “Setelah menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kawasan ini serta sempat pula menginap di pemukiman kami, Arya dan para sahabatnya melanjutkan perjalanan mereka ke arah Barat sana!” jawab Garda sembari menunjuk ke arah Barat
Malam hari di kawasan Suku Dolo kembali diterpa hujan lebat, di sana di dalam kamar sebuah pemukiman sosok perempuan yang tidak lain adalah Dwira tengah melakukan kontak dengan komplotannya utusan Kerajaan Siluman namun hanya Dwita yang berhasil ia hubungi melalui telepati. Dwira pun menyakini jika para perempan utusan Kerajaan Siluman lainnya telah tewas, dan hanya tersisa Dwita dan dirinya saja. Dalam kontak itu, Dwita menyarankan agar besok sebelum tengah hari kelompok manusia beruang dan para warga Suku Dolo dibenturkan. Dwita sendiri yang akan memimpin pasukan manusia beruang menyerang ke kawasan Suku Dolo itu, dengan dalih merampas hasil pertanian mereka. Dwira menyetujui hal itu, karena para lelaki yang ia latih sudah benar-benar mahir dalam menggunakan senjata serta gerakan-gerakan ilmu bela diri, pasti akan menjadi tontonan yang menarik saat mereka berdua membenturkan Suku Dolo dengan para kelompok manusia beruang itu. Jika dua kelompok itu saling bunuh tentu Dwira dan Dwi
Semua mata tertuju pada Dwira dan Dwita yang tengah berdiri tegak sembari senyum-senyum saking gembiranya menyaksikan pertempuran para lelaki Suku Dolo dan kelompok manusia beruang. Dua perempuan siluman itu terkejut, dan seketika raut wajah mereka yang tadi riang berubah pucat. “Hei.. kalian jangan dengarkan ocehan pemuda asing itu! Cepat habisi dia!” seru Dwira memerintahkan pasukan manusia beruang untuk menyerang, namun para lelaki pasukan manusia beruang tak melakukan apa-apa akan mereka memilih diam di tempat. “Kalian dengar tidak?! Saya memerintahkan kalian, serang kembali pasukan Suku Dolo itu!” Dwira berteriak lantang. “Kami tidak akan melakukan perintahmu lagi! Apa yang dikatakan pemuda berpakaian putih itu sepertinya benar kau hanya diam saja menyaksikan kami berperang! Siapa kalian sebenarnya? Sepertinya kalian telah mengenal satu dengan yang lainnya?” seru Duro pimpinan pasukan manusia beruang yang memang sempat melihat Dwira dan Dwita senyum-senyum. “Kurang ajar, kal
“Benar, mereka adalah perempuan siluman yang diutus oleh Kerajaan Angkasa untuk menyusup ke kelompok maupun suku-suku penghuni Negeri Peri ini, setelah berhasil disusupi kelompok atau suku itu akan dimanfaatkan untuk membuat kekacauan dengan kelompok maupun suku yang lainnya seperti halnya yang terjadi pada kalian semua. Itulah tujuan utamanya, makanya mereka hanya berdiri menonton dengan wajah yang senang melihat kalian berperang.” jelas Arya. “Sungguh kami tak menyangka, jika perempuan yang bernama Dwira itu ternyata memiliki tujuan jahat terhadap Suku Dolo. Dia pandai sekali bersilat lidah, hingga kami percaya semua yang ia katakan.” sesal Prawira. “Memangnya sebelum kalian di arahkan untuk saling serang, dia melakukan apa di pemukiman ini?” tanya Arya. “Para lelaki muda Suku Dolo dilatih cara mempergunakan senjata lalu ilmu bela diri, setelah itu barulah ia mengajak kami ke ujung persawahan sebelah Utara itu untuk menghadapi serangan dari kelompok manusia beruang.” ujar Prawira
“Untuk lebih jelasnya, mari kita duduk bersama dengan saudara-saudara kita ini, mereka yang akan menjelaskan tentang siapa Dwira yang sebenarnya.” ajak Duro. Arya dan ketiga sahabatnya di ajak ke sebuah bangunan yang kerap dipakai Dwita untuk mengadakan pertemuan dengan para penduduk kelompok manusia beruang, begitu pula dengan para lelaki muda yang ia jadikan pasukan. “Sekarang ceritakanlah semuanya pada seluruh penduduk manusia beruang ini saudaraku Arya, agar mereka tahu siapa sebenarnya Dwita yang selama ini kami jadikan Ketua.” ujar Duro mengawali pembincaraan di ruang terbuka tempat pertemuan itu. “Saudara-saudaraku kelompok manusia beruang semuanya, saya akan menceritakan secara jelas siapa Dwita yang kalian jadikan pemimpin di kawasan pemukiman manusia beruang selama ini. Dia adalah salah satu utusan dari Kerajaan Angkasa yang ditugaskan menyusup kelompok maupun suku-suku penghuni Negeri Peri ini, adapun tujuan mereka supaya para penghuni Negeri Peri ini saling bentrok satu
“Ya Arya, sudah 2 tahun lebih dia menderita penyakit aneh yang tak bisa disembuhkan itu. Kami tetap memberinya makan setiap hari, hanya saja dia terpaksa kami sekap di sana tak boleh ke luar karena dikuatirkan penyakit yang ia derita akan menular.” jawab Duarso. Arya tiba-tiba saja mengalihkan langkahnya ke arah rumah pengasingan sosok lelaki belia itu, lelaki yang berada di dalam hanya bisa duduk karena penyakit yang ia derita dua tahun belakangan ini membuatnya tak mampu berdiri. “Siapa namamu?” tanya Arya, saat lelaki yang dihampiri di dalam ruangan penyekatan melihat kepadanya. “Nama saya Nimo.” jawabnya. “Saya Arya, kamu sudah makan?” tanya sang pendekar. “Sudah, tadi Paman Duarso yang mengantarkannya.” jawab lelaki yang ditaksir masih berusia belasan tahun bernama Dimo itu. “Kamu tidak bisa berdiri?” tanya Arya lagi. “Sudah setahun kaki saya lumpuh akibat penyakit yang saya derita ini.” jawab Dimo dengan wajah sedih. “Saya rasa penyakit yang ia derita tidak menular Paman
Sementara Arya kembali berusaha mengeluarkan segala kemampuan dan ajian yang ia miliki, namun tetap saja tak satupun yang mampu ia keluarkan. Tubuhnya benar-benar tak dapat digerakan sama sekali, dalam posisi tubuh menelungkup terjebak dalam bekuan es yang tadi berupa danau itu. Teriakan dan pekikan semakin menggema di kawasan pinggiran hutan di tepi gurun es abadi itu, tak ada seorang pun yang berani melangkah. Gurun es abadi itu memang aneh, tadi di bagian pinggiran hingga ke tengah berupa es beku yang keras dan hanya di bagian tengah-tengah saja yang mencair seperti danau kecil, tapi sekarang justru di sekeliling pinggiran itu yang berubah menjadi danau karena esnya mencair sementara di tengah-tengah yang tadi berupa danau kini membeku dan menjebak tubuh Arya. “Gusti Allah, saya berserah diri pada-Mu! Jika memang hidupku harus berakhir di sini, aku iklas karena yang aku lakukan ini semata-mata hanya ingin menolong!” seru Arya dalam hati, tubuhnya semakin terasa kaku. “Kita tidak
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa