Cukup menyeramkan kamar atau ruangan yang akan digunakan Nyi Centil untuk melakukan ritual itu, di samping tempatnya kumuh juga tidak banyak penerangan. Cahaya hanya nampak remang-remang dari kejauhan karena memang tidak diperbolehkan meletakan obor di kawasan ruangan itu. Obor yang samar-samar terlihat itu pun posisinya jauh di depan pintu masuk ruangan kamar tempat ritual, agar Nyi Centil dapat bertahan hidup layaknya manusia biasa di daratan. “Apakah Dinda sudah siap?” Nyi Centil yang telah duduk di sebuah batu yang memanjang menganggukan kepala, batu itu di samping dapat dipakai untuk bersemedi juga bisa untuk berbaring. “Sudah Kang Mas.” “Jika nanti ada yang datang mengganggu, Dinda abaikan saja. Bisa jadi itu semacam ujian,” ujar Joyo Kandis. Kembali Nyi Kendis menganggukan kepalanya. “Baik Kang Mas, apapun itu yang datang nanti saya takan tergoda agar ritual ini benar-benar berhasil.” “Jika begitu, sekarang juga saya akan tinggalkan ruangan ini. Dinda mulailah untuk bers
Saatnya Nyi Centil mengeluarkan ajian Mengelabui Mata dengan merapatkan kedua telapak tangannya di depan dada lalu berkomat-kamit, saat itu juga tubuhnya tak bisa dilihat oleh mata para prajurit dan seluruh penghuni istana Kerajaan Pantai Selatan itu. Sementara Joyo Kandis dengan berpegangan pada lengan istrinya, ia pun ikut tak tampak oleh penglihatan seluruh penghuni istana. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam istana saat beberapa orang prajurit yang bertugas menjaga pintu gerbang berganti tugas dengan yang lainnya, tentu saja saat pergantian itu berlangsung pintu gerbang terbuka dan saat itu lah Nyi Centil dan Joyo Kandis masuk tanpa terlihat oleh para prajurit itu. “Ayo, Kang Mas! Kita segera menuju tempat mustika itu berada, kita hanya punya waktu 10 menit jika terlambat kita akan tampak oleh para penghuni Kerajaan Pantai Selatan ini,” seru Nyi Centil yang ternyata ajian Mengelabui Mata yang dipergunakan saat itu, hanya berlangsung selama 10 menit. Joyo Kandis hanya anggukan
Kumala menganggukan kepala memastikan kembali akan yang baru saja ia katakan. “Benar Ratu.” Ratu Pantai Utara yang juga memiliki sebuah cermin sakti, segera menuju kamarnya untuk melihat kejadian pencurian mustika sakti milik Nyi Roro Kidul yang disampaikan Kumala itu. “Rasanya saya tak percaya jika pelakunya penghuni istana Kerajaan ini, sebentar saya akan lihat dulu di cermin sakti memastikan kebenarannya.” Setelah beberapa lama mencermati cermin saktinya, ia semakin terkejut melihat apa yang ia saksikan di cerminnya itu. “Nyi Centil...! Ternyata penghianat ini yang melakukannya! Benar dugaan saya kepergianmu secara diam-diam dari istana ini pasti memiliki tujuan yang tidak baik dan mencemarkan nama baik saya serta Kerajaan Pantai Utara ini..!” maki Ratu Pantai Utara, ia benar-benar geram melihat kenyataan itu. Kumala yang ikut diajak ke kamar untuk melihat, nampak terkejut mendengar seruan dari Ratu Pantai Utara itu. “Jadi Nyi Centil yang Ratu maksud sudah tidak tinggal di i
Namun tak ada respon dari seruannya itu, sosok yang tadi berkelebat di depannya tidak jua muncul dari semak-semak yang perempuan cantik itu duga. “Baik jika kau tak mau ke luar secara baik-baik, saya akan paksa dengan cara ini. Wuussss..!” Secarik sinar biru terang yang berasal dari selendang perempuan cantik itu menderu ke arah semak-semak yang ia curigai ada sosok yang bersembunyi di sana. “Blaaaaaaar...!” Begitu sinar biru menghantam, semak-semak dan pepohonan kecil itu pun terbakar hebat. Perempuan cantik berpakaian biru itu terkejut, saat ia melihat di semak-semak yang terbakar tak satupun sosok dijumpai selain asap mengepul akibat sinar biru dari selendangnya membakar pepohonan dan semak-semak itu. “Kemana dia?! Aku yakin dia tadi berada di semak-semak ini, agaknya memang dia bukanlah sosok yang sembarangan. Ilmu meringan tubuhnya sangat luar biasa,” gumam wanita berpakaian biru itu. “Kamu mencari Saya..?!” Tiba-tiba terdengar suara seseorang dari arah belakang sambil men
Arya menggaruk-garuk kepalanya mendengar penjelasan dari Bidadari Selendang Biru itu. “Loh, jika kamu belum tahu pasti tempat kediaman mereka. Kenapa kamu begitu yakin menuju ke selatan?” Bidadari Selendang Biru arahkan pandangan lurus ke depan tepatnya ke arah utara dari batu besar tempat ia dan Arya duduk. “Saya kira kediaman mereka takan jauh-jauh dari Laut Pantai Selatan tempat Kerajaan yang di pimpin Ratu Pantai Selatan itu.” Arya nampak mengangguk-anggukan kepalanya. “Bisa jadi begitu, namun tentu saja kita tidak bisa asal mencari asal-asalan tanpa ada petunjuk yang jelas.” Bidadari Selendang Biru membenarkan yang dikatakan Arya. “Iya kamu benar, tapi harus bagaimana lagi perintah Eyang Guru harus saya laksanakan.” Kembali Arya mengangguk. “Ya, saya mengerti.” Bidadari Selendang Biru terdengar mendenguskan napasnya. “Andai saja saya bisa bertemu kembali dengan Dewa Pandang, pasti petunjuk yang saya inginkan akan terjawab.” Arya nampak terkejut sekaligus penasaran. “
Gampar Seno tersenyum dan menganggukan kepalanya. “Saya takan pernah lupa pada orang yang telah membuat keributan serta melenyapkan nyawa para penduduk desa yang tak berdosa di seputaran Gunung Semeru ini, sekarang katakan saja apa maksud hingga datang ke Padepokan Macan Tutul ini?” Joyo Kandis kembali tertawa menyeringai. “Saya ingin memerintah kau dan semua murid-muridmu, mulai sekarang harus tunduk pada perintah saya! Ha.. Ha.. Ha..!” Menggembung rahang Gampar Seno mendengarnya, namun ia kendalikan amarahnya dengan ikut tertawa. “Apa? Kami semua harus tunduk padamu? Ha.. Ha.. Ha..! Jangan asal bicara kau Joyo Kandis dari pada bergabung dan harus tunduk pada pembantai orang-orang yang tak berdosa, kami semua lebih baik mati.” Mendengar jawaban dari Gampar Seno itu Joyo Kandis pun geram. “Oh begitu ya? Baik terimalah kematianmu!” Tak menunggu lama Joyo Kandis pun menerjang ke depan, diikuti oleh para prajuritnya yang menyerbu Padepokan Macan Tutul itu. Pertempuran sengit pun
“Apa itu, Nyi Ratu?” Nyi Roro Kidul itupun menjelaskan. “Mustika Laut Selatan milik saya telah dicuri sosok yang bernama Nyi Centil dan Joyo Kandis, sampai saat ini para prajurit istana yang saya kerahkan untuk menyelediki di mana kedua orang itu berada tak kunjung jua menemukannya. Termasuk juga dengan diri saya, yang telah mengitari seluruh pelosok pulau Jawa ini.” Dewa Pandang, yang tiba-tiba merapatkan tongkat bututnya kedada, lalu salah satu telapak tangannya ia rentangkan dikedua matanya. “Oh begitu, sebentar beri saya waktu untuk melihatnya.” Setelah beberapa menit hening Dewa Pandang kembali bersuara. “Mustika itu sangat berbahaya, tubuh pemegangnya akan kebal dari senjata dan ilmu-ilmu kanuragan. Kedua orang itu tinggal di sebuah bangunan dalam tanah di lembah Gunung Semeru, saat ini mereka tengah melakukan keonaran di mana-mana.” Terkejutlah Ratu Pantai Selatan mendengarnya. “Bangunan di dalam tanah di lembah Gunung Semeru?” Dewa Pandang mengangguk. “Ya, benar seka
“Moga saja kita bisa menemukan Kakek Dewa Pandang sesegera mungkin, Agar kita tidak terlambat hingga jatuh korban dari orang-orang yang tak berdosa akibat mustika itu.” Harap Bidadari Selendang Biru sembari arahkan pandangannya ke unggunan api di depan mereka, Arya pun mengangguk. ****** Malam itu di istana Kerajaan Bawah Tanah nampak meriah, sepertinya seluruh penghuni istana itu mengadakan pesta. Sorak-sorai kegembiraan terdengar riuh, diiringi dengan tarian mengikuti alunan alat musik yang dimainkan beberapa orang lelaki. “Saudara-saudaraku semua yang ada di sini, mari kita rayakan keberhasilan kita hari ini menguasai daerah kawasan Gunung Semeru. Besok pagi kita akan bergerak kembali memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Bawah Tanah ini!” seru Joyo Kandis pada seluruh orang yang ada di ruangan tempat mereka berpesta-pora itu. Seluruh yang ada di ruangan itu bersorak gembira. “Hidup yang mulia! Hidup Kerajaan Bawah Tanah!” Nyi Centil yang saat itu duduk di samping Raja Keraj
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa