Di tengah-tengah hutan pinus yang dingin dan penuh kabut, ada sebuah goa yang cukup luas. Di depan goa tadi, duduk seorang laki-laki tampan dan gagah, ia dikelilingi belasan anak buahnya yang mengenakan pakaian serba hitam.Laki-laki tadi bernama Su Liang, ia adalah pimpinan kelompok Teratai Merah yang baru-baru ini muncul di dunia persilatan, dan cukup disegani oleh semua tokoh karena mereka sangat lihai dan pandai berbagai jenis racun.Su Liang menatap tajam ke arah kobaran api yang dinyalakan di tengah-tengah lingkaran. Berkali-kali ia mengepalkan tinjunya, jika sudah begini tidak ada satupun anak buahnya yang berani berkomentar karena takut akan kekejaman pimpinan mereka.“Bagaimana keadaan tawanan?”“Mereka tidak mau makan tuan, setiap hari hanya menangis bahkan di antara mereka ada yang mulai demam!”“Dasar bocah tidak sabaran, saat waktunya tiba semuanya akan disembelih dihadapan orang tua mereka!”Mendengar ancamanannya, semua anggota Teratai Merah saling pandang. Mereka semua
“Tuan, tolong izinkan saya pulang!”“Maksudmu?” tanya Su Liang sambil menatap tajam kepada Qiulong.“Ayah saya sedang sakit parah, sudah dua hari ini tidak ada yang merawat serta memberinya makan. Jika tuan membolehkan saya pulang, tentu saya sangat berterimakasih atas segala kebaikan tuan!”“Ha, ha tidak semudah itu bocah. Anak buahku sudah bersusah payah membawa kalian ke tempat ini, dan sekarang merengek minta pulang!”“Percayalah tuan, setelah memberikan makan untuk ayah, saya pasti akan kembali ke tempat ini!”“Enak saja, masih bocah sudah pandai berbohong!”“Tuan tidak percaya ucapan seorang laki-laki?”Su Liang kembali ternganga, ia benar-benar takjub pada keberanian Qiulong. Bocah itu benar-benar langka, jalan fikirannya seperti orang dewasa saja. Jika tidak menyaksikan sendiri, dia tidak akan percaya ada anak berusia empat tahunan seperti Qiulong.Tiba-tiba Su Liang teringat akan ucapan gurunya, setiap seratus tahun sekali selalu terlahir bocah ajaib yang dinamakan Shintong.
“Kurang ajar, apa urusanmu mengangguku hah?” Su Liang sangat marah karena menghalangi anak buahnya yang akan menangkap Qiulong.“Setelah semua kejahatan yang kamu lakukan pada penduduk desa masih bertanya apa urusanku?” Long Wan tertawa sinis, namun kedua matanya berkilat karena marah atas kekejian yang dilakukan oleh kelompok Teratai Merah.“Kamu bukan penduduk desa, mengapa mencampuri urusanku?”“Semua bentuk kejahatan adalah musuhku, tidak peduli darimana ia berasal!”“Cuih sombong betul, jangan karena berhasil merobohkan beberapa orang anak buahku kamu menjadi tinggi hati!”“Aku tahu alsanmu menyerang penduduk dengan penyakit menular, aku juga tahu apa tujuanmu menangkap semua anak kecil dan mengurung mereka di dalam goa”Mendengar pengakuan Long Wan, Su Liang mengerutkan keningnya. Dia benar-benar merasa heran karena Long Wan bisa mengintai tempat ini tanpa ia ketahui.“Siapa kamu sebenarnya?”“Namaku Long Wan, secara tidak langsung aku juga ada ikatan batin dengan smeua penduduk
Su Liang menatap tajam ke arah Long Wan, kedua matanya berkilat karena marah. Pedang panjang di tangannya mengeluarkan bau amis yang sangat menyengat karena telah diolesi berbagai jenis racun yang sangat mematikan.“Pendekar Gurun Gobi, sudah lama aku mencarimu!”Sejenak Long Wan mengerutkan keningnya sebab baru pertama kali ia bertemu dengan Su Liang, akan tetapi calon lawannya itu telah memiliki dendam terhadap dirinya.“Siapa gurumu?” tanya Long Wan.“Cih, tidak ingatkah kamu kepada Tek Hoat yang gugur di dataran Gurun Gobi saat mencarimu di sana?”“Tek Hoat?” Long Wan mengerutkan keningnya.“Hmm, jadi datuk hitam itu adalah gurumu!”“Dia salah satu orang yang berjasa atas hidupku, jika beliau tidak datang mungkin belasan tahun lalu aku sudah tewas dimangsa binatang buas di tengah hutan ketika ibuku meninggal dunia akibat menanggung derita yang diakibatkan oleh penduduk dusun terkutuk itu!”“Sepertinya kamu memiliki banyak guru, setahuku Tek Hoat tidak pandai terhadap racun!”“Buka
“Wut!”Long Wan menendang ujung pedang yang dilontarkan oleh Su Liang, sedetik kemudian ia mendorongkan kedua telapak tangannya untuk menahan gempuran pukulan jarak jauh lawan.“Desh!”Benturan tenaga dalam yang sangat dahsyat tidak dapat dielakan lagi, tanah di sekitar goa itu bergetar hebat seperti diguncang oleh gempa.“Bruk!”Su Liang terlontar ke belakang, tubuhnya menghantam sebuah batu besar di dekat mulut goa, sedangkan Long Wan tidak bergeming dari tempatnya, hanya saja kedua tangan serta wajahnya sedikit memerah, barusan ia mengeluarkan pukulan Menghalau Badai yang selama ini menggemparkan dunia persilatan.“Hoek!”Su Liang memuntahkan darah segar, ia beringsut hendak berdiri. Kedua matanya melotot tajam ke arah Long Wan, tatapannya mengandung amarah dan kebencian yang mendalam.“Cukup! Dia antara kita tidak ada masalah peribadi, kamu tidak perlu nekad untuk mengadu nyawa!”“Kurang ajar, jangan sombong, aku belum kalah!”Long Wan menghela napas panjang, beberapa kali ia meng
“Paman!”Long Wan menoleh ke arah Qiulong yang sedang berusaha menerobos kerumunan warga. Mereka semua terkejut melihat belasan kelompok Teratai Merah tergeletak di atas tanah dalam keadaan pingsan, jika Long Wan berniat jahat tentu semuanya sudah tewas saat itu juga.“Qiulong, cepat tunjukan di mana tempat teman-temanmu disembunyikan. Ingat di antara mereka ada yang sedang sakit parah dan harus segera diobati!”Qiulong menghela napas panjang, sebenarnya dia lebih tertarik melihat pertarungan antara pamannya menghadapi komplotan penjahat yang telah menculik semua anak-anak desa. Namun sayang dia terlambat, jadi tidak bisa menyaksikan langsung kehebatan Long Wan yang sering diceritakan oleh kedua orang tuanya.“Qiulong!” tegur Long Wan.“Baiklah paman!”Sebelum pergi Qiulong melirik ke arah Su Liang yang masih berlutut di hadapan Long Wan sambil meratap, entah mengapa batin bocah itu merasa iba terhadap Su Liang, padahal lelaki itu adalah komplotan penjahat yang telah menculiknya.Qiul
Atas permintaan Ling Ling, Long Wan tinggal di desa tersebut selama satu minggu. Selain menceritakan pengalaman hidupnya, ia juga banyak bertukar fikiran mengenai ilmu silat dan pengobatan dengan Su Liang.Yang menggembirakan, semua warga menerima Su Liang dengan tangan terbuka. Mereka melupakan perihal teror wabah menular yang terjadi beberapa hari yang lalu, kini semuanya sudah sembuh dan kehangatan di desa itu kembali terasa.“Kamu sangat berbakat, di usiamu yang belum genap dua puluh tahun sudah memiliki kemampuan yang sangat hebat, terutama pengetahuanmu mengenai pengobatan dan racun sangat luar biasa!”“Ah tuan terlalu memuji, padahal jika dibandingkan dengan tuan maka ilmu saya belum berarti apa-apa!”“Tidak perlu dibandingkan, karena setiap orang memiliki kelebihan serta kepandaian di bidang masing-masing. Lihat para petani yang sedang menggarap lahan di sawah itu!” Long Wan menunjuk seorang laki-laki yang sedang bersemangat memotong padi yang sudah menguning.“Jika saya harus
Kota Xiang Zhi sangat ramai, penduduk dari daerah lain berdatangan untuk berpelesir ke daerah ini. selain banyak pemandangan indah dan pusat perbelanjaan, di kota ini juga terkenal akan makanan mewah dan lezat seperti yang biasa dihidangkan di dalam istana untuk bangsawan.Akan tetapi untuk bisa mencicipi hidangan yang lezat ini, para pengunjung harus rela mengeluarkan kocek yang lumayan besar. Akan tetapi mereka tidak peduli, yang penting bisa mencicipi hidangan ala istana. Pemilik rumah makan termewah di kota ini bernama Cheng Hu, belasan tahun lalu ia pernah menjadi kepala dapur istana. Setelah pensiun, Cheng Hu memutuskan kembali ke kampung halamannya sambil membuka usaha rumah makan.Seperti biasa, siang itu rumah makan Cheng Hu sangat ramai. Para pengunjungnya rata-rata orang kaya, karena tidak mungkin rakyat jelata bisa membayar makanan di tempat mewah ini. Gelak tawa terdengar di sana-sini, mereka benar-benar menikmati hidangan yang sangat lezat sari Cheng Hu.“Aku pernah ber