Su Liang menatap tajam ke arah Long Wan, kedua matanya berkilat karena marah. Pedang panjang di tangannya mengeluarkan bau amis yang sangat menyengat karena telah diolesi berbagai jenis racun yang sangat mematikan.“Pendekar Gurun Gobi, sudah lama aku mencarimu!”Sejenak Long Wan mengerutkan keningnya sebab baru pertama kali ia bertemu dengan Su Liang, akan tetapi calon lawannya itu telah memiliki dendam terhadap dirinya.“Siapa gurumu?” tanya Long Wan.“Cih, tidak ingatkah kamu kepada Tek Hoat yang gugur di dataran Gurun Gobi saat mencarimu di sana?”“Tek Hoat?” Long Wan mengerutkan keningnya.“Hmm, jadi datuk hitam itu adalah gurumu!”“Dia salah satu orang yang berjasa atas hidupku, jika beliau tidak datang mungkin belasan tahun lalu aku sudah tewas dimangsa binatang buas di tengah hutan ketika ibuku meninggal dunia akibat menanggung derita yang diakibatkan oleh penduduk dusun terkutuk itu!”“Sepertinya kamu memiliki banyak guru, setahuku Tek Hoat tidak pandai terhadap racun!”“Buka
“Wut!”Long Wan menendang ujung pedang yang dilontarkan oleh Su Liang, sedetik kemudian ia mendorongkan kedua telapak tangannya untuk menahan gempuran pukulan jarak jauh lawan.“Desh!”Benturan tenaga dalam yang sangat dahsyat tidak dapat dielakan lagi, tanah di sekitar goa itu bergetar hebat seperti diguncang oleh gempa.“Bruk!”Su Liang terlontar ke belakang, tubuhnya menghantam sebuah batu besar di dekat mulut goa, sedangkan Long Wan tidak bergeming dari tempatnya, hanya saja kedua tangan serta wajahnya sedikit memerah, barusan ia mengeluarkan pukulan Menghalau Badai yang selama ini menggemparkan dunia persilatan.“Hoek!”Su Liang memuntahkan darah segar, ia beringsut hendak berdiri. Kedua matanya melotot tajam ke arah Long Wan, tatapannya mengandung amarah dan kebencian yang mendalam.“Cukup! Dia antara kita tidak ada masalah peribadi, kamu tidak perlu nekad untuk mengadu nyawa!”“Kurang ajar, jangan sombong, aku belum kalah!”Long Wan menghela napas panjang, beberapa kali ia meng
“Paman!”Long Wan menoleh ke arah Qiulong yang sedang berusaha menerobos kerumunan warga. Mereka semua terkejut melihat belasan kelompok Teratai Merah tergeletak di atas tanah dalam keadaan pingsan, jika Long Wan berniat jahat tentu semuanya sudah tewas saat itu juga.“Qiulong, cepat tunjukan di mana tempat teman-temanmu disembunyikan. Ingat di antara mereka ada yang sedang sakit parah dan harus segera diobati!”Qiulong menghela napas panjang, sebenarnya dia lebih tertarik melihat pertarungan antara pamannya menghadapi komplotan penjahat yang telah menculik semua anak-anak desa. Namun sayang dia terlambat, jadi tidak bisa menyaksikan langsung kehebatan Long Wan yang sering diceritakan oleh kedua orang tuanya.“Qiulong!” tegur Long Wan.“Baiklah paman!”Sebelum pergi Qiulong melirik ke arah Su Liang yang masih berlutut di hadapan Long Wan sambil meratap, entah mengapa batin bocah itu merasa iba terhadap Su Liang, padahal lelaki itu adalah komplotan penjahat yang telah menculiknya.Qiul
Atas permintaan Ling Ling, Long Wan tinggal di desa tersebut selama satu minggu. Selain menceritakan pengalaman hidupnya, ia juga banyak bertukar fikiran mengenai ilmu silat dan pengobatan dengan Su Liang.Yang menggembirakan, semua warga menerima Su Liang dengan tangan terbuka. Mereka melupakan perihal teror wabah menular yang terjadi beberapa hari yang lalu, kini semuanya sudah sembuh dan kehangatan di desa itu kembali terasa.“Kamu sangat berbakat, di usiamu yang belum genap dua puluh tahun sudah memiliki kemampuan yang sangat hebat, terutama pengetahuanmu mengenai pengobatan dan racun sangat luar biasa!”“Ah tuan terlalu memuji, padahal jika dibandingkan dengan tuan maka ilmu saya belum berarti apa-apa!”“Tidak perlu dibandingkan, karena setiap orang memiliki kelebihan serta kepandaian di bidang masing-masing. Lihat para petani yang sedang menggarap lahan di sawah itu!” Long Wan menunjuk seorang laki-laki yang sedang bersemangat memotong padi yang sudah menguning.“Jika saya harus
Kota Xiang Zhi sangat ramai, penduduk dari daerah lain berdatangan untuk berpelesir ke daerah ini. selain banyak pemandangan indah dan pusat perbelanjaan, di kota ini juga terkenal akan makanan mewah dan lezat seperti yang biasa dihidangkan di dalam istana untuk bangsawan.Akan tetapi untuk bisa mencicipi hidangan yang lezat ini, para pengunjung harus rela mengeluarkan kocek yang lumayan besar. Akan tetapi mereka tidak peduli, yang penting bisa mencicipi hidangan ala istana. Pemilik rumah makan termewah di kota ini bernama Cheng Hu, belasan tahun lalu ia pernah menjadi kepala dapur istana. Setelah pensiun, Cheng Hu memutuskan kembali ke kampung halamannya sambil membuka usaha rumah makan.Seperti biasa, siang itu rumah makan Cheng Hu sangat ramai. Para pengunjungnya rata-rata orang kaya, karena tidak mungkin rakyat jelata bisa membayar makanan di tempat mewah ini. Gelak tawa terdengar di sana-sini, mereka benar-benar menikmati hidangan yang sangat lezat sari Cheng Hu.“Aku pernah ber
“Kau menyuruh kami untuk mengurusi diri kami sendiri, sedangkan kamu ikut campur dengan urusan kami yang sedang memperbincangkan wanita tua panggilan itu, dasar egois dan tidak tahu malu!”Mendengar ucapan yang menohok dari ke empat pemuda bangsawan tadi, Long Wan hanya menghela napas panjang kemudian menggelengkan kepalanya.“Terserah kalian saja, namun tidak akan ada asap kalau tidak ada api!”Long Wan segera memanggil pelayan untuk membayar semua makanannya, pemuda itu mengeluarkan kepingan uang emas yang tidak ternilai harganya.“Paman, ini untuk membayar semua makanan saya, sisanya ambil saja untuk paman!”“Terimakasih tuan muda!”Pelayan tadi tampak sumringah, berkali-kali ia membungkukan badannya ke arah Long Wan yang sedang ngeloyor pergi. Tentu saja empat pemuda bangsawan tadi terkejut sebab Long Wan terlihat membawa banyak koin emas.“Siapa dia sebenarnya?”“Jangan-jangan perampok, buktinya dia membawa banyak uang emas padahal penampilannya terlihat biasa-biasa saja seperti
“Yang harus kalian perhatikan, jadilah pendekar yang senantiasa menjunjung tinggi kebenaran, memberantas keangkara murkaan dan senantiasa menolong kaum lemah yang membutuhkan pertolongan!” kata Pendeta To. “Baik, suhu!” semua murid Kuil Rajawali menganggukan kepala.Seperti biasa, saat memberikan wejangan Pendeta To duduk dengan gagah di atas batu besar yang diletakan di tengah-tengah kuil, sedangkan ke sepuluh muridnya duduk di atas lantai dan sigap mencatat apa yang disampaikan oleh guru mereka.Pendeta To mengamati murid-muridnya dengan perasaan sayang, kemudian matanya tertuju kepada dua murid utama yang sudah lama belajar di kuil tersebut. “Long Wan, dan kamu Kwe Lin” ucap Pendeta To. Dua murid yang disebutkan namanya tadi menganggukan kepala.Long Wan adalah murid pertama di kuil ini. Usianya sekitar delapan belas tahun, wajahnya tidak terlalu tampan akan tetapi bersih, hidungnya mancung, rahangnya kokoh, dan yang paling menawan ia memiliki sorot mata yang sangat tajam laksana t
“Maaf tuan-tuan, apa buktinya bahwa saya bersekongkol dengan pemberontak?” tanya Pendeta To “Tidak usah berpura-pura, selama ini kamu menyembunyikan peta harta karun kerajaan Hua. Kami tahu, sisa-sisa pasukan Kerajaan Hua sedang menyusun kekuatan untuk menggulingkan kekaisaran Kerajaan Beng!” bentak Mo Ong, matanya yang bundar menatap tajam ke arah Pendeta To.“Tapi apa hubungannya dengan pinto?” Pendeta To tetap terlihat tenang, padahal batin orang tua bijaksana itu sedang tidak karuan. Ia mengkhawatirkan keselamatan murid-muridnya. Jika ia dituduh pemberontak, maka semua muridnya terancam bahaya.“Kalau kamu memang tidak bersekongkol dengan pemberontak, cepat serahkan peta harta karun itu!” kata Mo Ong lagi. “Rupanya gara-gara fitnah dan kabar burung, kini para pendekar bersedia bergabung dengan para datuk hitam!” ucapan Pendeta To terdnegar lembut namun menusuk perasaan orang-orang di sekitar tempat itu.Para pendekar identik dengan pahlawan yang senantiasa membela kebenaran, sebali