Atas permintaan Ling Ling, Long Wan tinggal di desa tersebut selama satu minggu. Selain menceritakan pengalaman hidupnya, ia juga banyak bertukar fikiran mengenai ilmu silat dan pengobatan dengan Su Liang.Yang menggembirakan, semua warga menerima Su Liang dengan tangan terbuka. Mereka melupakan perihal teror wabah menular yang terjadi beberapa hari yang lalu, kini semuanya sudah sembuh dan kehangatan di desa itu kembali terasa.“Kamu sangat berbakat, di usiamu yang belum genap dua puluh tahun sudah memiliki kemampuan yang sangat hebat, terutama pengetahuanmu mengenai pengobatan dan racun sangat luar biasa!”“Ah tuan terlalu memuji, padahal jika dibandingkan dengan tuan maka ilmu saya belum berarti apa-apa!”“Tidak perlu dibandingkan, karena setiap orang memiliki kelebihan serta kepandaian di bidang masing-masing. Lihat para petani yang sedang menggarap lahan di sawah itu!” Long Wan menunjuk seorang laki-laki yang sedang bersemangat memotong padi yang sudah menguning.“Jika saya harus
Kota Xiang Zhi sangat ramai, penduduk dari daerah lain berdatangan untuk berpelesir ke daerah ini. selain banyak pemandangan indah dan pusat perbelanjaan, di kota ini juga terkenal akan makanan mewah dan lezat seperti yang biasa dihidangkan di dalam istana untuk bangsawan.Akan tetapi untuk bisa mencicipi hidangan yang lezat ini, para pengunjung harus rela mengeluarkan kocek yang lumayan besar. Akan tetapi mereka tidak peduli, yang penting bisa mencicipi hidangan ala istana. Pemilik rumah makan termewah di kota ini bernama Cheng Hu, belasan tahun lalu ia pernah menjadi kepala dapur istana. Setelah pensiun, Cheng Hu memutuskan kembali ke kampung halamannya sambil membuka usaha rumah makan.Seperti biasa, siang itu rumah makan Cheng Hu sangat ramai. Para pengunjungnya rata-rata orang kaya, karena tidak mungkin rakyat jelata bisa membayar makanan di tempat mewah ini. Gelak tawa terdengar di sana-sini, mereka benar-benar menikmati hidangan yang sangat lezat sari Cheng Hu.“Aku pernah ber
“Kau menyuruh kami untuk mengurusi diri kami sendiri, sedangkan kamu ikut campur dengan urusan kami yang sedang memperbincangkan wanita tua panggilan itu, dasar egois dan tidak tahu malu!”Mendengar ucapan yang menohok dari ke empat pemuda bangsawan tadi, Long Wan hanya menghela napas panjang kemudian menggelengkan kepalanya.“Terserah kalian saja, namun tidak akan ada asap kalau tidak ada api!”Long Wan segera memanggil pelayan untuk membayar semua makanannya, pemuda itu mengeluarkan kepingan uang emas yang tidak ternilai harganya.“Paman, ini untuk membayar semua makanan saya, sisanya ambil saja untuk paman!”“Terimakasih tuan muda!”Pelayan tadi tampak sumringah, berkali-kali ia membungkukan badannya ke arah Long Wan yang sedang ngeloyor pergi. Tentu saja empat pemuda bangsawan tadi terkejut sebab Long Wan terlihat membawa banyak koin emas.“Siapa dia sebenarnya?”“Jangan-jangan perampok, buktinya dia membawa banyak uang emas padahal penampilannya terlihat biasa-biasa saja seperti
“Yang harus kalian perhatikan, jadilah pendekar yang senantiasa menjunjung tinggi kebenaran, memberantas keangkara murkaan dan senantiasa menolong kaum lemah yang membutuhkan pertolongan!” kata Pendeta To. “Baik, suhu!” semua murid Kuil Rajawali menganggukan kepala.Seperti biasa, saat memberikan wejangan Pendeta To duduk dengan gagah di atas batu besar yang diletakan di tengah-tengah kuil, sedangkan ke sepuluh muridnya duduk di atas lantai dan sigap mencatat apa yang disampaikan oleh guru mereka.Pendeta To mengamati murid-muridnya dengan perasaan sayang, kemudian matanya tertuju kepada dua murid utama yang sudah lama belajar di kuil tersebut. “Long Wan, dan kamu Kwe Lin” ucap Pendeta To. Dua murid yang disebutkan namanya tadi menganggukan kepala.Long Wan adalah murid pertama di kuil ini. Usianya sekitar delapan belas tahun, wajahnya tidak terlalu tampan akan tetapi bersih, hidungnya mancung, rahangnya kokoh, dan yang paling menawan ia memiliki sorot mata yang sangat tajam laksana t
“Maaf tuan-tuan, apa buktinya bahwa saya bersekongkol dengan pemberontak?” tanya Pendeta To “Tidak usah berpura-pura, selama ini kamu menyembunyikan peta harta karun kerajaan Hua. Kami tahu, sisa-sisa pasukan Kerajaan Hua sedang menyusun kekuatan untuk menggulingkan kekaisaran Kerajaan Beng!” bentak Mo Ong, matanya yang bundar menatap tajam ke arah Pendeta To.“Tapi apa hubungannya dengan pinto?” Pendeta To tetap terlihat tenang, padahal batin orang tua bijaksana itu sedang tidak karuan. Ia mengkhawatirkan keselamatan murid-muridnya. Jika ia dituduh pemberontak, maka semua muridnya terancam bahaya.“Kalau kamu memang tidak bersekongkol dengan pemberontak, cepat serahkan peta harta karun itu!” kata Mo Ong lagi. “Rupanya gara-gara fitnah dan kabar burung, kini para pendekar bersedia bergabung dengan para datuk hitam!” ucapan Pendeta To terdnegar lembut namun menusuk perasaan orang-orang di sekitar tempat itu.Para pendekar identik dengan pahlawan yang senantiasa membela kebenaran, sebali
“Kalian semua mundur, dia milikku!” Tiba-tiba sesosok tubuh ramping melompat dan berdiri di tengah-tengah area pertarungan. Semua mata terbelalak saat menyaksikan siapa yang tiba-tiba muncul itu, mereka terkejut bukan hanya karena gerakan gadis itu terlihat ringan akan tetapi kecantikannya yang tiada tara, laksana bidadari yang turun dari istana dewa.Gadis cantik yang tiba-tiba muncul tersebut bernama Li Mei. Dia adalah murid terkasih dari Mo Ong. Perawakannya ramping, wajahnya cantik jelita dan yang paling mempesona tatapannya sangat tajam. Lelaki manapun tidak akan sanggup beradu pandangan dengannya.Long Wan terpaku di tempat, amarah yang tadi berkobar-kobar untuk beberapa saat lenyap begitu saja karena tersilap oleh kecantikan Li Mei. “Suheng!” Lin Lin berteriak, dia tampak marah karena kakak seperguruannya terpesona oleh lawan, dan yang memalukan gadis itu adalah murid dari orang yang melukai gurunya.“Dasar laki-laki, semua sama saja!” desis Lin Lin sambil memalingkan muka. Long
“Suhu!” Lin Lin dan Long Wan memegang tangan gurunya. “Tidak apa-apa, dahulu aku menyimpan rahasia peta harta karun itu karena tidak ingin terjatuh ke tangan yang salah, akan tetapi ..” Sejenak Pendeta To menghentikan ucapannya, tentu saja sikapnya mengundang rasa penasaran bangi yang mendengarnya.“Mungkin sudah kehendak Thian, maka rahasia peta harta karun itu harus terbongkar” “Tidak usah berbelit-belit, cepat katakan saja!” Mo Ong semakin tidak sabar, ia menodongkan ujung pedang beracunnya ke arah pendeta To.“Anak-anaku, jaga diri kalian baik-baik!” ucap Pendeta To “Sekarang pinto akan segera menyusul teman-teman kalian!” Mendengar ucapan gurunya, Long Wan terperanjat dan ia hendak meraih tangan gurunya. Akan tetapi terlambat, pendeta sudah melompat ke arah Mo Ong yang sedang menodongkan pedang beracun. Akibatnya, Pendeta To yang bijaksana itu tewas sekita.“Suhu!” Lin Lin berteriak, batin gadis itu tergoncang dan akibatnya Lin Lin jatuh tersungkur dan pingsan. Sedangkan Long Wan
Semua orang yang mengepung kuil rajawali sudah pergi sejak malam tadi. Sedikitpun mereka tidak memperdulikan kepada sembilan jasad yang tergeletak di atas tanah dalam kondisi yang sangat mengerikan. Semuanya menyangka bahwa seluruh penghuni Kuil Rajawali sudah menyangka.Satu orang pun tidak menyangka bahwa Long Wan selamat karena tubuhnya menggantung di tepi jurang karena bajunya tersangkut akar pohon. Walaupun selamat, akan tetapi kondisi Long Wan sangat mengenaskan. Tubuhnya penuh luka, apalagi saat itu sebuah makhluk mengerikan sedang menatap tajam ke arah dirinya.“Suhu!” Long Wan mulai siuman, akan tetapi tubuhnya terasa sakit. “Sshh!” makhluk mengerikan itu mendesis dan mendekati tubuh Long Wan. Pemuda malang itu membuka kedua matanya, ia terperanjat mendapati dirinya tergantung di tebing jurang. Saat menengok ke samping, seekor ular kobra putih sedang menjulurkan lidahnya.“Ya Tuhan!” Long Wan berusaha menjauh, akan tetapi apadaya tubuhnya tersangkut akar. “Mungkin sudah waktun