“Kamu hebat, sudah bertahun-tahun aku tidak merasakan sensai seperti dirimu!” lelaki setengah tua itu menggeser tubuhnya yang penuh keringat ke arah meja “Krep!” dia mengambil botol arak kemudian menegaknya. Bunyi arak yang masuk ke kerongkongannya terdengar sangat jelas, ia sangat kehausan seperti sudah berlari puluhan kilo meter.Di sampingnya, seorang gadis tanpa busana tergeletak tidak berdaya. Wajahnya sangat pucat seperti kehabisan darah, tatapan matanya kosong dan mulutnya ternganga. Rupanya ia sedang menangis dan meratp, akan tetapi air matanya sudah mengering sejak tadi, bahkan suaranya tidak keluar dari mulutnya.“Tidak usah sedih, nanti juga kamu terbiasa!” ucap si tua bangka sambil membelai kepala gadis tadi dengan penuh rasa sayang. “Seharusnya kamu bersukur karena aku jadikan istri, kalau tidak tentu kamu akan dijadikan tumbal untuk Dewa Agung!”Lelaki tua bangka tadi menggerak-gerakan pinggangnya sehingga terdengar tulangnya berbunyi “Kretek, kretek!”. Setelah meminum a
“Ada urusan apa kamu berani menantangku?” tanya Jiang Shi, kedua matanya menatap tajam kepada Long Wan. “Jiang Shi, kamu harus mempertanggung jawabkan semua perbuatan keji yang telah kamu lakukan!” jawab Long Wan, sikapnya tetap tenang walau tadi tenaganya cukup terkuras saat melawan anak buah Jiang Shi. Kalau tidak menggunakan jurus Tarian Bidadari, tentu ia tidak akan sanggup melawan mereka semua. “Ha, ha hakim bukan, pejabat istana bukan eh tiba-tiba memintaku bertanggung jawab, rupanya kamu hanya seekor cecunguk yang ingin menjadi pahlawan” ledek Jiang Shi sambil tertawa ngakak. “Aku tidak pernah ingin menjadi pahlawan, akan tetapi semua kelakuanmun yang sudah melwati batas harus segera dihentikan!” jawab Long Wan. “Cih, sebelum mati katakan dulu dari perguruan mana kamu berasal!” titah Jiang Shi sambil menghentakan ujung tongkatnya pada sebuah batu besar di pinggir goa “Duk!” batu tersebut hancur berantakan. Long Wan siap siaga, dari gerakan Jiang Shi tadi ia tahu bahwa lawannya
“Wut!” Jiang Shi kembali menerjang Long Wan yang masih sibuk membetulkan kuda-kudanya. “Duk!” karena tidak sempat mengelak, Long Wan nekad menangkis serangan Jiang Shi, akibatnya tubuh Long Wan kembali bergetar hebat. Hal ini menandakan bahwa tenaga dalam Jiang Shi jauh di atasnya.Di saat Long Wan lengah, Jiang Shi melayangkan tendangannya dan mengenai dada Long Wan dengan sangat telak. “Buk!” Long Wan terlempar dan menubruk sebuah pohon sampai ambruk. Long Wan berusaha bangkit sambil memegangi dadanya yang terasa sesak dan panas.Jiang Shi mengerutkan keningnya, sebab lawannya masih bisa bangkit walau sudah terkena serangannya. lelaki tua itu mengakui, jika ia belum mempelajari kitab sihir di pulau terpencil, dirinya belum tentu bisa menandingi Long Wan. Namun kini, kesaktian Jiang Shi hampir setara dengan para datuk persilatan dari empat penjuru Tiongkok, bahkan kalau ia sudah menamatkan isi kitab sihir itu mungkin dirinya menjadi jago nomor satu di kolong jagat raya ini.Namun, ki
Kaisar Yang Che memerintah dengan sangat bijaksana, ia ingin membuktikan kepada rakyat bahwa dirinya memang layak menggantikan kekaisaran Hua yang bertindak sewenang-wenang dan menindas rakyat.Sudah lumrah, peralihan kekuasaan pasti mengorbankan banyak pihak baik dari pasukan Hua maupun gerakan pemberontak yang dipimpin Yang Che. Yang paling menyakitkan, masyarakat yang tidak tahu menahu urusan perang ikut menjadi korban. Apalagi setiap ada kerusuhan dan perhatian pemerintah tertuju pada perang, maka gerombolan penjahat ikut membuat kisruh suasana.Setelah perang selama bertahun-tahun, akhirnya Yang Che bisa naik tahta dan menjadi kaisar pertama kerajaan Beng. Bagi rakyat jelata tidak akan peduli siapa yang memerintah, yang diinginkan oleh mereka hanyalah bisa hidup tentram dan nyaman.Hal ini diketahui oleh kaisar Yang Che, maka dia bisa menjalankan roda pemerintahan dengan sangat baik dan iapun mendapatkan rasa hormat dan simpatik semua rakyat. Namun saat usianya hampir enam puluh
“Setelah ini nona akan pergi ke mana?” Yang Han melirik Li Mei yang masih menyandarkan punggungnya pada batu besar di pinggir sungai. “Jangan panggil nona, sebut namaku saja!” tegur Li Mei “Baiklah nona, eh Li Mei” Yang Han tersipu “Dengan begini terasa lebih akrab, sebab aku tidak suka bertele-tele!” ucap Li Mei.Yang Han menganggukan kepalanya, ia tahu gadis di hadapannya bukanlah wanita sembarangan melainkan seorang jago silat yang terbiasa berkelana di alam bebas. “Mungkin aku akan pergi ke utara untuk meluaskan pengalaman” Li Mei sengaja tidak menyebutkan bahwa sebenarnya ia ingin mencari gurunya yang sudah lama tidak kembali, bahkan kabarpun tidak ada.Yang Han dan Li Mei terus bercakap-cakap sampai menjelang sore. Ketika matahari sudah condong ke ufuk barat, Li Mei berpamitan dan tanpa menoleh lagi ia segeraa berkelebat dan meninggalkan Yang Han duduk termenung di tempat itu.“Luar biasa!” Guman Yang Han. Ia benar-benar kagum dan tertarik kepada Li Mei, selain cantik gadis itu
Setelah berlatih di bawah bimbingan Tabib Lo, Long Wan melanjutkan perjalanan ke daerah utara yang tandus dan gersang. Tempat itu sangat jauh dan berbahaya, dan di luar kekuasaan Kaisar Beng. Di sanalah tempat para buronan, perompak dan segala macam penjahat berkumpul.Long Wan kini telah tumbuh jadi seorang pemuda yang benar-benar matang baik fisik maupun batinnya. Dalu, walaupun ia cukup hebat namun karena mempelajari ilmu silat secara mandiri maka banyak gerakan yang salah. Berbeda dengan sekarang, Tabib Lo sangat lihai dan mengerti seluk beluk perguruan silat Kuil Rajawali, karena pada dasarnya ilmu silat Tabib Lo, Pendeta To dan Yin Long memiki satu rumpun akar yang sama sebab ketiganya merupakan satu perguruan dari seorang petapa sakti beberapa puluh tahun yang lalu.Long Wan terus berjalan menyusuri jalan setapak, di antara rerumpunan pohon bambu. Saat itu matahari tepat berada di atas kepala, namun cahayanya tidak mampu menerobos sela-sela daun bambu yang rimbun.Sepanjang jal
“Dasar nasib, hidup tersiksa dan matipun tidak bisa!” ratap wanita tadi sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya. “Sudahlah nyonya, tidak baik meratap seperti itu!” Long Wan duduk di samping wanita tadi. “Kamu tidak tahu apa-apa, dasar orang asing seenaknya berbicara” hardik wanita tadi.Long Wan tersenyum, dia jadi teringat kepada Li Mei saat membuat Lin Lin marah. “Lebih baik marah daripada putus asa!” ucap Li Mei waktu itu saat ia menanyakan alasan mengapa gadis itu mengaku-ngaku hamil di hadapan Lin Lin.“Nyonya, aku memang tidak tahu apa masalahmu. Akan tetapi melakukan tindakan bunuh diri adalah adalah suatu kebodohan!” kata Long Wan “Di alam sana, kamu tidak akan bisa berkumpul dengan anakmu karena ruh orang yang bunuh diri tempatnya terpisah. Dan di dunia ini, orang-orang yang membuat anakmu meninggal masih bisa tertawa cekikikan dan bersenang-senang. Apa anda reala seperti itu?”Mendengar ucapan Long Wan, sejenak wanita tadi termenung dan menghentikan tangisanya.
“Trang!” Long Han menyentil ujung pedang milik A Hay. Walaupun gerakannya terlihat sederhana namun akibatnya sangat luar biasa, A Hay berteriak kesakitan dan pedangnya jatuh ke atas tanah. “Kurang ajar!” A Hay meringis kesakitan sambil memegangi tangan kanannya yang terasa kesemutan.“Dasar bodoh!” ucap Long Wan sambil melintangkan kedua tangan di depan dadanya. A Hay mendelik, kemudian memberikan isyarat agar teman-temannya mengeroyok Long Wan.“Cukup, kamu sudah menghinaku melebihi seorang wanita penghibur, dan sekarang kamu ingin mencelakakan orang yang sudah menolongku!” teriak Ling Ling, akan tetapi ucapannya sedikitpun tidak dipedulikan oleh A Hay, sebab hatinya terbakar amarah dan rasa cemburu.“Enci, pergilah ke tempat yang aman!” ucap Long Wan, tubuhnya segera berkelebat ke arah teman-teman A Hay yang hendak mengeroyoknya. “Wut, desh!” walaupun hanya menggunakan tangan kosong, akan tetapi Long Wan dengan sangat mudah merobohkan para pengeroyoknya padahal mereka menggunakan sen
“Kau?”Long Wan berusaha bangkit, namun pandangan matanya masih samar-samar akibat efek racun dalam tubuhnya. Wanita bercadar yang sejak semalam tadir tidur memeluknya terlihat terkejut, buru-buru melompat bangkit sambil membetulkan kain yang menutupi wajah bagian bawahnya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, gadis itu mendorong batu besar yang menutupi goa.“Byar!”Cahaya matahari pagi menerangi dalam goa dan membuat Long Wan memicingkan matanya yang terasa silau.“Nona, siapa kamu sebenarnya dan apa yang telah kita lakukan di tempat ini?”Long Wan berteriak, namun seruannya diacuhkan oleh gadis tadi.“Tunggu!”Long Wan merangkak bangkit, dengan sempoyongan ia berusaha mengejar wanita bercadar hijau itu namun sesampainya di luar suasana di tempat itu sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain.“Ah apa aku bermimpi?”Long Wan memukul-mukul kepalanya yang terasa sangat pening, namun ketika meraba dadanya yang terasa sakit dan perih ia terperanjat karena mendapati dadany
Daya tahan Long Wan memang luar biasa, walaupun dia terombang ambing di lautan lepas dan terkena tusukan pedang beracun para penghuni pulau hantu ia masih hidup, akan tetapi kondisinya sangat memprihatinkan.Tubuh Long Wan panas dingin terserang demam, berkali-kali ia merintih dan pingsan lagi akibat terlalu banyak mengeluarkan darah. Kalau tidak segera ditolong kemungkinan ia akan tewas. Saat itu suasana di Pulau Hantu mulai gelap karena matahari sudah terbenam di ufuk barat.“Li Mei, Lin Lin”Berkali-kali ia mengigau dan memanggil-manggil orang-orang terdekatnya.“Wur!”Gelombang ombak kembali mengamuk dan membasahi tubuhnya yang sedang terdampar di pesisir pulau. Tentu saja hal itu semakin menyiksa tubuhnya. Di saat yang kritis antara hidup dan mati, ada perahu kecil yang berlabuh di dekatnya. Tidak lama kemudian sesosok bayangan hitam segera menghampirinya.Bayangan hitam tadi rupanya seorang wanita, tubuhnya terlihat sangat ramping dan wajahnya ditutupi kain berwarna hijau. Untuk
“Byur!”Perahu yang ditumpangi Long Wan bergoyang dan hampir terbalik karena dihantam gulungan ombak yang sangat besar. Pemuda itu mengerahkan tenaganya untuk mengimbangi laju perahu yang sedang diombang-ambing air laut.“Gawat, kalau seperti ini terus aku bisa tenggelam!”Walaupun ia seorang pendekar hebat, namun ketika melihat gelombang air laut yang sangat dahsat bulu kuduknya merinding juga.Sudah setengah hari lamanya ia berlayar, dan daratan dibelakangnya tidak tampak lagi. Kini Long Wan terombang-ambing di tengah lautan lepas. Yang ada hanya kehampaan dan ketakutan yang sangat mencekam.Seumur hidup baru kali ini ia berlayar seorang diri cukup jauh ke tengah-tengah lautan. Sejak kecil Long Wan hidup di wilayah Selatan dan tidak mengenal laut, kemudian setelah Dewasa mengembara di dataran Gurun Gobi yang tandus dan gersang.Lautan menyimpan banyak misteri, dan entah mengapa semakin lama ia berlayar perasaannya diliputi oleh rasa takut yang sangat mencekam apalagi saat itu ia han
“Lepaskan!”Lelaki itu terus mengerahkan tenaganya, akan tetapi semakin ia bergerak, cengkraman tangan Long Wan semakin keras dan mengakibatkan pergelangan tangannya terasa sakit seperti dijepit besi baja panas.“Hei, apa yang kamu lakukan terhadap anak buahku, hah?”Si tengkulak menghampir Long Wan, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat kedua mata pemuda itu mencorong tajam seperti seekor harimau.“Anak muda, tolong jangan membuat masalah, nanti urusannya semakin berabe”Nelayan tadi menepuk bahu Long Wan, ia tidak ingin pemuda yang telah menolongnya itu membuat keributan di pasar. Akan tetapi terlambat, sebab anak buah si tengkulak mengetahui keributan itu dan langsung berdatangan lalu mengerubuti Long Wan sambil mengacungkan golok besar yang biasa dipakai untuk memotong ikan.“Tangkap si pembuat onar ini!”“Sring!”Golok di tangan anak buah tengkulak terlihat berkilauan tersorot sinar matahari. Melihat itu, sontak saja semua orang yang sedang berjualan lari berhamburan meningg
“Ada apa dengan pulau-pulau di sana, paman?”“Di sana ada sesuatu yang sangat mengerikan”“Ada binatang buas?” Pancing Long Wan.“Bukan, seumur hidup menjadi nelayan sudah banyak menemukan binatang laut yang sangat ganas. Namun lagi-lagi tidak sebanding dengan sesuatu yang tersembunyi di pulau itu?”“Ada hantu?”“Kamu tahu?”Nelayan tadi melirik ke arah Long Wan, ia baru menyadari bahwa pemuda itu tidak kesulitan membawa bakul berisi ikan yang baru ia tangkap. Padahal barang tersebut sangat berat, dia saja yang sudah terbiasa bekerja keras sangat kesulitan namun pemuda di sampingnya walaupun badannya tidak kekar tapi sanggup memikulnya, bahkan tidak berkeringat sama sekali.Akhirnya si nelayan tadi sadar, bahwa Long Wan bukanlah pemuda sembarangan. Tentunya ia orang sakti yang sedang menyelidiki tempat ini. Ia teringat berbagai pengalamannya yang sering bertemu dengan orang-orang aneh dan sakti.Banyak jagoan ataupun pendekar yang sangat lihai, namun fisiknya terlihat biasa-biasa saja
“Paman, bolehkah saya menyewa perahu ini?”Nelayan yang sejak tadi sibuk mengeluarkan ikan dari jala sejenak menghentikan pekerjaannya, lalu menoleh ke arah Long Wan.“Tuan muda hendak ke mana?”“Saya ingin berpelesir ke sekitar lautan, kata orang-orang laut di sini sangat indah”“Berpelesir?”“Betul sekali, paman”“Lautan di sini ombaknya sangat ganas, saja tidak berani berlayar terlalu jauh, lagian di sini tidak ada pantai yang bisa dikunjungi, kecuali,”“Kecuali apa, paman?”“Sudahlah, saya tidak bisa menyewakan perahu ini”Nelayan tadi melanjutkan pekerjaannya, namun Long Wan dapat menangkap raut muka nelayan itu yang terlihat sedikit pucat, tampaknya ia sangat ketakutan.“Apakah di sekitar pantai ini ada pantai?”“Aku tidak tahu, lebih baik kamu pulang saja sebab semua orang di tempat ini tidak akan ada yang mau menyewakan perahunya kepadamu”“Kenapa begitu?” Long Wan sangat kecewa mendengar perkataan nelayan tadi.“Pulang saja, saya sedang sibuk!”“Saya sanggup membayar berapapu
“Walaupun si tua bangka itu susah diajak kerja sama, namun kesetiannya terhadap kebenaran tidak diragukan lagi!”“Sebentar, menurut rumor yang beredar, Dewa Obat tidak pernah mau turun tangan dan ikut campur dalam berbagai pertempuran. Bahkan dia tidak pernah pandang bulu menolong siapapun juga, baik dari kalangan pendekar atau datuk hitam, jika membutuhkan pertolongan ia pasti akan mengobatinya!”“Itu memang benar, jika Dewa Obat diajak bertempur menyerang kerajaan tentu saja dia tidak akan mau. Lagian akan berabe nantinya jika Dewa Obat justru menolong para penjahat yang sedang kita bantai!”“Lalu?”Semua orang memandang ke arah Shan Zeng, mereka sangat penasaran ingin mendengar kelanjutan ide salah satu pendekar dari Kuil Kun Lun itu.“Kita mengundangnya ke tempat ini bukan untuk menjadikannya sebagai senjata tempur, melainkan berjaga-jaga jika di antara kita terkena luka dalam. Kalian harus ingat, orang-orang yang akan kita hadapi sangat sakti!”“Hal penting lainnya, dengan mengun
“Jadi untuk sementara waktu Long Wan tidak akan kembali ke sini?”“Betul sekali pangeran, sebab beliau masih ada urusan di wilayah Barat!”“Urusan apa, itu?”Pangeran Yang Han merasa kecewa sebab adik angkatnya yang berjuluk Pendekar Gurun Gobi tidak mau segera turun tangan membantunya, padahal saat ini dia sedang keteteran menghadapi para penjahat yang sudah bersekutu dengan pejabat istana.Yang paling menyedihkan sekaligus menguras emosinya, saat ini kaisar sedang sakit parah dan ia dilarang untuk menemuinya. Kaisar yang sedang skearat itu telah dihasut oleh istri mudanya dan menganggap ia memimpin pemberontak dan beruapaya merebut tahta kaisar.Untuk beberapa saat lamanya Su Liang menghela napas panjang, ia memutar otaknya untuk memilih kata-kata yang pas untuk diucapkan. Ia tahu saat ini pangeran merasa kecewa kepada Long Wan, jika ia salah ucap tentu akan berakibat fatal.“Saat ini Long Wan sedang mencari penawar untuk mengobati tunangannya akibat terkena Racun Dewi Maut!”“Dewi
“Hang, saya harap anda bersabar dan membiarkan nyonya Tin Hua menjelaskannya terlebih dahulu!”“Lengan Delapan, kamu tidak perlu membelanya. Eh saya lupa, bukannya kalian telah menjalin hubungan terlarang ya!” Hang mencibir ke arah si Lengan Delapan.“Jaga ucapanmu!”“Singa Gila, mulutmu sungguh busuk!”“Yang busuk itu sikap dan tingkah laku kalian berdua, gara-gara kalian berselingkuh, Kang Kui membelot dari kelompok Teratai Putih dan bergabung dengan para Penghuni Pulau Neraka!”“Kurang ajar!”Tin Hua dan si Lengan Delapan berdiri, keduanya tidak terima dipermalukan di hadapan smeua orang.“Singa Gila, saat ini juga mari kita mengadu nyawa!”“Ha ha, kalian pikir aku takut?” tantang Hang.Semua orang terlihat tegang, mereka tahu bahwa Hang, si Lengan Delapan dan Tin Hua bukanlah orang sembarangan. Ke tiganya merupakan jago silat istana yang tersohor akan kehebatannya.“Brak!”Panglima Tung Hai menggebrak meja.“Kalian sudah tidak menghargaiku lagi, hah?”“Maafkan saya panglima, akan