“Maaf tuan-tuan, apa buktinya bahwa saya bersekongkol dengan pemberontak?” tanya Pendeta To “Tidak usah berpura-pura, selama ini kamu menyembunyikan peta harta karun kerajaan Hua. Kami tahu, sisa-sisa pasukan Kerajaan Hua sedang menyusun kekuatan untuk menggulingkan kekaisaran Kerajaan Beng!” bentak Mo Ong, matanya yang bundar menatap tajam ke arah Pendeta To.
“Tapi apa hubungannya dengan pinto?” Pendeta To tetap terlihat tenang, padahal batin orang tua bijaksana itu sedang tidak karuan. Ia mengkhawatirkan keselamatan murid-muridnya. Jika ia dituduh pemberontak, maka semua muridnya terancam bahaya.
“Kalau kamu memang tidak bersekongkol dengan pemberontak, cepat serahkan peta harta karun itu!” kata Mo Ong lagi. “Rupanya gara-gara fitnah dan kabar burung, kini para pendekar bersedia bergabung dengan para datuk hitam!” ucapan Pendeta To terdnegar lembut namun menusuk perasaan orang-orang di sekitar tempat itu.
Para pendekar identik dengan pahlawan yang senantiasa membela kebenaran, sebaliknya golongan hitam adalah para bandit, tukang rampok, begal dan segala pelaku kejahatan lainnya. “Jangan salah faham sobat, kami mendatangi tempat ini hanya untuk memastikan agar peta harta karun itu tidak jatuh ke tangan yang salah!” kilah Dewa Pedang sambil melirik ke arah Mo Ong.
“Hanya untuk memastikan!” Pendeta To tertawa, suaranya sangat kencang dan menggetarkan tempat itu karena dilapisi oleh tenaga dalam yang sangat tinggi. “Siapa orang yang lancang memfitnah pinto menyembunyian peta harta karun itu?” kata Pendeta To setelah tawanya reda.
“Kamu tidak perlu tahu, cepat katakan saja benar atau tidak bahwa peta harta karun itu padamu!” teriak Mo Ong, memang sudah menjadi kebiasaan bagi golongan hitam tidak suka berbasa-basi. “Baiklah, kalau begitu kalian pastikan saja sendiri!” jawab Pendeta to singkat.
“Long Wan, pinto akan berusaha mengalihkan perhatian. Kamu ajak yang lainnya untuk segera meninggalkan tempat ini!” bisik Pendeta To sambil melangkahkan kakinya mendekati Mo Ong. “Tapi, suhu .. ” Long Wan memegang tangan gurunya “Jangan membantah, laksanakan saja!” Long Wan terkesima, baru kali ini ia dibentak oleh gurunya. Dan yang lebih mengejutkan terlihat jelas bahwa Pendeta To sedang ketakutan.
“Dasar pendeta munafik, menyembukian peta harta karun yang bukan miliknya!” “Namanya juga pemberontak!” Terdengar ejekan dari semua orang yang mengepung tempat itu, tidak terkecuali dengan Dewa Pedang dan muridnya.
Melihat itu Lin Lin terlihat marah, apalagi ia sudah dijodohkan dengan murid si Dewa Pedang yang bernama Tianba. “Jangan sumoi!” Long Wan menarik tangan Lin Lin yang hendak maju dan mendamprat Dewa Pedang.
“Baiklah, jika itu keputusanmu mari kita bertarung untuk membuktikan kebenarakan kabar akan peta harta karun itu!” kata Mo Ong, sedetik kemudian ia segera berkelebat ke arah Pendeta To, maka pertempuran sengit tidak bisa dielakan lagi. Mereka berdua saling serang dengan jurus dahsyat andalan masing-masing.
“Long Wan, cepat pergi!” teriak Pendeta To di sela-sela pertarungannya. “Suheng, apa yang harus kami lakukan?” Ke delapan murid Kuil Rajawali terlihat gugup dan ketakutan. Long Wan menarik napas panjang, ia tidak menyalahkan rekan-rekannya yang ketakutan. Selain ia dan Lin Lin, semuanya baru setahun tinggal di kuil ini, dan baru belajar dasar-dasar ilmu silat saja.
“Sumoi, tolong ajak semuanya cepat meninggalkan tempat ini!” bisik Long Wan. Lin Lin menoleh “Suheng, saya kamu anggap murid macam apa meninggalkan suhu di saat seperti ini!” Lin Lin mendelikan matanya. “Bukan begitu sumoi, tapi ini demi keselamatan mereka!” Long Wan menunjuk ke delapan murid Kuil Rajawali yang ketakutan. Sejenak Lin Lin termenung, ada pertempuran sengit di dalam batinnya.
“Wut, desh!” Baik Mo Ong ataupun Pendeta To sama-sama terpental ke belakang. Pendeta To mengerutkan keningnya saat melirik ke arah murid-muridnya yang masih tetap berdiri di depan kuil. Sementara pasukan pemerintah sudah semakin mengepung tempat itu.
“Sumoi, cepat!” kata Long Wan “Tapi ..” Lin Lin semakin gugup. Baru saja ia menoleh ke arah rekan-rekannya, tiba-tiba tempat itu dihujani oleh panah api oleh pasukan pemerintah. Long Wan dan Lin Lin berhasil menghindar, akan tetapi rekan-rekannya yang lain tidak bisa berbuat apa-apa. Akibatnya mereka tewas meregang nyawa karena sekujur tubuhnya menjadi mangsa panah api.
“Suheng, argh!” teriak mereka. Muka Long Wan bersemu merah “Jahanam, kalian lebih kezam daripada iblis!” murid utama Kuil Rajawali itu segera melompat dan menerjang barisan pasukan pemerintah yang tadi menyerang dengan panah api.
“Tidak!” Pendeta To tercengang, wajahnya terlihat sangat pucat saat menyaksikan murid-muridnya tewas bersimpah darah. Ada rasa sesal dalam batinnya, mengapa ia tidak mengajarkan ilmu silat tingkat tinggi kepada mereka. Di saat Pendeta To sedang berduka, tiba-tiba Mo Ong melancarkan pukulan jarak jauh yang sangat dahsyat. Itulah pukulan selaksa racun yang ditakuti oleh dunia persilatan.
Walaupun sedang berduka, akan tetapi kewaspadaan Pendeta To tidak hilang. Menyadari ada serangan dahsyat ia segera mendorongkan kedua tangannya ke arah Mo Ong. Dari telapak tangan Pendeta To keluar hembusan angin yang sangat dahsyat.
“Dugh!” Benturan dua tenaga dalam yang sangat dahsyat terjadi, akibatnya tempat itu bergetar seperti diguncang oleh gempa berkekuatan tinggi.“Bug!” Pendeta to dan Mo Ong sama-sama terpental ke belakang dan ambruk di atas tanah.
“Suhu!” teriak Lin Lin, gadis itu melompat dan segera memapah gurunya. “Cepat pergi!” lirih Pendeta To. “Tidak, suhu!” Lin Lin terisak, kesedihannya semakin menjadi-jadi. Tadi ia menyaksikan rekan-rekannya tewas, dan sekarang gurunya terluka parah.
“Suhu!” Long Wan berlari ke arah gurunya, ia tidak memperdulikan barisan pasukan pemerintah yang berhasil ia lukai. “Cepat pergi, cepat!” Dengan lemah Pendeta To menggerakan tangannya. Akan tetapi Long Wan menggelengkan kepalanya. Mana mungkin ia meninggalkan gurunya dalam kondisi seperti ini!.
“Ternyata pendeta busuk itu masih handal!” guman Mo Ong sambil mengusap mulutnya yang mengeluarkan darah. Datuk hitam itu sadar, seandainya tadi Pendeta To tidak lengah, mana mungkin ia bisa mendesaknya.
“Lihat, Pendeta To sedang terluka! Ini kesempatan kita untuk merebut peta harta karun itu!” seperti dikomando, para pendekar dan golongan hitam segera mendekati Pendeta To. “Selangkah lagi kalian maju, maka leher kalianlah yang menjadi taruhannya!” Suara Long Wan terdengar mengguntur. “Jangan Long Wan, mereka bukan tandinganmu!” Pendeta To berusaha berdiri.
“Anak ingusan, memangnya apa yang dapat kamu lakukan?” Mendengar ejekan dari para pengepung, hati Long Wan kian terasa membara. “Tidak usah banyak omong, kita buktikan siapa yang harus mati!” bentak Long Wan
“Kalian semua mundur, dia milikku!” Tiba-tiba sesosok tubuh ramping melompat dan berdiri di tengah-tengah area pertarungan. Semua mata terbelalak saat menyaksikan siapa yang tiba-tiba muncul itu, mereka terkejut bukan hanya karena gerakan gadis itu terlihat ringan akan tetapi kecantikannya yang tiada tara, laksana bidadari yang turun dari istana dewa.Gadis cantik yang tiba-tiba muncul tersebut bernama Li Mei. Dia adalah murid terkasih dari Mo Ong. Perawakannya ramping, wajahnya cantik jelita dan yang paling mempesona tatapannya sangat tajam. Lelaki manapun tidak akan sanggup beradu pandangan dengannya.Long Wan terpaku di tempat, amarah yang tadi berkobar-kobar untuk beberapa saat lenyap begitu saja karena tersilap oleh kecantikan Li Mei. “Suheng!” Lin Lin berteriak, dia tampak marah karena kakak seperguruannya terpesona oleh lawan, dan yang memalukan gadis itu adalah murid dari orang yang melukai gurunya.“Dasar laki-laki, semua sama saja!” desis Lin Lin sambil memalingkan muka. Long
“Suhu!” Lin Lin dan Long Wan memegang tangan gurunya. “Tidak apa-apa, dahulu aku menyimpan rahasia peta harta karun itu karena tidak ingin terjatuh ke tangan yang salah, akan tetapi ..” Sejenak Pendeta To menghentikan ucapannya, tentu saja sikapnya mengundang rasa penasaran bangi yang mendengarnya.“Mungkin sudah kehendak Thian, maka rahasia peta harta karun itu harus terbongkar” “Tidak usah berbelit-belit, cepat katakan saja!” Mo Ong semakin tidak sabar, ia menodongkan ujung pedang beracunnya ke arah pendeta To.“Anak-anaku, jaga diri kalian baik-baik!” ucap Pendeta To “Sekarang pinto akan segera menyusul teman-teman kalian!” Mendengar ucapan gurunya, Long Wan terperanjat dan ia hendak meraih tangan gurunya. Akan tetapi terlambat, pendeta sudah melompat ke arah Mo Ong yang sedang menodongkan pedang beracun. Akibatnya, Pendeta To yang bijaksana itu tewas sekita.“Suhu!” Lin Lin berteriak, batin gadis itu tergoncang dan akibatnya Lin Lin jatuh tersungkur dan pingsan. Sedangkan Long Wan
Semua orang yang mengepung kuil rajawali sudah pergi sejak malam tadi. Sedikitpun mereka tidak memperdulikan kepada sembilan jasad yang tergeletak di atas tanah dalam kondisi yang sangat mengerikan. Semuanya menyangka bahwa seluruh penghuni Kuil Rajawali sudah menyangka.Satu orang pun tidak menyangka bahwa Long Wan selamat karena tubuhnya menggantung di tepi jurang karena bajunya tersangkut akar pohon. Walaupun selamat, akan tetapi kondisi Long Wan sangat mengenaskan. Tubuhnya penuh luka, apalagi saat itu sebuah makhluk mengerikan sedang menatap tajam ke arah dirinya.“Suhu!” Long Wan mulai siuman, akan tetapi tubuhnya terasa sakit. “Sshh!” makhluk mengerikan itu mendesis dan mendekati tubuh Long Wan. Pemuda malang itu membuka kedua matanya, ia terperanjat mendapati dirinya tergantung di tebing jurang. Saat menengok ke samping, seekor ular kobra putih sedang menjulurkan lidahnya.“Ya Tuhan!” Long Wan berusaha menjauh, akan tetapi apadaya tubuhnya tersangkut akar. “Mungkin sudah waktun
Kota Xian Zhi terletak di utara di bawah kekuasaan kerajaan Beng. Semakin hari tempat ini terlihat ramai, banyak penduduk berdatangan menetap di kota ini. Alasan mereka memilih kota ini karena aman dari gangguan bandit yang bisa mengganggu kapan saja.Kota Xian Zhi dipimpin oleh seorang Gubernur yang baik serta mengutamakan kepentingan rakyat, maka tidak heran jika semua warga kota ini sangat mencintai pemimpinnya. Selain itu, keamanan danpatroli dijalankan dengan sebaik mungkin. Salah satu tempat yang menjadi daya tarik kota ini adalah rumah makan Hao Chi yang terkenal akan kelezatannya. Konon kaisarpun jika kebetulan lewat selalu ingin singgah di rumah makan itu.Seperti biasa, siang itu rumah makan Hao Chi penuh oleh para pelancong yang sengaja singgah sekedar mencari tempat menginap sekaligus mengisi perut. “Pelayan, sediakan arak yang terbaik sekaligus makanan yang paling lezat!” teriak seorang pemuda tampan, pakaiannya terlihat sangat mewah. Hal ini menandakan dia berasal dari k
Tuan Kwe berdiri dari kursi kebesarannya “Saya ucapkan banyak terimakasih kepada tuan dan nyonya yang berkenan hadir di tempat kami. Silahkan nikmati jamuan sederhana yang telah kami siapkan” Ucapan Tuan Kwe disambut tepuk tangan dan sorak sorai tamu undangan. Tidak lama kemudian terdengar alunan musik berbarengan dengan pelayan membawa berbagai makanan yang sangat lezat, seperti arak wangi, daging panggang bakpau dan lain sebagainya.“Silahkan tuan” seorang pelayan menyodorkan secangkir arak kepada Long Wan “Saya pesan air teh saja paman” mendnegar permintaan Long Wan, sejenak pelayan tadi mengerutkan keningnya. Sudah sangat lumrah di acara pesta meminum arak, akan tetapi tidak urung juga pelayan tadi menganggukan kepala kemudian pergi untuk mengambilkan teh untuk Long Wan.Saat semua sedang menyantap makanan lezat, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara ribut dari pintu depan. “Ada apa ini?” tanya Tuan Kwe saat dua penjaga datang sempoyongan sambil memegangi wajahnya yang penuh lu
“Saya merasa tersanjung karena dapat bertemu dengan tuan Yao yang terkenal akan kesaktiannya” Long Wan membungkuk untuk memberikan hormat kepada si Tongkat Setan, melihat sikap pemuda itu Yao Guai mengelus janggutnya yang memutih kemudian mengangguk pelan.“Ternyata murid Pendeta To hanyalah seorang gembel” si Ceriwis dan teman-temannya tertawa cekikikan, akan tetapi Long Wan mengacuhkannya karena perhatiannya tertuju kepada Yao Guai, tampaknya orang tua sakti itu datang ke tempat ini hanya untuk mencari gara-gara saja.“Jika tuan ada urusan dengan saya, mari kita selesaikan di luar sebab semua ini tidak ada hubungannya dengan tuan Kwe” kata Long Wan, mendengar perkataan pemuda itu Yao Guai atau si Tongkat Setan tertawa ngakak. “Kamu bilang tidak ada hubungannya? Sudah jelas adik seperguruanmu itu anaknya Kwe Ang!”“Sebentar tuan-tuan” tuan Kwe berdiri untuk melerai ketegangan antara Long Wan dengan Yao Guai. “Putriku yang bernama Kwe Lin memang benar dahulu pernah menjadi muridnya Pe
“Suhu, biarkan saya yang menjajal gembel ini!” ucap Si Ceriwis kemudian bersalto ke atas meja bundar yang penuh dengan makanan. Gerakan pemuda necis itu sangat ringan, dan ketika ia mendaratkan kakinya sedikitpun tidak menimbulkan suara.Tuan Kwe menggelengkan kepala, dia sangat jengkel sebab pesta ulang tahunnya terganggu oleh kehadiran komplotan Yao Guai. “Bereskan semua makanan dan arak di atas meja!” titah Tuan Kwe kepada para pelayan.“Suheng hati-hati!” kata Lin Lin, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Long Wan. Dari gerakan si Ceriwis tadi saja Lin Lin tahu bahwa lawan suhengnya memiliki ilmu kesaktian yang sangat tinggi. Setelah semua hidangan yang tadi menumpuk di atas meja dibawa oleh para pelayan, Long Wan segera mendekati tempat itu.Berbeda dengan si Ceriwis, Long Wan menaiki meja tanpa atraksi sedikitpun malahan ia tampak susah payah naik ke atas meja yang tingginya hanya satu meter. Melihat Long Wan yang kesusahan semua orang tertawa ngakak, bahkan ayahnya Lin Lin mengge
Yao Guai menatap tajam ke arah Long Wan, kedua matanya tampak mengerikan mirip dengan burung hantu. “Cukup mengesankan karena bisa mengalahkan murid-muridku!” kata Yao Guai. Long Wan hanya menganggukan kepala, kali ini dirinya serius tidak bermain-main seperti ketika melawan si Ceriwis. Long Wan tahu bahwa lelaki yang berjuluk si Tongkat Setan sangat lihai, konon kesaktiannya melebihi Dewa Pedang.“Aku ingin tahu, sejauh mana kehebatan jurus Pendeta To!” ucap Yao Guai “Saya memerlukan banyak bimbingan dari orang lihai seperti tuan!” jawab Long Wan sambil memasang kuda-kuda terbaiknya. “Hup!” Yao Guai mengibaskan tangannya, serangkum tenaga dahsyat keluar dan menerpa tubuh Long Wan.Long Wan berkelit, akan tetapi tubuhnya tetap terdorong beberapa langkah akibat sambaran angin Yao Guai. Hampir saja dirinya jatuh dari atas meja. “Luar biasa” guman Long Wan dalam hati. Sejurus kemudian pertarungan yang sengitpun terjadi. Semua mata terbelalak takjub, baru kali ini mereka menyaksikan pert