Share

Dua Pusaka

Semua orang yang mengepung kuil rajawali sudah pergi sejak malam tadi. Sedikitpun mereka tidak memperdulikan kepada sembilan jasad yang tergeletak di atas tanah dalam kondisi yang sangat mengerikan. Semuanya menyangka bahwa seluruh penghuni Kuil Rajawali sudah menyangka.

Satu orang pun tidak menyangka bahwa Long Wan selamat karena tubuhnya menggantung di tepi jurang karena bajunya tersangkut akar pohon. Walaupun selamat, akan tetapi kondisi Long Wan sangat mengenaskan. Tubuhnya penuh luka, apalagi saat itu sebuah makhluk mengerikan sedang menatap tajam ke arah dirinya.

“Suhu!” Long Wan mulai siuman, akan tetapi tubuhnya terasa sakit. “Sshh!” makhluk mengerikan itu mendesis dan mendekati tubuh Long Wan. Pemuda malang itu membuka kedua matanya, ia terperanjat mendapati dirinya tergantung di tebing jurang. Saat menengok ke samping, seekor ular kobra putih sedang menjulurkan lidahnya.

“Ya Tuhan!” Long Wan berusaha menjauh, akan tetapi apadaya tubuhnya tersangkut akar. “Mungkin sudah waktunya aku mati” guman Long Wan. “Suhu, teman-teman. Tidak lama lagi aku akan segera menyusul kalian!” Long Wan memberanikan diri membuka matanya, dan kobra putih tadi semakin mendekat.

Karena tubuh Long Wan terus bergerak, dengan buas Kobra tadi segera meluncur dan mematuk bahu pemuda malang itu. “Argh!” Long Wan berteriak kesakitan, tubuhnya seperti bergetar seperti tersengat petir. “Sakit, argh!” Long Wan berteriak kesakitan, mungkin merasa terancam Kobra Putih tadi kembali mematuk Long Wan.

“Dasar bodoh, sakit tahu!” Teriak Long Wan. Karena tidak tahan oleh rasa nyeri, Long Wan menangkap kepala ular yang hendak mematuk tubuhnya. Seperti kesetanan, Long Wan segera mengigit kepala ular hingga hancur berantakan. Tidak sampai di situ, Long Wan bahkan memakan ular kobra putih tadi dan menelannya mentah-mentah.

“Aduh panas!” teriak Long Wan “Tidak ya Tuhan, dingin!” pemuda itu terus menggelinjang, seluruh tubuhnya tidak karuan, kadang terasa dingin sedetik kemudian tersiksa oleh hawa panas. Karena tidak tahan, ahirnya Long Wan pingsan.

Menjelang tengah hari, Long wan mulai siuman. Ia memicingkan kedua matanya karena silau oleh cahaya matahari. “Ah!” Pemuda itu menguap kemudian mengusap-usap wajahnya. “Eh!” Long Wan memeriksa seluruh tubuhnya, rasa sakit yang tadi pagi menyiksa dirinya entah mengapa hilang begitu saja, bahkan luka lebam akibat dipukuli oleh Mo Ong sudah lenyap.

“Apa karena memakan ular kobra tadi?” batin Long Wan. “Ah tidak peduli, yang penting aku sembuh dan harus segera naik ke atas!” Long Wan memandang tepian jurang, jaraknya sekitar empat meter. “Tidak terlalu tinggi!”.

Perlu waktu yang cukup lama bagi Long Wan agar terbebas dari lilitan pohon, setelah itu ia harus bersusah payah naik ke atas jurang. Semua itu dilakukan secara hati-hati, sedikit saja lengkah maka tubuhnya akan meluncur ke dasar jurang.

***

“Ya Tuhan!” batin Long Wan bergemuruh saat menyaksikan jasad guru dan teman-temannya. Amarah serta dendam menyesakkan dadanya. “Suatu hari nanti, kalian semua harus bertanggung jawab atas tragedi ini!” Long Wan mengepalkan tinjunya.

Sambil terisak dan berurai air mata, Long Wan menggali tanah yang cukup besar untuk jasad teman-temannya, semuanya dikubur dalam satu lubang. Sedangkan, pendeta To dikuburkan secara terpisah. “Selamat jalan Suhu dan teman-teman!” Long Wan memejamkan matanya, bayangan Pendeta To beserta adik seperguruannya berkelebat dalam benaknya.

Menjelang sore hari, Long Wan sudah menyelesaikan pekerjaannya. Kini pemuda itu duduk lesu di depan pusara gurunya. Long Wan merasa nelangsa sekaligus bingung, kemana ia harus pergi dan bagaimana caranya agar ia dapat membalaskan dendam guru serta adik seperguruannya yang dibantai oleh komplotan Mo Ong.

Long Wan sadar, ilmu silatnya masih sangat mentah. Tidak mungkin dapat menandingi Mo Ong, sekedar adu tanding dengan Tianba saja di kalah. Long Wan terperanjat, ia baru menyadari bahwa Lin Lin tidak ada di tempat itu.

“Sumoi” bati Long Wan terasa bergemuruh. Di satu sisi ia mengkhawatirkan keadaan Lin Lin, namun di sisi lain ia sangat bersyukur hal ini menandakan bahwa gadis itu selamat. “Mungkin ia diselamatkan Dewa Pedang dan muridnya” ucap Long Wan, ia berusaha menenangkan kegelisahan hatinya.

Hari mulai gelap, Long Wan segera masuk ke dalam kuil. Kedua mata pemuda itu kembali basah karena teringat akan guru dan teman-temannya. Setelah menyalakan obor, Long Wan duduk bersimpuh di depan batu yang biasa diduduki oleh gurunya.

Karena sangat berduka, Long Wan menangis tersedu-sedu sambil membenturkan kepalanya ke atas tanah. Ketika ia sedang menunduk, matanya menangkap celah kecil di bawah batu besar tadi. karena penasaran, Long Wan segera mengusap air mata kemudian berusaha menggeser batu besar yang beratnya lebih dari empat kuintal.

Setelah bersusah payah, akhirnya batu besar tadi bergeser. Long Wan melongo, sebab di bawah batu yang dibiasa diduduki oleh gurunya ada sebuah lubang. Dengan perasaan tidak karuan, Long Wan segera mengambil obor dan memeriksa lubang rahasia tadi.

Lubang rahasia itu dalamnya hanya tiga meter saja, dan yang membuat Long Wan terperanjat ternyata ada sebuah peti besi diletakan di tempat itu. Tanpa berfikir panjang, Long Wan segera turun dan mengambil peti besi tersebut dan segera membukanya.

Kedua mata Long Wan kembali terbelalak, ternyata peti rahasia itu berisikan dua buah kitab yang terbuat dari kulit binatang. Di samping kitab tadi ada tulisan kecil, Long Wan segera membacanya “Jurus Menghalau Badai untuk murid laki-laki, dan Ilmu Silat Tarian Bidadari untuk murid perempuan. Jadilah pendekar tangguh dan budiman yang senantiasa membela kaum lemah” Setelah membaca surat tadi, kedua mata Long Wan bercucuran air mata. Ternyata sudah jauh-jauh hari mendiang gurunya menyiapkan warisan yang sangat berharga untuk murid-murid Kuil Rajawali!.

“Terimakasih suhu, saya berjanji akan menjadi pendekar budiman yang senantiasa membela kaum lemah sesuai dengan wasiat suhu!” Long Wan membentur-benturkan keningnya ke atas tanah tiga kali sebagai penghormatan untuk gurunya!”

Long Wan bertekad akan tetap tinggal di atas bukit halimun untuk mempelajari ilmu silat warisan gurunya. Long Wan bukan murid yang serakah, ia hanya berani mempelajari kitab Jurus Menghalau Badai, sedangkan kitab yang satunya lagi disimpan rapat-rapat karena suatu hari nanti kitab tersebut harus diberikan kepada Lin Lin.

Untuk menghilangkan jejak, dan menghindari perhatian orang banyak. Long Wan terpaksa membakar Kuil Rajawali.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status