Setelah mandi dan mengeringkan pakaian, Li Mei dan Long Wan meninggalkan hutan tempat persembunyian mereka. “Aku tidak mengerti, mengapa si Topeng Tengkorak bisa menggunakan jurus Menghalau Badai, bahkan gerakannya lebih sempurna dibandingkan dengan diriku!” ucap Long Wan, ia berjalan pelan di samping Li Mei.“Ada dua kemungkinan, pertama dia mencuri jurus tersebut kemudian melatihnya sendiri. Atau, dia memang pernah belajar langsung dari gurumu. Tapi saya rasa kemungkinan yang pertama sangat kecil, karena dari keteranganmu tadi, si Topeng Tengkorak lebih lihai dan sangat sempurna dalam memainkan Jurus Menghalau Badai khas dari aliran Kuil Rajawali!”Mendengar ucapan Li Mei, sejenak Long Wan menghentikan langkahnya karena teringat sesuatu. “Aku pernah mendengar cerita guruku, dulu murid pertama beliau sangat berbakat, dalam waktu tiga tahun berhasil mempelajari semua jurus Kuil Rajawali, bahkan mampu menguasai jurus andalan guruku dengan sangat sempurna. Namun sayang wataknya culas,
“Kita cari makan dulu” mendengar ajakan Li Mei, Long Wan membuka kedua matanya lalu menganggukan kepala karena ia juga merasa lapar. “Sebaiknya kita mencari ikan, kelinci atau binatang lainnya. untuk pergi ke kota sangat berbahaya, karena tenaga kita belum pulih, kalau bertemu dengan komplotan si topeng tengkorak maka sangat berbahaya!”. “Aku setuju, dalam kondisi lemah seperti ini, jangankan menghadapi Jiang Shi ataupun Rhi Zhui, sekedar berenang menangkap ikan saja rasanya aku tidak mampu” kata Long Wan sambil menggerak-gerakan bahunya yang masih terasa kaki dan nyeri akibat jarum beracun milik Tek Hoat.“Sst!” Li Mei mendekatkan telunjuk ke depan bibirnya, ia mengedipkan kepala ke arah semak-semak. Rupanya di sana ada seekor ayam hutan sedang berkeliaran mencari makan. “Kebetulan” guman gadis itu, dengan perlahan ia mengambil ranting di atas tanah. Dengan kecepatan kilat dan penuh tenaga, ia melontarkan ranting di tangannya ke arah ayam hutan tadi. “Wut, crep!” “Keok!” ayam hutan
“Kamu harus mengajariku cara melawan ilmu sihir” mendengar permintaan Li Mei, Long Wan mengangkat wajahnya. Sejenak keduanya saling menatap “Sebagai imbalannya, aku akan membantu menangkap si topeng tengkorak dan membersihkan namamu di hadapan Lin Lin!”.“Baiklah, tanpa dimintapun aku ingin memberitahukan cara menghadapi sihir Jiang Shi. Dulu aku hampir bunuh diri gara-gara terpedaya oleh ilmu sihirnya. Kesaktian dia benar-benar sangat berbahaya, entah apa yang akan terjadi jika Jiang Shi sudah menyempurnakan semua ilmu hitamnya!”“Sungguh, kamu mau mengajariku?” tanpa sadar Li Mei menggenggam jemari tangan Long Wan, hati pemuda itu kembali berdebar-debar tidak karuan. “Ia Mei, aku akan mengajarimu” “Terimakasih” Li Mei tersipu karena baru menyadari tingkahnya barusan.“Sayang pedang pusaka milik guru tertinggal di markas si Topeng Tengkorak, awas saja semuanya akan aku adukan kepada guruku!” “Tapi ada baiknya juga pedang itu tertinggal, Mei” “Kenapa bisa begitu?” Li Mei mengerutkan k
“Hup!” Li Mei berkelit, dan ranting yang tadi mengancam tenggorokannya hanya lewat beberapa inci dari lehernya lalu menancap pada pohon di belakangnya. “Kamu kira bisa lolos dariku!” sesosok gadis cantik jelita berdiri di hadapan Li Mei dan Long Wan.“Sumoi!” bibir Long Wan bergetar, suaranya terdengar parau karena tidak sanggup menahan rasa haru bertemu dengan adik seperguruannya. Lin Lin terlihat semakin cantik, namun tatapan matanya terlihat sangat mengerikan. Bibirnya yang merah merekah tersenyum sinis ke arah Long Wan dan Li Mei.“Aku bukan sumoimu!” ucap Lin Lin, rambutnya yang panjang terurai seakan menari-nari tersapu angin. Untuk beberapa saat lamanya, ketiga orang itu saling menatap satu sama lain. Bedanya, Lin Lin memangdang Long Wan dan Li Mei dengan tatapan amarah dan kebencian, ia seperti seekor harimau betina yang hendak menerkam dua mangsanya.“Keterlaluan, tidak tahu malu, demi wanita jalang ini kamu berani membocorkan rahasia perguruan Kuil Rajawali. Seharusnya kamu
“Dasar penganggu!” Lin Lin berkelit, dan belasan anak panah yang tadi mengincar tubuhnya hanya menancap pada pepohonan. Ketika dia menengok ke arah Long Wan Li Mei, dua orang itu sudah menghilang entah ke mana.“Serang!” terdengar teriakan anak buah Jiang Shi, mereka segera berloncatan dan mengepung Lin Lin dari segala arah. “Mengapa kalian mengangguku?” kedua mata Lin Lin mencorong dengan tajam, namun pertanyaannya tidak dihiraukan oleh anak buah Jiang Shi, mereka segera menerjang Lin Lin dengan pedang dan golok.Tentu saja kelakuan mereka membuat Lin Lin benar-benar murka. “Kalian semua harus mati!” bentaknya, tubuh Lin Lin berkelebat ke segala arah, tidak satupun senjata lawan bisa mengenai tubuhnya. Bahkan sebaliknya, satu persatu anak buah Jiang Shi berteriak kesakitan dan roboh di atas tanah dalam kondisi yang tidak bernyawa lagi.Keadaan mereka terlihat mengerikan, semua wajah dan tubuhnya menghitam terkena cakar beracun milik Lin Lin. “Wut, wut!” Lin Lin terus memainkan jurusn
“Tahan dulu, nona!” Rhu Zhi melemparkan batu tadi ke atas tanah. Akan tetapi Lin Lin yang sudah marah tidak menghiraukan permintaan ketua topeng tengkorak itu. “Wut!” Lin Lin menerjang, tidak ada pilihan lain, Rhu Zhi melayani kehendak Lin Lin.“Duk!” dua kekuatan tenaga dalam berbeturan, dan tempat itu bergetar seperti terguncang oleh gempa. Baik Lin Lin maupun Rhu Zhi sama-sama terpental ke balakang, namun keduanya mampu mempertahankan kuda-kudanya.Sejenak Lin Lin dan Rhu Zhi saling pandang, mereka saling memuji ketangguhan lawan. “Baru kali ini ada yang mampu menahan tenaga dalamku. Mengapa dalam waktu singkat dia bisa memiliki ilmu sedahsyat ini?” guman Rhu Zhi dalam hati.“Siapa kamu sebenarnya? Aku tidak pernah ada urusan denganmu” ucap Lin Lin. “Nona, namaku Rhu ZHi ketua perkumpulan Topeng Tengkorak. Sepertinya di antara kita ada kesalah fahaman, maafkan atas kelancangan anak buahku yang tadi menganggu nona, sebetulnya yang kami incar adalah Long Wan dan Li Mei!” Rhu Zhi sang
“Kamu benar-benar tidak mengetahui rahasia di balik kalung tersebut?” Li Mei menatap tajam kalung giok naga hijau yang diperlihatkan Long Wan. Long Wan menggelengkan kepala dan memasukan lagi kalung itu ke dalam bajunya.“Ingatanku di masa lalu buruk, Mei” ucap Long Wan, kedua matanya bergera-gerak lalu menatap kosong ke depan. “Mungkin karena trauma, ditambah sewaktu kecil kepalaku terbentur akibat dipukul oleh komplotan penjahat yang hendak membunuhku!”“Yang aku ingat, saat menjadi gelandangan kemudian dirawat oleh suhu dan dijadikan muridnya di Kuil Rajawali” “Ya sudah, jika kamu tidak bisa mengingatnya tidak perlu dipaksakan. Mudah-mudahan saja suatu hari nanti kamu bisa mengingat semuanya” ucap Li Mei.“Oh ya, tampaknya kamu tahu rahasia di balik kalung ini? soalnya sudah dua kali menanyakan kalung yang aku kenakan” mendengar pertanyaan Long Wan, Li Mei hanya menarik napas panjang kemudian membalikan badannya. “Entahlah, bisa ia namun juga bisa tidak” Li Mei melangkahkan kakin
“Pangchu, apa tidak berbahaya mengundang Dewi Maut ke pertuam ini?” “Benar sekali, soalnya kita belum tahu dia berada di fihak mana” Tek Hoat dan Jiang Shi saling pandang. “Dewi Maut?” Yao Guai atau yang dikenal dengan si Tongkat Setan mengerutkan keningnya. “Betul tuan, di dunia persilatan muncul wanita muda yang sangat sakti dan kejam, dia dijuluki Dewa Maut” kata Jiang Shi.“Ternyata kita sudah mulai menua, hingga bermunculan para pendekar muda yang memiliki kesaktian hebat. Contohnya dulu aku bertarung dengan muridnya Pendeta To, tidak disangka pemuda itu sangat lihai!” Yao Gua memain-mainkan janggutnya yang sudah memutih.“Bagaimana kabar Pangeran Yang Han, apakah anda sudah menemukannya?” tanya Rhu Zhi “Pangeran sudah kembali ke istana, tampaknya dia melihat gelagat yang tidak baik. Dia mengumpulkan para panglima yang masih setia untuk memperkuat pertahanan!” Yao Guai mengambil cawan arak lalu menegaknya.“Anak itu cukup cerdik juga” “Betul sekali Pangchu, dia bahkan berhasil me
“Kau?”Long Wan berusaha bangkit, namun pandangan matanya masih samar-samar akibat efek racun dalam tubuhnya. Wanita bercadar yang sejak semalam tadir tidur memeluknya terlihat terkejut, buru-buru melompat bangkit sambil membetulkan kain yang menutupi wajah bagian bawahnya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, gadis itu mendorong batu besar yang menutupi goa.“Byar!”Cahaya matahari pagi menerangi dalam goa dan membuat Long Wan memicingkan matanya yang terasa silau.“Nona, siapa kamu sebenarnya dan apa yang telah kita lakukan di tempat ini?”Long Wan berteriak, namun seruannya diacuhkan oleh gadis tadi.“Tunggu!”Long Wan merangkak bangkit, dengan sempoyongan ia berusaha mengejar wanita bercadar hijau itu namun sesampainya di luar suasana di tempat itu sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain.“Ah apa aku bermimpi?”Long Wan memukul-mukul kepalanya yang terasa sangat pening, namun ketika meraba dadanya yang terasa sakit dan perih ia terperanjat karena mendapati dadany
Daya tahan Long Wan memang luar biasa, walaupun dia terombang ambing di lautan lepas dan terkena tusukan pedang beracun para penghuni pulau hantu ia masih hidup, akan tetapi kondisinya sangat memprihatinkan.Tubuh Long Wan panas dingin terserang demam, berkali-kali ia merintih dan pingsan lagi akibat terlalu banyak mengeluarkan darah. Kalau tidak segera ditolong kemungkinan ia akan tewas. Saat itu suasana di Pulau Hantu mulai gelap karena matahari sudah terbenam di ufuk barat.“Li Mei, Lin Lin”Berkali-kali ia mengigau dan memanggil-manggil orang-orang terdekatnya.“Wur!”Gelombang ombak kembali mengamuk dan membasahi tubuhnya yang sedang terdampar di pesisir pulau. Tentu saja hal itu semakin menyiksa tubuhnya. Di saat yang kritis antara hidup dan mati, ada perahu kecil yang berlabuh di dekatnya. Tidak lama kemudian sesosok bayangan hitam segera menghampirinya.Bayangan hitam tadi rupanya seorang wanita, tubuhnya terlihat sangat ramping dan wajahnya ditutupi kain berwarna hijau. Untuk
“Byur!”Perahu yang ditumpangi Long Wan bergoyang dan hampir terbalik karena dihantam gulungan ombak yang sangat besar. Pemuda itu mengerahkan tenaganya untuk mengimbangi laju perahu yang sedang diombang-ambing air laut.“Gawat, kalau seperti ini terus aku bisa tenggelam!”Walaupun ia seorang pendekar hebat, namun ketika melihat gelombang air laut yang sangat dahsat bulu kuduknya merinding juga.Sudah setengah hari lamanya ia berlayar, dan daratan dibelakangnya tidak tampak lagi. Kini Long Wan terombang-ambing di tengah lautan lepas. Yang ada hanya kehampaan dan ketakutan yang sangat mencekam.Seumur hidup baru kali ini ia berlayar seorang diri cukup jauh ke tengah-tengah lautan. Sejak kecil Long Wan hidup di wilayah Selatan dan tidak mengenal laut, kemudian setelah Dewasa mengembara di dataran Gurun Gobi yang tandus dan gersang.Lautan menyimpan banyak misteri, dan entah mengapa semakin lama ia berlayar perasaannya diliputi oleh rasa takut yang sangat mencekam apalagi saat itu ia han
“Lepaskan!”Lelaki itu terus mengerahkan tenaganya, akan tetapi semakin ia bergerak, cengkraman tangan Long Wan semakin keras dan mengakibatkan pergelangan tangannya terasa sakit seperti dijepit besi baja panas.“Hei, apa yang kamu lakukan terhadap anak buahku, hah?”Si tengkulak menghampir Long Wan, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat kedua mata pemuda itu mencorong tajam seperti seekor harimau.“Anak muda, tolong jangan membuat masalah, nanti urusannya semakin berabe”Nelayan tadi menepuk bahu Long Wan, ia tidak ingin pemuda yang telah menolongnya itu membuat keributan di pasar. Akan tetapi terlambat, sebab anak buah si tengkulak mengetahui keributan itu dan langsung berdatangan lalu mengerubuti Long Wan sambil mengacungkan golok besar yang biasa dipakai untuk memotong ikan.“Tangkap si pembuat onar ini!”“Sring!”Golok di tangan anak buah tengkulak terlihat berkilauan tersorot sinar matahari. Melihat itu, sontak saja semua orang yang sedang berjualan lari berhamburan meningg
“Ada apa dengan pulau-pulau di sana, paman?”“Di sana ada sesuatu yang sangat mengerikan”“Ada binatang buas?” Pancing Long Wan.“Bukan, seumur hidup menjadi nelayan sudah banyak menemukan binatang laut yang sangat ganas. Namun lagi-lagi tidak sebanding dengan sesuatu yang tersembunyi di pulau itu?”“Ada hantu?”“Kamu tahu?”Nelayan tadi melirik ke arah Long Wan, ia baru menyadari bahwa pemuda itu tidak kesulitan membawa bakul berisi ikan yang baru ia tangkap. Padahal barang tersebut sangat berat, dia saja yang sudah terbiasa bekerja keras sangat kesulitan namun pemuda di sampingnya walaupun badannya tidak kekar tapi sanggup memikulnya, bahkan tidak berkeringat sama sekali.Akhirnya si nelayan tadi sadar, bahwa Long Wan bukanlah pemuda sembarangan. Tentunya ia orang sakti yang sedang menyelidiki tempat ini. Ia teringat berbagai pengalamannya yang sering bertemu dengan orang-orang aneh dan sakti.Banyak jagoan ataupun pendekar yang sangat lihai, namun fisiknya terlihat biasa-biasa saja
“Paman, bolehkah saya menyewa perahu ini?”Nelayan yang sejak tadi sibuk mengeluarkan ikan dari jala sejenak menghentikan pekerjaannya, lalu menoleh ke arah Long Wan.“Tuan muda hendak ke mana?”“Saya ingin berpelesir ke sekitar lautan, kata orang-orang laut di sini sangat indah”“Berpelesir?”“Betul sekali, paman”“Lautan di sini ombaknya sangat ganas, saja tidak berani berlayar terlalu jauh, lagian di sini tidak ada pantai yang bisa dikunjungi, kecuali,”“Kecuali apa, paman?”“Sudahlah, saya tidak bisa menyewakan perahu ini”Nelayan tadi melanjutkan pekerjaannya, namun Long Wan dapat menangkap raut muka nelayan itu yang terlihat sedikit pucat, tampaknya ia sangat ketakutan.“Apakah di sekitar pantai ini ada pantai?”“Aku tidak tahu, lebih baik kamu pulang saja sebab semua orang di tempat ini tidak akan ada yang mau menyewakan perahunya kepadamu”“Kenapa begitu?” Long Wan sangat kecewa mendengar perkataan nelayan tadi.“Pulang saja, saya sedang sibuk!”“Saya sanggup membayar berapapu
“Walaupun si tua bangka itu susah diajak kerja sama, namun kesetiannya terhadap kebenaran tidak diragukan lagi!”“Sebentar, menurut rumor yang beredar, Dewa Obat tidak pernah mau turun tangan dan ikut campur dalam berbagai pertempuran. Bahkan dia tidak pernah pandang bulu menolong siapapun juga, baik dari kalangan pendekar atau datuk hitam, jika membutuhkan pertolongan ia pasti akan mengobatinya!”“Itu memang benar, jika Dewa Obat diajak bertempur menyerang kerajaan tentu saja dia tidak akan mau. Lagian akan berabe nantinya jika Dewa Obat justru menolong para penjahat yang sedang kita bantai!”“Lalu?”Semua orang memandang ke arah Shan Zeng, mereka sangat penasaran ingin mendengar kelanjutan ide salah satu pendekar dari Kuil Kun Lun itu.“Kita mengundangnya ke tempat ini bukan untuk menjadikannya sebagai senjata tempur, melainkan berjaga-jaga jika di antara kita terkena luka dalam. Kalian harus ingat, orang-orang yang akan kita hadapi sangat sakti!”“Hal penting lainnya, dengan mengun
“Jadi untuk sementara waktu Long Wan tidak akan kembali ke sini?”“Betul sekali pangeran, sebab beliau masih ada urusan di wilayah Barat!”“Urusan apa, itu?”Pangeran Yang Han merasa kecewa sebab adik angkatnya yang berjuluk Pendekar Gurun Gobi tidak mau segera turun tangan membantunya, padahal saat ini dia sedang keteteran menghadapi para penjahat yang sudah bersekutu dengan pejabat istana.Yang paling menyedihkan sekaligus menguras emosinya, saat ini kaisar sedang sakit parah dan ia dilarang untuk menemuinya. Kaisar yang sedang skearat itu telah dihasut oleh istri mudanya dan menganggap ia memimpin pemberontak dan beruapaya merebut tahta kaisar.Untuk beberapa saat lamanya Su Liang menghela napas panjang, ia memutar otaknya untuk memilih kata-kata yang pas untuk diucapkan. Ia tahu saat ini pangeran merasa kecewa kepada Long Wan, jika ia salah ucap tentu akan berakibat fatal.“Saat ini Long Wan sedang mencari penawar untuk mengobati tunangannya akibat terkena Racun Dewi Maut!”“Dewi
“Hang, saya harap anda bersabar dan membiarkan nyonya Tin Hua menjelaskannya terlebih dahulu!”“Lengan Delapan, kamu tidak perlu membelanya. Eh saya lupa, bukannya kalian telah menjalin hubungan terlarang ya!” Hang mencibir ke arah si Lengan Delapan.“Jaga ucapanmu!”“Singa Gila, mulutmu sungguh busuk!”“Yang busuk itu sikap dan tingkah laku kalian berdua, gara-gara kalian berselingkuh, Kang Kui membelot dari kelompok Teratai Putih dan bergabung dengan para Penghuni Pulau Neraka!”“Kurang ajar!”Tin Hua dan si Lengan Delapan berdiri, keduanya tidak terima dipermalukan di hadapan smeua orang.“Singa Gila, saat ini juga mari kita mengadu nyawa!”“Ha ha, kalian pikir aku takut?” tantang Hang.Semua orang terlihat tegang, mereka tahu bahwa Hang, si Lengan Delapan dan Tin Hua bukanlah orang sembarangan. Ke tiganya merupakan jago silat istana yang tersohor akan kehebatannya.“Brak!”Panglima Tung Hai menggebrak meja.“Kalian sudah tidak menghargaiku lagi, hah?”“Maafkan saya panglima, akan