“Pangchu, apa tidak berbahaya mengundang Dewi Maut ke pertuam ini?” “Benar sekali, soalnya kita belum tahu dia berada di fihak mana” Tek Hoat dan Jiang Shi saling pandang. “Dewi Maut?” Yao Guai atau yang dikenal dengan si Tongkat Setan mengerutkan keningnya. “Betul tuan, di dunia persilatan muncul wanita muda yang sangat sakti dan kejam, dia dijuluki Dewa Maut” kata Jiang Shi.“Ternyata kita sudah mulai menua, hingga bermunculan para pendekar muda yang memiliki kesaktian hebat. Contohnya dulu aku bertarung dengan muridnya Pendeta To, tidak disangka pemuda itu sangat lihai!” Yao Gua memain-mainkan janggutnya yang sudah memutih.“Bagaimana kabar Pangeran Yang Han, apakah anda sudah menemukannya?” tanya Rhu Zhi “Pangeran sudah kembali ke istana, tampaknya dia melihat gelagat yang tidak baik. Dia mengumpulkan para panglima yang masih setia untuk memperkuat pertahanan!” Yao Guai mengambil cawan arak lalu menegaknya.“Anak itu cukup cerdik juga” “Betul sekali Pangchu, dia bahkan berhasil me
Walaupun matahari sudah tergelincir ke ufuk barat, namun suasana di Gurun Gobi masih terasa menyengat. “Wuh!” Berkali-kali angin berhembus dan menerbangkan debu dan pasir. “Gurun Gobi adalah kematian!” Begitulah orang-orang menamakan tempat ini.Berbagai binatang melata dan berbisa banyak terdapat di tempat ini, seperti kalajengking, ular gurun yang pandai menyembunyikan diri dalam pasir, bahkan singa gurun yang konon lebih galak dan buas dibandingkan singa hutan pun banyak berkeliaran di tempat ini.Kata Gobi berarti ‘sangat besar dan kering’, wilayah ini banyak tipuan alam karena jalan yang dilalui bisa berubah-ubah terkena badai pasir. Yang membuat angker tempat ini bukan hanya karena kondisi alam yang ganas serta banyak binatang buasnya, namun juga banyak penyamun dan pemberontak berkeliaran. Hukum yang berlaku di Gurun Gobi hanyalah hukum rimba, siapa yang kuat dialah yang berkuasa.Dari jauh, terlihat rombongan kafilah duduk di atas untanya yang berjalan terseok-seok di antara h
Penginapan Naga terletak di sebelah selatan Gurun Gobi, tempat itu menjadi persinggahan bagi para pelancong yang hendak melanjutkan perjalanan ke arah Tibet ataupun Mongol. Inilah satu-satunya tempat istirahat di dataran Gobi yang tandus dan kering.Maka tidak mengherankan kalau Penginapan Naga ramai oleh pengunjung dari berbagai kalangan, baik pendekar, penjahat ataupun kafilah dagang yang hendak melanjutkan perjalanan ke Jalur Sutra. Walaupun penjahat dan pendekar bertemu, akan tetapi mereka tidak akan berani membuat keonaran di sini. Siapa yang berbuat rusuh, akan diusir paksa dan dibiarkan kelaparan sepanjang malam di atas gurun yang mengerikan.“Tuan, tolong tambah araknya!” seru seorang pengunjung, pakaiannya terlihat lusuh sepertinya ia telah menempuh perjalanan yang sangat jauh. Seorang pelayan datang membawakan guci arak berukuran besar dan menentengnya hanya dengan sebelah tangan.Dengan tangan yang besar dan penuh otot, pelayan tadi menuangkan arak pada cawan tamu tadi. sek
“Bruk!” pintu depan terbuka, awalnya semua orang menyangka karena dihempas angin. Akan tetapi saat mereka melirik, di sana sudah berdiri seorang lelaki tua berpenampilan aneh. Wajahnya terlihat mengerikan, hidungnya mancung namun bengkok seperti paruh burung, pipinya tirus dan kelopak matanya cekung. Penampilannya benar-benar seperti mayat hidup!.“Wush!” angin kembali menderu, menerbangkan debu dan pasir. Buru-buru seorang pelayan menutup pintu dan mempersilahkan lelaki tua tadi untuk duduk di bangku kosong. Mo Ong yang duduk di pojok ruangan mengerutkan keningnya, kemudian segera berdiri dan menghampirinya.“Selamat datang paman, mari duduk di sebelah sana!” ucap Mo Ong sambil membungkukan badannya. “Anda sendirian?” tanya Mo Ong lagi, kemudian ia memanggil pelayan dan meminta disajikan makanan yang paling lezat dan arak paling bagus di tempat ini.“Kakakku belum bisa meninggalkan pertapaan, karena ada tamu!” jawab lelaki tua tadi, ia duduk duduk di depan Mo Ong dan langsung menyamb
Tubuh Long Wan terhempas oleh badai gurun, ia bergulingan dan kepalanya hampir membentur batu. “Krep!” kedua tangannya memegang erat-erat pohon palem, akan tetapi pohon sebesar paha orang dewasa itu tumbang terseret angin gurun yang sangat dahsyat, akibatnya Long Wan kembali bergulingan di atas pasir.“Wur!” suara gemuruh badai kembali memekakan telinga, pandangan mata pemuda itu terasa gelap sebab badai pasir ada di mana-mana. “Ya Tuhan!” seru Long Wan, ia merasa kematiannya sudah sangat dekat, ternyata semua ilmu silat yang pernah ia pelajari tidak berguna ketika menghadapi amukan badai gurun. Ternyata manusia sangat lemah, tidak mampu menandingi kedahsyatan alam.Hampir satu jam lamanya Long Wan terambang-ambing di atas pasir, seluruh tubuhnya penuh dengan luka, bahkan keningnya mengeluarkan darah karena terserempet bebatuan yang terbang diamuk gelombang angin yang sangat kencang.Perlahan-lahan badai gurun yang tadi mengamuk mulai mereda, namun kepulan pasir masih terbang di udara
Mo Ong menatap Long Wan dan Lin Lin secara bergantian, kening lelaki tua itu berkerut dan mengingat sesuatu. Rasa-rasanya ia pernah bertemu dengan mereka berdua, terutama saat melihat Long Wan. “Siapa kalian? Mengapa menyebut-nyebut nama muridku?” tanya Mo Ong. Di sampingnya, Iblis Bumi hanya menyeringai, terutama kepada Lin Lin yang memiliki wajah sangat cantik. Rupanya wataknya yang mata keranjang kembali kambuh saat melihat dara jelita itu.“Kebetulan kita bertemu di sini, Mo Ong. Kamu juga akan mati di tanganku!” ancam Lin Lin sambil mengangkat telunjuknya ke arah Mo Ong. Kening Mo Ong semakin berkerut “Apa kamu sudah melupakan peristiwa di Kuil Rajawali beberapa tahun silam?” tanya Lin Lin.“Oh ternyata kalian berdua muridnya si pendeta busuk itu!” Mo Ong terkekeh, tentu saja dia menganggap remeh Long Wan dan Lin Lin. “Paman, mereka berdua muridnya Pendeta To!” bisik Mo Ong kepada Iblis Bumi.“Pendeta To? hmm, kebetulan keduanya bisa dijadikan sandera agar Yin Long berani menampa
“Ha, ha!” Iblis Bumi tertawa, suaranya melengking dan memekakan telinga. “Bocah, kamu berani melawanku, hah?” ucapnya sambil menatap tajam kepada Long Wan “Walaupun kamu berlatih seratus tahun lagi, mana mungkin bisa melawanku!” tandasnya.“Memang benar, aku hanyalah bocah ingusan dan tidak mungkit bisa menandingi anda berdua. Akan tetapi, apapun yang terjadi aku tidak akan menyerahkan wanita ini kepadamu!” jawab Long Wan, ia berusaha tetap tenang.“Paman, biarkan aku yang meringkus bocah ini!” Mo Ong maju, dia sangat penasaran sekaligus kesal karena pertarungannya tadi diganggu oleh Iblis Bumi. “Jangan bermain-main seperti tadi, karena kita memiliki urusan yang sangat penting. Ingat, lawan yang akan kita hadapi adalah Yin Long, bukan dua bocah ini!”Long Wan mengerutkan keningnya, kini ia sadar rupanya Mo Ong dan lelaki tua itu sedang mencari paman gurunya. Entah urusan apa yang menyebabkan mereka mendatangi Gurun Gobi, namun yang jelas Mo Ong dan laki-laki tua itu bukan orang semba
“Bunuh dia sekarang, kalau dibiarkan hidup suatu saat nanti akan membuat kita repot!” Titah Iblis Bumi “Dia memang sudah keracunan, tapi untuk menghindari resiko, lebih baik kamu penggal lehernya!” tandasnya, sambil mendekat ke arah Long Wan yang masih pingsan.“Sring!” Mo Ong mencabut pedangnya, dia sependapat dengan Iblis Bumi. Beberapa tahun silam ketika ia menyerbu kuil Rajawali, Long Wan bukanlah siapa-siapa, bahkan ilmu silatnya lebih rendah dibandingkan dengan muridnya sendiri. Akan tetapi sekarang, pemuda itu nyaris bisa menandinginya!.“Anak muda, kuakui kamu memang berbakat. Namun semuanya harus berakhir sampai hari ini, sampaikan salamku pada pendeta busuk itu di alam sana!” ucap Mo Ong sambil mengangkat pedang selaksa racun yang sudah banyak memakan korban.“Hiat!” Mo Ong berteriak dan menebaskan pedangnya ke arah leher Long Wan. “Hentikan, suhu!” sebuah bayangan berkelebat. “Crep!” pedang Mo Ong melenceng dari sasarannya, akan tetapi tetap menggores punggung Long Wan. Dar
“Walaupun si tua bangka itu susah diajak kerja sama, namun kesetiannya terhadap kebenaran tidak diragukan lagi!”“Sebentar, menurut rumor yang beredar, Dewa Obat tidak pernah mau turun tangan dan ikut campur dalam berbagai pertempuran. Bahkan dia tidak pernah pandang bulu menolong siapapun juga, baik dari kalangan pendekar atau datuk hitam, jika membutuhkan pertolongan ia pasti akan mengobatinya!”“Itu memang benar, jika Dewa Obat diajak bertempur menyerang kerajaan tentu saja dia tidak akan mau. Lagian akan berabe nantinya jika Dewa Obat justru menolong para penjahat yang sedang kita bantai!”“Lalu?”Semua orang memandang ke arah Shan Zeng, mereka sangat penasaran ingin mendengar kelanjutan ide salah satu pendekar dari Kuil Kun Lun itu.“Kita mengundangnya ke tempat ini bukan untuk menjadikannya sebagai senjata tempur, melainkan berjaga-jaga jika di antara kita terkena luka dalam. Kalian harus ingat, orang-orang yang akan kita hadapi sangat sakti!”“Hal penting lainnya, dengan mengun
“Jadi untuk sementara waktu Long Wan tidak akan kembali ke sini?”“Betul sekali pangeran, sebab beliau masih ada urusan di wilayah Barat!”“Urusan apa, itu?”Pangeran Yang Han merasa kecewa sebab adik angkatnya yang berjuluk Pendekar Gurun Gobi tidak mau segera turun tangan membantunya, padahal saat ini dia sedang keteteran menghadapi para penjahat yang sudah bersekutu dengan pejabat istana.Yang paling menyedihkan sekaligus menguras emosinya, saat ini kaisar sedang sakit parah dan ia dilarang untuk menemuinya. Kaisar yang sedang skearat itu telah dihasut oleh istri mudanya dan menganggap ia memimpin pemberontak dan beruapaya merebut tahta kaisar.Untuk beberapa saat lamanya Su Liang menghela napas panjang, ia memutar otaknya untuk memilih kata-kata yang pas untuk diucapkan. Ia tahu saat ini pangeran merasa kecewa kepada Long Wan, jika ia salah ucap tentu akan berakibat fatal.“Saat ini Long Wan sedang mencari penawar untuk mengobati tunangannya akibat terkena Racun Dewi Maut!”“Dewi
“Hang, saya harap anda bersabar dan membiarkan nyonya Tin Hua menjelaskannya terlebih dahulu!”“Lengan Delapan, kamu tidak perlu membelanya. Eh saya lupa, bukannya kalian telah menjalin hubungan terlarang ya!” Hang mencibir ke arah si Lengan Delapan.“Jaga ucapanmu!”“Singa Gila, mulutmu sungguh busuk!”“Yang busuk itu sikap dan tingkah laku kalian berdua, gara-gara kalian berselingkuh, Kang Kui membelot dari kelompok Teratai Putih dan bergabung dengan para Penghuni Pulau Neraka!”“Kurang ajar!”Tin Hua dan si Lengan Delapan berdiri, keduanya tidak terima dipermalukan di hadapan smeua orang.“Singa Gila, saat ini juga mari kita mengadu nyawa!”“Ha ha, kalian pikir aku takut?” tantang Hang.Semua orang terlihat tegang, mereka tahu bahwa Hang, si Lengan Delapan dan Tin Hua bukanlah orang sembarangan. Ke tiganya merupakan jago silat istana yang tersohor akan kehebatannya.“Brak!”Panglima Tung Hai menggebrak meja.“Kalian sudah tidak menghargaiku lagi, hah?”“Maafkan saya panglima, akan
“Aku tahu, di antara kalian tentunya ada permasalahan pribadi yang harus diselesaikan. Akan tetapi hal ini lumrah terjadi di antara sesama pendekar silat!” ucap Panglima Tung Hai.Semua orang yang hadir di ruangan tersebut saling lirik, mereka juga tahu di antara jagoan istana sering terjadi percekcokan, bahkan berakhir dengan pertarungan hidup dan mati seperti yang terjadi Dengan si Lengan Delapan dan suaminya Tin Hua beberapa tahun silam.“Kaisara memerintahkan agar kita mengesampingkan urusan pribadi, sebab ada hal penting yang harus diselesaikan, yaitu menumpas gerakan pemberontak dari wilayah Utara. Karena itulah Yang Mulia mengutus pendekar Hang untuk menyelesaikan benteng di perbatasan ini!”“Maaf panglima, bukannya urusan pemberontakan sudah berakhir tiga tahun silam saat markas Panji Merah dihancurkan oleh si Singa Gila?” Tanya salah seorang yang hadir, dia bernama Kao Shi salah seorang jagoan istana yang ditugaskan menjaga perbatasan Timur.“Itu memang benar, akan tetapi ham
“Ini rahasia, hanya orang-orang tertentu saja yang berhak mengetahuinya!”“Kalau panglima merasa saya tidak berhak mengetahuinya, lalu untuk apa dibicarakan di sini?”“Bukan begitu, kamu termasuk orang-orang pilihan karena sudah terbukti setia terhadap kaisar semenjak beliau naik tahta sampai sekarang!”“Lalu?”“Besok lusa kita akan mengadakan pertemuan tertutup untuk membicarakan masalah ini, dan saya harap anda sudi menjadi tuan rumah di acara pertemuan nanti!”“Siapa saja orang-orang yang sudah anda undang?”“Semua jagoan istana, panglima pilihan dan beberapa pendekar, termasuk si Lengan Delapan!”“Kelompok Teratai Putih?”“Tentu saja, karena kelompok Teratai Putih merupakan benteng utama pertahanan kekaisaran Barat. Kesetiaan mereka sudah terbukti, apalagi kelompok tersebut dibentuk oleh mendiang ayahanda kaisar!”Mendengar ucapan Panglima Tung Hai, Hang memalingkan mukanya, dari sorot matanya terpancar rasa tidak suka terhadap Kelompok Teratai Putih yang ia anggap sudah usang tid
“Cepat!”“Tuan, tolong izinkan kami istirahat dulu”“Tidak bisa, siapa yang terus merengek dan minta istirahat harus dihukum!”“Tapi, tuan!”“Plak, plak!”Sebuah cemeti mendarat di laki-laki tua itu, akibatnya dia berteriak kesakitan dan tubuh ringkihnya tersungkur di atas tanah. Ia menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, melihat hal itu orang yang menyiksanya semakin bersemangat mencabukinya.“Tua, ampun!”“Lihat laki-laki tua bangka ini!”“Siapapun yang meminta istirahat akan menanggung hukuman!”Semua orang yang menyaksikan kejadian mengerikan tadi hanya dapat mengelus dada kemudian melanjutkan pekerjaan mereka menumbuk bongkahan batu di bukit yang gersang itu. cahaya matahari yang panas membuat mereka semakin tersiksa, apalagi saat keringat membasahi luka akibat cambukan.Laki-laki yang disiksa tadi akhirnya berkelojotan karena tidak tahan terhadap penderitaan yang dialaminya. Sejak pagi tadi, dia hanya diberi makan sebiji ubi rebus dan seteguk air, tidak sebanding dengan peke
Long Wan tersenyum lalu menepuk-nepuk bahu Su Liang.“Besok pagi saya akan melanjutkan perjalanan, kamu beristirahatlah sebentar di markas Teratai Putih, saya yakin mereka akan menerimamu. Bukan begitu nona?”“Eh, anu, ya tentu saja!” Tin Chi tampak gelagapan, buru-buru ia membuang mukanya untuk menyembunyikan rona merah di kedua pipinya, padahal saat itu menjelang tengah malam, walaupun ada api unggun suasana di tempat itu cukup gelap.“Jadi anda tidak kembali ke Selatan? Padahal Pangeran meminta anda kembali untuk menghadang pemberontakan yang dipimpin Rhu Zhi!”“Saya pasti kembali, namun harus menyelsaikan urusan pribadi dengan para penghuni Pulau Neraka!. Kamu tenang saja, kelompok Topeng tengkorak tidak akan gegabah bertindak sembarangan. Yang terpenting kamu harus mengamankan pangeran terlebih dahulu, saya akan memberitahu siapa saja orang-orang yang dapat dipercaya untuk melindungi pangeran”Long Wan menyebutkan beberapa nama untuk dipinta bantuan, termasuk pendeta Kun Lun, dan
“Saya dan Tang Zhi, atau yang dikenal dengan Rhu Zhi memang masih satu darah. Kami berdua cucu mendiang kaisar, namun dari istri yang berbeda!”“Long Wan, jadi kamu keturunan kerajaan Hua?”“Eh tidak sopan memanggil nama, seharusnya memanggil pangeran!” celoteh Tin Chi.“Ah kalian ini ada-ada saja, kekaisaran Hua sudah lama tumbang jadi tidak perlu ada embel-embel pangeran segala!” bantah Long Wan.“Tapi tetap saja kamu memiliki darah kaisar, pantas saja semenjak bertemu merasakan sesuatu yang berbeda, sedikit segan dan ada perasaan aneh” Tin Chi memang polos, dia tidak sungkan untuk mengutarakan isi hatinya.“Sudahlah itu tidak penting, yang jelas aku dan Tang Zhi sudah ditakdirkan saling bermusuhan, dan ada kemungkinan suatu hari nanti akan saling bunuh seperti yang dilakukan orang tua kamu dahulu!”“Ia, aku pernah mendnegar bahwa ayah kalian bermusuhan karena memperebutkan tahta kaisar. Namun sayang, hal tersebut dimanfaatkan fihak ke tiga dan akhirnya kekaisaran Hua tumbang. Yang
“Kalau anda tidak berkenan mengatakannya tidak apa-apa, barangkali hanya akan menjadi bebas saja!”“Tidak sama sekali, nyonya!”“Lalu?”“Saya memiliki dua urusan yang sangat penting dengan si Iblis Pencabut Nyawa”“Apakah berkaitan dengan pemilihan jago nomor satu, yang disebut si Jago Tanpa Tanding?”“Tidak sama sekali, sebenarnya saya tidak tertarik dengan pemilihan jagoan nomor satu. Dahulu saya bertarung di puncak gunung Kun Lun karena memang ada urusan dengan pimpinan Topeng Tengkorak. Dia sangat licik, semua permasalahan di wilayah Selatan atas ulahnya. Bahkan,”Untuk beberapa saat lamanya Long Wan termenung, kemudian ia menghela napas panjang karena teringat kejadian memilukan yang menimpa sumoinya.“Pantas saja Pangeran memintamu pulang ke Selatan, sebab kelompok Topeng Tengkorak kembali berulah, bahkan mereka semakin kuat karena berhasil para bandit untuk merebut kekaisaran Beng!” sela Su Liang.“Selicik itukah kelompok Topeng Tengkorak?” tanya Tin HuaGadis itu memang belum