Penginapan Naga terletak di sebelah selatan Gurun Gobi, tempat itu menjadi persinggahan bagi para pelancong yang hendak melanjutkan perjalanan ke arah Tibet ataupun Mongol. Inilah satu-satunya tempat istirahat di dataran Gobi yang tandus dan kering.Maka tidak mengherankan kalau Penginapan Naga ramai oleh pengunjung dari berbagai kalangan, baik pendekar, penjahat ataupun kafilah dagang yang hendak melanjutkan perjalanan ke Jalur Sutra. Walaupun penjahat dan pendekar bertemu, akan tetapi mereka tidak akan berani membuat keonaran di sini. Siapa yang berbuat rusuh, akan diusir paksa dan dibiarkan kelaparan sepanjang malam di atas gurun yang mengerikan.“Tuan, tolong tambah araknya!” seru seorang pengunjung, pakaiannya terlihat lusuh sepertinya ia telah menempuh perjalanan yang sangat jauh. Seorang pelayan datang membawakan guci arak berukuran besar dan menentengnya hanya dengan sebelah tangan.Dengan tangan yang besar dan penuh otot, pelayan tadi menuangkan arak pada cawan tamu tadi. sek
“Bruk!” pintu depan terbuka, awalnya semua orang menyangka karena dihempas angin. Akan tetapi saat mereka melirik, di sana sudah berdiri seorang lelaki tua berpenampilan aneh. Wajahnya terlihat mengerikan, hidungnya mancung namun bengkok seperti paruh burung, pipinya tirus dan kelopak matanya cekung. Penampilannya benar-benar seperti mayat hidup!.“Wush!” angin kembali menderu, menerbangkan debu dan pasir. Buru-buru seorang pelayan menutup pintu dan mempersilahkan lelaki tua tadi untuk duduk di bangku kosong. Mo Ong yang duduk di pojok ruangan mengerutkan keningnya, kemudian segera berdiri dan menghampirinya.“Selamat datang paman, mari duduk di sebelah sana!” ucap Mo Ong sambil membungkukan badannya. “Anda sendirian?” tanya Mo Ong lagi, kemudian ia memanggil pelayan dan meminta disajikan makanan yang paling lezat dan arak paling bagus di tempat ini.“Kakakku belum bisa meninggalkan pertapaan, karena ada tamu!” jawab lelaki tua tadi, ia duduk duduk di depan Mo Ong dan langsung menyamb
Tubuh Long Wan terhempas oleh badai gurun, ia bergulingan dan kepalanya hampir membentur batu. “Krep!” kedua tangannya memegang erat-erat pohon palem, akan tetapi pohon sebesar paha orang dewasa itu tumbang terseret angin gurun yang sangat dahsyat, akibatnya Long Wan kembali bergulingan di atas pasir.“Wur!” suara gemuruh badai kembali memekakan telinga, pandangan mata pemuda itu terasa gelap sebab badai pasir ada di mana-mana. “Ya Tuhan!” seru Long Wan, ia merasa kematiannya sudah sangat dekat, ternyata semua ilmu silat yang pernah ia pelajari tidak berguna ketika menghadapi amukan badai gurun. Ternyata manusia sangat lemah, tidak mampu menandingi kedahsyatan alam.Hampir satu jam lamanya Long Wan terambang-ambing di atas pasir, seluruh tubuhnya penuh dengan luka, bahkan keningnya mengeluarkan darah karena terserempet bebatuan yang terbang diamuk gelombang angin yang sangat kencang.Perlahan-lahan badai gurun yang tadi mengamuk mulai mereda, namun kepulan pasir masih terbang di udara
Mo Ong menatap Long Wan dan Lin Lin secara bergantian, kening lelaki tua itu berkerut dan mengingat sesuatu. Rasa-rasanya ia pernah bertemu dengan mereka berdua, terutama saat melihat Long Wan. “Siapa kalian? Mengapa menyebut-nyebut nama muridku?” tanya Mo Ong. Di sampingnya, Iblis Bumi hanya menyeringai, terutama kepada Lin Lin yang memiliki wajah sangat cantik. Rupanya wataknya yang mata keranjang kembali kambuh saat melihat dara jelita itu.“Kebetulan kita bertemu di sini, Mo Ong. Kamu juga akan mati di tanganku!” ancam Lin Lin sambil mengangkat telunjuknya ke arah Mo Ong. Kening Mo Ong semakin berkerut “Apa kamu sudah melupakan peristiwa di Kuil Rajawali beberapa tahun silam?” tanya Lin Lin.“Oh ternyata kalian berdua muridnya si pendeta busuk itu!” Mo Ong terkekeh, tentu saja dia menganggap remeh Long Wan dan Lin Lin. “Paman, mereka berdua muridnya Pendeta To!” bisik Mo Ong kepada Iblis Bumi.“Pendeta To? hmm, kebetulan keduanya bisa dijadikan sandera agar Yin Long berani menampa
“Ha, ha!” Iblis Bumi tertawa, suaranya melengking dan memekakan telinga. “Bocah, kamu berani melawanku, hah?” ucapnya sambil menatap tajam kepada Long Wan “Walaupun kamu berlatih seratus tahun lagi, mana mungkin bisa melawanku!” tandasnya.“Memang benar, aku hanyalah bocah ingusan dan tidak mungkit bisa menandingi anda berdua. Akan tetapi, apapun yang terjadi aku tidak akan menyerahkan wanita ini kepadamu!” jawab Long Wan, ia berusaha tetap tenang.“Paman, biarkan aku yang meringkus bocah ini!” Mo Ong maju, dia sangat penasaran sekaligus kesal karena pertarungannya tadi diganggu oleh Iblis Bumi. “Jangan bermain-main seperti tadi, karena kita memiliki urusan yang sangat penting. Ingat, lawan yang akan kita hadapi adalah Yin Long, bukan dua bocah ini!”Long Wan mengerutkan keningnya, kini ia sadar rupanya Mo Ong dan lelaki tua itu sedang mencari paman gurunya. Entah urusan apa yang menyebabkan mereka mendatangi Gurun Gobi, namun yang jelas Mo Ong dan laki-laki tua itu bukan orang semba
“Bunuh dia sekarang, kalau dibiarkan hidup suatu saat nanti akan membuat kita repot!” Titah Iblis Bumi “Dia memang sudah keracunan, tapi untuk menghindari resiko, lebih baik kamu penggal lehernya!” tandasnya, sambil mendekat ke arah Long Wan yang masih pingsan.“Sring!” Mo Ong mencabut pedangnya, dia sependapat dengan Iblis Bumi. Beberapa tahun silam ketika ia menyerbu kuil Rajawali, Long Wan bukanlah siapa-siapa, bahkan ilmu silatnya lebih rendah dibandingkan dengan muridnya sendiri. Akan tetapi sekarang, pemuda itu nyaris bisa menandinginya!.“Anak muda, kuakui kamu memang berbakat. Namun semuanya harus berakhir sampai hari ini, sampaikan salamku pada pendeta busuk itu di alam sana!” ucap Mo Ong sambil mengangkat pedang selaksa racun yang sudah banyak memakan korban.“Hiat!” Mo Ong berteriak dan menebaskan pedangnya ke arah leher Long Wan. “Hentikan, suhu!” sebuah bayangan berkelebat. “Crep!” pedang Mo Ong melenceng dari sasarannya, akan tetapi tetap menggores punggung Long Wan. Dar
“Long Wan!” Seru Li Mei, dia berusaha bangkit dan tidak memperdulikan tubuhnya yang penuh luka karena terombang-ambing badai. Keadaan Long Wan sangat meperihatinkan, seluruh tubuhnya hampir terbenam ke dalam pasir. Dengan sekuat tenaga Li Mei mengeluarkan Long Wan, lalu menyeretnya ke tempat yang aman.Gelombang badai gurun memang sudah reda, namun bahaya tetap mengincar dari segala arah. Yang paling mengerikan, tempat itu sangat panas dan tidak ada tempat bernaung dari sengatan matahari, apalagi air perbekalan Li mei sudah hampir habis.“Air!” rintih Long Wan, Li Mei segera mendekatkan kendi berisi air dan menuangkannya kepada mulut Long Wan. “Bertahanlah, aku akan mencari tempat berteduh!” Li Mei mengedarkan pandangannya ke seluruh hamparan gurun yang tandus, dia mencari tempat untuk bernaung, akan tetapi tidak ada satupun tempat sekedar menghindari sengatan matahari.Li Mei sangat nelangsa, karena tidak memiliki pilihan lain, gadis itu membuka pakaian luarnya untuk dijadikan tali,
“Aduh!” rintih Li Mei, dia memegangi kepalanya yang masih terasa berat. “Di mana aku?” gadis itu bangkit dari ranjang dan mengamati keadaan sekitar. “Jangan banyak bergerak, lukamu harus segera diobati!” Yin Long muncul dari balik pintu kamar sambil membawa cawan berisi jamu. “Minumlah!” ucapnya sambil menyodorkan cawan tadi kepada Li Mei.“Siapakah anda, tuan?” tanya Li Mei, kedua matanya yang bening menatap tajam kepada Yin Long. Dia bisa menebaknya, bahwa lelaki tua gagah ini telah menolongnya, akan tetapi dia harus waspada tidak boleh percaya begitu saja kepada orang yang baru dijumpainya. Pengalaman pahit dengan Rhu Zhi yang berpura-pura polos hampir merenggut kesuciannya.“Percayalah, aku tidak bermaksud buruk kepadamu. Minumlah obat ini agar tenagamu cepat pulih!” Yin Long seakan-akan bisa menebak isi hati Li Mei. Perlahan-lahan Li Mei menerima cawan tadi lalu mendekatkan ke arah hidungnya, dari aromanya tidak tercium bau yang aneh atau beracun. Setelah yakin, Li Mei segera men
“Walaupun si tua bangka itu susah diajak kerja sama, namun kesetiannya terhadap kebenaran tidak diragukan lagi!”“Sebentar, menurut rumor yang beredar, Dewa Obat tidak pernah mau turun tangan dan ikut campur dalam berbagai pertempuran. Bahkan dia tidak pernah pandang bulu menolong siapapun juga, baik dari kalangan pendekar atau datuk hitam, jika membutuhkan pertolongan ia pasti akan mengobatinya!”“Itu memang benar, jika Dewa Obat diajak bertempur menyerang kerajaan tentu saja dia tidak akan mau. Lagian akan berabe nantinya jika Dewa Obat justru menolong para penjahat yang sedang kita bantai!”“Lalu?”Semua orang memandang ke arah Shan Zeng, mereka sangat penasaran ingin mendengar kelanjutan ide salah satu pendekar dari Kuil Kun Lun itu.“Kita mengundangnya ke tempat ini bukan untuk menjadikannya sebagai senjata tempur, melainkan berjaga-jaga jika di antara kita terkena luka dalam. Kalian harus ingat, orang-orang yang akan kita hadapi sangat sakti!”“Hal penting lainnya, dengan mengun
“Jadi untuk sementara waktu Long Wan tidak akan kembali ke sini?”“Betul sekali pangeran, sebab beliau masih ada urusan di wilayah Barat!”“Urusan apa, itu?”Pangeran Yang Han merasa kecewa sebab adik angkatnya yang berjuluk Pendekar Gurun Gobi tidak mau segera turun tangan membantunya, padahal saat ini dia sedang keteteran menghadapi para penjahat yang sudah bersekutu dengan pejabat istana.Yang paling menyedihkan sekaligus menguras emosinya, saat ini kaisar sedang sakit parah dan ia dilarang untuk menemuinya. Kaisar yang sedang skearat itu telah dihasut oleh istri mudanya dan menganggap ia memimpin pemberontak dan beruapaya merebut tahta kaisar.Untuk beberapa saat lamanya Su Liang menghela napas panjang, ia memutar otaknya untuk memilih kata-kata yang pas untuk diucapkan. Ia tahu saat ini pangeran merasa kecewa kepada Long Wan, jika ia salah ucap tentu akan berakibat fatal.“Saat ini Long Wan sedang mencari penawar untuk mengobati tunangannya akibat terkena Racun Dewi Maut!”“Dewi
“Hang, saya harap anda bersabar dan membiarkan nyonya Tin Hua menjelaskannya terlebih dahulu!”“Lengan Delapan, kamu tidak perlu membelanya. Eh saya lupa, bukannya kalian telah menjalin hubungan terlarang ya!” Hang mencibir ke arah si Lengan Delapan.“Jaga ucapanmu!”“Singa Gila, mulutmu sungguh busuk!”“Yang busuk itu sikap dan tingkah laku kalian berdua, gara-gara kalian berselingkuh, Kang Kui membelot dari kelompok Teratai Putih dan bergabung dengan para Penghuni Pulau Neraka!”“Kurang ajar!”Tin Hua dan si Lengan Delapan berdiri, keduanya tidak terima dipermalukan di hadapan smeua orang.“Singa Gila, saat ini juga mari kita mengadu nyawa!”“Ha ha, kalian pikir aku takut?” tantang Hang.Semua orang terlihat tegang, mereka tahu bahwa Hang, si Lengan Delapan dan Tin Hua bukanlah orang sembarangan. Ke tiganya merupakan jago silat istana yang tersohor akan kehebatannya.“Brak!”Panglima Tung Hai menggebrak meja.“Kalian sudah tidak menghargaiku lagi, hah?”“Maafkan saya panglima, akan
“Aku tahu, di antara kalian tentunya ada permasalahan pribadi yang harus diselesaikan. Akan tetapi hal ini lumrah terjadi di antara sesama pendekar silat!” ucap Panglima Tung Hai.Semua orang yang hadir di ruangan tersebut saling lirik, mereka juga tahu di antara jagoan istana sering terjadi percekcokan, bahkan berakhir dengan pertarungan hidup dan mati seperti yang terjadi Dengan si Lengan Delapan dan suaminya Tin Hua beberapa tahun silam.“Kaisara memerintahkan agar kita mengesampingkan urusan pribadi, sebab ada hal penting yang harus diselesaikan, yaitu menumpas gerakan pemberontak dari wilayah Utara. Karena itulah Yang Mulia mengutus pendekar Hang untuk menyelesaikan benteng di perbatasan ini!”“Maaf panglima, bukannya urusan pemberontakan sudah berakhir tiga tahun silam saat markas Panji Merah dihancurkan oleh si Singa Gila?” Tanya salah seorang yang hadir, dia bernama Kao Shi salah seorang jagoan istana yang ditugaskan menjaga perbatasan Timur.“Itu memang benar, akan tetapi ham
“Ini rahasia, hanya orang-orang tertentu saja yang berhak mengetahuinya!”“Kalau panglima merasa saya tidak berhak mengetahuinya, lalu untuk apa dibicarakan di sini?”“Bukan begitu, kamu termasuk orang-orang pilihan karena sudah terbukti setia terhadap kaisar semenjak beliau naik tahta sampai sekarang!”“Lalu?”“Besok lusa kita akan mengadakan pertemuan tertutup untuk membicarakan masalah ini, dan saya harap anda sudi menjadi tuan rumah di acara pertemuan nanti!”“Siapa saja orang-orang yang sudah anda undang?”“Semua jagoan istana, panglima pilihan dan beberapa pendekar, termasuk si Lengan Delapan!”“Kelompok Teratai Putih?”“Tentu saja, karena kelompok Teratai Putih merupakan benteng utama pertahanan kekaisaran Barat. Kesetiaan mereka sudah terbukti, apalagi kelompok tersebut dibentuk oleh mendiang ayahanda kaisar!”Mendengar ucapan Panglima Tung Hai, Hang memalingkan mukanya, dari sorot matanya terpancar rasa tidak suka terhadap Kelompok Teratai Putih yang ia anggap sudah usang tid
“Cepat!”“Tuan, tolong izinkan kami istirahat dulu”“Tidak bisa, siapa yang terus merengek dan minta istirahat harus dihukum!”“Tapi, tuan!”“Plak, plak!”Sebuah cemeti mendarat di laki-laki tua itu, akibatnya dia berteriak kesakitan dan tubuh ringkihnya tersungkur di atas tanah. Ia menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, melihat hal itu orang yang menyiksanya semakin bersemangat mencabukinya.“Tua, ampun!”“Lihat laki-laki tua bangka ini!”“Siapapun yang meminta istirahat akan menanggung hukuman!”Semua orang yang menyaksikan kejadian mengerikan tadi hanya dapat mengelus dada kemudian melanjutkan pekerjaan mereka menumbuk bongkahan batu di bukit yang gersang itu. cahaya matahari yang panas membuat mereka semakin tersiksa, apalagi saat keringat membasahi luka akibat cambukan.Laki-laki yang disiksa tadi akhirnya berkelojotan karena tidak tahan terhadap penderitaan yang dialaminya. Sejak pagi tadi, dia hanya diberi makan sebiji ubi rebus dan seteguk air, tidak sebanding dengan peke
Long Wan tersenyum lalu menepuk-nepuk bahu Su Liang.“Besok pagi saya akan melanjutkan perjalanan, kamu beristirahatlah sebentar di markas Teratai Putih, saya yakin mereka akan menerimamu. Bukan begitu nona?”“Eh, anu, ya tentu saja!” Tin Chi tampak gelagapan, buru-buru ia membuang mukanya untuk menyembunyikan rona merah di kedua pipinya, padahal saat itu menjelang tengah malam, walaupun ada api unggun suasana di tempat itu cukup gelap.“Jadi anda tidak kembali ke Selatan? Padahal Pangeran meminta anda kembali untuk menghadang pemberontakan yang dipimpin Rhu Zhi!”“Saya pasti kembali, namun harus menyelsaikan urusan pribadi dengan para penghuni Pulau Neraka!. Kamu tenang saja, kelompok Topeng tengkorak tidak akan gegabah bertindak sembarangan. Yang terpenting kamu harus mengamankan pangeran terlebih dahulu, saya akan memberitahu siapa saja orang-orang yang dapat dipercaya untuk melindungi pangeran”Long Wan menyebutkan beberapa nama untuk dipinta bantuan, termasuk pendeta Kun Lun, dan
“Saya dan Tang Zhi, atau yang dikenal dengan Rhu Zhi memang masih satu darah. Kami berdua cucu mendiang kaisar, namun dari istri yang berbeda!”“Long Wan, jadi kamu keturunan kerajaan Hua?”“Eh tidak sopan memanggil nama, seharusnya memanggil pangeran!” celoteh Tin Chi.“Ah kalian ini ada-ada saja, kekaisaran Hua sudah lama tumbang jadi tidak perlu ada embel-embel pangeran segala!” bantah Long Wan.“Tapi tetap saja kamu memiliki darah kaisar, pantas saja semenjak bertemu merasakan sesuatu yang berbeda, sedikit segan dan ada perasaan aneh” Tin Chi memang polos, dia tidak sungkan untuk mengutarakan isi hatinya.“Sudahlah itu tidak penting, yang jelas aku dan Tang Zhi sudah ditakdirkan saling bermusuhan, dan ada kemungkinan suatu hari nanti akan saling bunuh seperti yang dilakukan orang tua kamu dahulu!”“Ia, aku pernah mendnegar bahwa ayah kalian bermusuhan karena memperebutkan tahta kaisar. Namun sayang, hal tersebut dimanfaatkan fihak ke tiga dan akhirnya kekaisaran Hua tumbang. Yang
“Kalau anda tidak berkenan mengatakannya tidak apa-apa, barangkali hanya akan menjadi bebas saja!”“Tidak sama sekali, nyonya!”“Lalu?”“Saya memiliki dua urusan yang sangat penting dengan si Iblis Pencabut Nyawa”“Apakah berkaitan dengan pemilihan jago nomor satu, yang disebut si Jago Tanpa Tanding?”“Tidak sama sekali, sebenarnya saya tidak tertarik dengan pemilihan jagoan nomor satu. Dahulu saya bertarung di puncak gunung Kun Lun karena memang ada urusan dengan pimpinan Topeng Tengkorak. Dia sangat licik, semua permasalahan di wilayah Selatan atas ulahnya. Bahkan,”Untuk beberapa saat lamanya Long Wan termenung, kemudian ia menghela napas panjang karena teringat kejadian memilukan yang menimpa sumoinya.“Pantas saja Pangeran memintamu pulang ke Selatan, sebab kelompok Topeng Tengkorak kembali berulah, bahkan mereka semakin kuat karena berhasil para bandit untuk merebut kekaisaran Beng!” sela Su Liang.“Selicik itukah kelompok Topeng Tengkorak?” tanya Tin HuaGadis itu memang belum