Surat selesai dibacakan.
Raja Galih mendekati Asoka dan membisikkan sesuatu.
Seketika wajah Asoka berubah dan giginya bergetar hebat. Ada satu cara yang bisa dilakukan Asoka agar bisa menghancurkan harga diri kerajaan Balidipa.
Caranya hanya satu, Asoka harus menjadi warga Ringin Anom dan memenangkan Turnamen Tapak Iblis, turnamen yang hanya diperuntukkan untuk pendekar tanah Dwipa.
“Ti-tidak mungkin … berita ini bohong, bukan?” Asoka hanya bisa meratapi nasib, duduk bersandar di pojok ruang singgasana. Air matanya menangisi sahabat yang dibunuh tanpa belas kasihan.
“Kenapa … kenapa secepat ini kau meninggalkanku?”
“Bukankah dirimu janji kita berangkat ke Dwipa bersama dan kembali harus bersama? Tapi kenapa kau menghianati kepercayaanku? Sialan kau Ranu, kau bukan sahabatku!”
Asoka memukul-mukul tembok singgasana sampai remuk, tangannya berdarah, tapi dia
Selama satu minggu terakhir, Asokamendapat latihan khusus dariMahapatih Saptajaya.Perhatian itu mengakibatkan rasa cemburu dan kedengkian dari beberapa pendekar istana yang lain, terutama Mangkualam.Pagi, siang, sore, hingga malam, Asokatidak pernah lepas dari pengawasan mahapatih.“Aku tidak menyesal menunda keberangkatanku menuju perguruan. Asoka bisa jadi tombak unggulan Ringin Anom untuk mengalahkan Balidipa di Turnamen Tapak Iblis nanti.”Pagi harinya Asokaberlari menyusuri pinggiran pantai Kuta hingga berkilo meter jauhnya. Itu dilakukan untuk membakar lemak tubuh Asokasekaligus pemanasan. Setelah berlari, barulah Asokamenikmati sarapan yang disiapkan khusus untuknya.Setelah istirahat lumayan lama, siang sampai sore digunakan untuk melatih gerakan khusus yang selama ini Asokabelum tahu. Dan malamnya, Asokadiizinkan memakai ring latihan tanpa harus izin kepada Mangkualam.Hal
Sudah tiga kali Asokamenolak tantangan Mangkualam, tapi panglima istana terus mendesaknya agar mau menerima tantangan. Beberapa kali pedang diayunkan mengincar leher Asoka.Dengan ilmu meringankan tubuh, Asokabisa berkelittanpa harus membuang energi cuma-cuma.“Sial, dia cepat juga,” batin Mangkualamyang beberapa serangannya dapat dihindari dengan mudah.Mangkualammeminta pedang salah satu prajurit, di tangannya kini ada dua pedang, namun ukuran panjangnya berbeda.Asokajuga memiliki dua pedang, tapi masih disarungkan, yang satu pedang Arjuno dan satunya pedang yang tidak bisa pisah dari badannya, tepat di bawah perut.Semakin lama dibiarkan, Mangkualamsemakin brutal menyerang. Terpaksa, Asokamenunjukkan sedikit keahliannya dalam ilmu berpedang.Trang! Trang!Asokamengayunkan pedangnya horizontal ke atas, menangkis serangan dua pedang Mangkualam. Gesekan besi terdengar
Pedang itu tidakternyata tidakmengincar leher Mangkualam, melainkan tanah tandus biasa. Salah perkiraan sedikit, Mangkualampasti sudah mati. Tapi Asokamemberi ampun pada pria rambut cepak.“Jangan sombong hanya karena kau panglima di sini! Aku bisa saja membunuhmu, tapi aku sadar, aku hanya tamu.Kau masih berada di tingkat kahyangan menengah … menantangku adalah hal paling bodoh yang pernah kau lakukan!”Asoka sekali lagi meludahi Mangkualam, kali ini tepat di lencana panglima yang selama ini dibangga-banggakan pria rambut cepak. “Kau terlalu cepat 20 tahun menantangku karena aku sudah menapaki tingkat naga awal. Seranganmu masih jauh dari kata baik, sebaiknya kau latih kembali nafas dan juga emosimu!”Sebelum memasuki gerbang, Asokaberhenti sejenak, lantas bicara tanpa menolehkepada Mangkualam dan para prajurit.“Ingatlah bahwa di atas langit masih ada langit. Untuk ukuran pra
Semua mata memadang Arnawama, tapi tidak satu pun menaruh kebencian pada pria berambur putih itu karena wibawanya sangat tinggi, bahkan Raja Swarespati kadang menaruh sungkan pada mahapatihnya sendiri.“Ada satu orang, dan kalian telah menyiakannya,” ujar Mahapatih Arnawama, pembawaannya sangat dingin dengan tatapan mata menyelidik.“Katakan siapa orangnya!” pinta raja tanpa basa-basi.“Dia pendekar kuat, penguasa elemen api amplifi tujuh, tidak satu pun pendekar Dwipa yang sanggup mengalahkan elemen apinya selain Datuk Lembu Sora, Anda pasti tahu siapa orangnya.”Memikirkan ucapan mahapatih istana, Raja Swarespati duduk termenung, coba mengingat tahanan mana yang pernah dia sia-siakan. “Aku tidak tahu, cepat sebut namanya!”“Ranu, pendekar yang kalian hina, lalu kalian bunuh tanpa alasan logis.”Panglima Cakra Bumi, Pangeran Wayan, pemimpin pleton, dan para penasehat meneguk ludah
Kedatangan Datuk Lembu Sora selaku pemilik mustika cokelat sangat ditunggumurid Perguruan Tapak Iblis, termasuk ketua perguruan bernama Ki Andara. Dia adalah mantan murid kesayangan Datuk Lembu Sora yang diamanati langsung memegang perguruan milik kakek pria tua itu.“SIlakan, Datuk, kami sudah siapkan hidangan terbaik.”Ki Andara dan beberapa murid memanggil Datuk yang berarni bapak, mereka sudah seperti anak sendiri di mata Datuk Lembu Sora, lebih-lebih Ki Andara.Yatim piatu sejak kecil, Andara menghabiskan masa kecilnya dengan berlatih bersama Datuk Lembu Sora sampai usianya beranjak dua puluh tahun. Setelah itu, dia dipindah-latihkan ke Perguruan Pasir Putih untuk mengenyam teknik bertahan serta menguatkan tulang keringnya.Latihan di atas lumpur hisap berdampak banyak pada pertumbuhan energi Andara, dia berhasil menyabet gelar pendekar kahyangan akhir di usia 25 tahun, sebuah prestasi tersendiri bagi pendekar tanah Dwipa.&ldq
Lima hari berlalu, perseteruan antara Mangkualam dan Asoka tak kunjung selesai. Saptajaya berada di posisi serba salah, dia ingin membela Asoka, tapi rasanya tidak elok membiarkan tamu bertindak semena-mena.Di sisi lain, mahapatih juga tidak bisa membenarkan perilaku Mangkualam yang terus-menerus iri pada perlakuan paduka raja pada Asoka, sementara dia tidak mendapat perlakuan istimewa selama menjabat sebagai panglima.Solusi yang tepat adalah membiarkan Asoka pulang ke tanah Jawa mengingat sebentar lagi Turnamen Neraka Bumi kembali digelar setelah ditunda hampir satu bulan lamanya.“Kau sudah berkembang pesat, tiga gerakan dasar yang kuajarkan ternyata bisa kau kembangkan menjadi gerakan yang lebih efisien, tidak terlalu menguras energi. Baru kali ini aku bahagia memiliki murid sepertimu.” Saptajaya menepuk pundak Asoka seraya menunjukkan gigi-gigi putihnya.“Mohon maaf sebelumnya … tapi kalau boleh jujur, sebenarnya aku sudah m
Sebelum meninggalkan Ringin Anom, pemuda berkuncir lebih dulu mampir ke Perguruan Pasir Putih atas permintaan Saptajaya.Sempat diminta menunjukkan gerakan terbang di udara pada murid-murid Perguruan Pasir Putih, Asoka mengaku segan karena mereka sempat mengajarinya cara menjaga keseimbangan kaki di atas pasir hisap.“Tidak elok seorang murid menunjukkan kebolehan di hadapan gurunya sendiri.” Ucapan Asoka membuat semuanya tertegun.“Bukannya kau sudah menapaki tingkat pendekar naga awal, tapi kenapa kau tetap menganggap murid-murid perguruan sebagai gurumu?” Saptajaya keheranan, dia tidak habis pikir, pemuda sekuat Asoka masih mau merendahkan diri pada murid-murid perguruan.“Semua yang mengajariku adalah guruku, walau hanya satu gerakan, walau hanya satu tarikan nafas. Selayaknya aku harus menghormati mereka, sama halnya aku menghormati guru-guruku yang lain. Bapak telah menanamkan pikiran ini sejak aku berusia lima tahun.&r
Asoka terhenyak melihat pemukiman yang hancur akibat bombardir panah api. Di setiap jalan yang dia lalui, ada banyak sekali jasad berjatuhan, dibuang di atas batu, tidak dimakamkan secara manusiawi.“Karim, apa kau tahu siapa yang melakukan ini?” Pertanyaan Asoka tidak ditanggapi Karim, dia turun dari kuda, mencium bau darah dan mencari sisa-sisa pusaka yang digunakan untuk membantai orang-orang tidak bersalah ini.Ada serpihan pedang yang tertimbun beberapa tangan manusia, Karim menemukannya di dekat pohon beringin besar.“Bau anyir apa ini!” Karim mendengus kesal, dia menginjak-injak tanah, hingga tercebur ke sebuah parit yang cukup dalam.Isinya mayat semua!Asoka dan Kirom membantu Karim keluar dari parit, mereka tidak habis pikir, siapa gerangan yang melakukan perbuatan sekeji ini.Prajurit yang berjaga di perbatasan dimintai keterangan oleh Asoka, mereka ternyata tidak tahu apapun. Kejadian itu terjadi dalam sek