Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Api / Ch. 121 - Kau Melupakanku?

Share

Ch. 121 - Kau Melupakanku?

Penulis: Fii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-31 17:53:23

"Chong Su!"

Piao mengejar laki-laki itu, bersama Luo Lu dan Xiao Long yang segera berdiri di belakangnya menangkal anak panah yang datang. Xiao Long segera menarik Chong Su ke tempat yang aman. Mencabut anak panah di sana, dia mengeluarkan serbuk-serbuk obat yang telah dibuatnya beberapa hari lalu. Sambil menempelkan ke bekas tusukan panah, Xiao Long menyembuhkannya dengan kekuatan.

Nyawa Chong Su berhasil diselamatkan, tapi musuh telanjur tahu letak keberadaan mereka. Xue Zhan memeriksa keadaan Chong Su, wajahnya sangat prihatin. 

"Saudara Chong mungkin tak akan sanggup untuk bertarung lagi. Biar aku menjaganya."

"Tidak bisa. Ini akan membahayakan nyawamu," tolak Luo Lu mentah-mentah. Xiao Long mengiyakannya. Dia mengangkat wajah, mendengar suara teriakan disertai bunyi berdebam keras. Han pasti sudah melacak keberadaan para pemanah itu. Xiao Long mengecek beberapa orang yang terkena. 

Dari tempat mereka, Xiao Long dapat melihat Han memunc

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 122 - Iblis Menara

    Xiao Long mengambil alih pertarungan Qiu Ying, jika membiarkan ini lebih lama Xiao Long yakin sesuatu yang buruk akan terjadi.Qiu Ying jatuh terkapar di atas tanah. Han segera datang, menyeret Qiu Ying ke dalam tempat persembunyian mereka.Iblis Menara mendecih. "Mimpi apa aku semalam dihadapkan bocah tengik sepertimu?" Dia tidak habis pikir, matanya di balik topeng terus memindai Xiao Long. Tatapannya berhenti pada pedang hitam di tangan Xiao Long."Pedang itu-?! Kenapa kau memilikinya?!" kaget Iblis Menara tak main-main. Dia segera menelan ludah ketakutan. Merasa lawannya sangat berbahaya. Tak bisa dipungkiri, senjata itu memiliki masa lalu kelam, ribuan nyawa berjatuhan, hal itu lah yang membuat Pedang Hitam semakin tajam. Saat senjata lain berkarat atau patah seiring berjalannya waktu, Pedang Hitam justru akan semakin kuat dan tajam.Xiao Long tak tahu mengapa Iblis Menara begitu ketakutan. Dia mengangkat pedang itu. "Kau takut?""Hanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 123 - Firasat Han

    Karena hal itu, Qiu Ying mulai merasa pemikiran mereka sama. Menolong sesama meski harus mengotori tangan sendiri adalah pilihan yang harus mereka tempuh.Qiu Ying mengambil kepala Iblis Menara, menyerahkannya pada Xue Zhan yang saat itu sudah datang bersama yang lainnya, mereka sudah lengkap dan hanya Xiao Long yang tidak sadarkan diri. Melihat pembalasan dendamnya benar-benar terwujudkan. Marah dan benci menyatu saat Xue Zhan menerima kepala itu. Tak terbayangkan berapa puluh anggota keluarganya yang telah tewas di tangan mereka."Aku benar-benar berterima kasih. Tanpa kalian, aku tak akan bisa melakukannya sendirian.""Kau sudah melihat kehancuran musuhmu, 'kan? Lalu apa lagi yang kau takuti?" tanya Han yang sedang merangkul Xiao Long. Seperti biasa, mukanya selalu mengerut."Aku mengkhawatirkan orang-orangku di sana. Apakah mereka baik-baik saja?""Tidak mungkin mereka menyerang, semuanya telah kita bunuh," sela Luo Lu kemudian. Han m

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 124 - Mata di Balik Topeng

    Wajah Xi Wang berubah tegang. Dia menatap Han dengan kedua mata marah."Apa kau adalah mata-matanya?""Tidak mungkin. Hanya saja aku memiliki insting yang kuat saat ingin diserang."Xi Wang memegang kepalanya yang sakit, menengok ke Han dan rumah Xue Zhan dua kali, lalu berkata dengan pasrah."Jika dia datang apa yang harus kita lakukan?""Lakukan apa yang kau bisa, aku yakin kita semua belum tentu bisa mengalahkannya."Benar seperti kata Han, tak butuh waktu lama sampai serangan selanjutnya dimulai. Semua orang segera berdatangan ke tempat Xue Zhan. Tapi mereka tak menemukan Iblis Menara di sana. Chong Su berteriak."Kita tidak boleh terpisah! Atau dia akan membunuh kita satu per satu!"Xiao Long dan lainnya langsung bergerak. Di antara mereka semua hanya Piao yang tidak ada.Derap kaki melaju kencang di sepanjang halaman kediaman, Xi Wang menghentikan langkah tiba-tiba dan langsung menerobos ke salah satu pintu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 125 - Hasrat Pembunuh

    Xiao Long berusaha menghentikan saat Iblis Menara ingin mematahkan sebelah tangan Chong Su lagi. Namun justru dirinya terpental jauh menabrak dinding.Bunyi retak kedua kembali terdengar, Chong Su merangkak di atas lantai kayu. Berusaha menyelamatkan dirinya, Qiu Ying, Xi Wang dan juga Luo Lu mencoba mengalihkan perhatian musuh tapi gagal. Dia hanya akan berhenti sampai Chong Su tewas.Xiao Long melemparkan kayu balok di sampingnya, cukup jauh melesat. Iblis Menara mengangkat tangannya, kayu itu pecah berhamburan di lantai. Matanya menoleh ke belakang, kedua pasang bola matanya murka. Xiao Long bangun."Serang aku!""Beraninya kau!"Chong Su bangun dibantu Luo Lu. Sementara Xi Wang dan juga Qiu Ying datang membantu Xiao Long. Mereka bertarung satu lawan tiga, meski kalah jumlah nyatanya Iblis Menara jauh lebih unggul dari ketiga orang itu. Hanya dalam kurun waktu sepuluh menit, ketiga lawannya dibuat babak belur.Pertarunga

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 126 - Murka Sang Iblis

    Sedari awal Iblis Menara sudah tahu, satu-satunya musuh yang harus dibunuhnya adalah Xiao Long. Dia memiliki cara bertarung yang tak dimiliki semua orang. Bertarung dengan memanfaatkan semua cara untuk menjatuhkan lawan. Lebih licik dari siapa pun. Sebelum tangannya terpotong, Iblis Menara ingat betul dia melihat Xiao Long jatuh. Tak ada lagi kekuatan di dalam tubuhnya. Namun ternyata itu hanya tipuan, bahkan saat ini dia bisa melihat kekuatan hitam dalam darah Xiao Long kembali mengalir deras. Sebagai pendekar senior, Iblis Menara dapat melihat seberapa besar kekuatan lawannya. Dan dia merasa, Xiao Long termasuk sebagai musuh terbesar yang harus disingkirkan. Dengan sebelah tangan terputus, Iblis Menara mengambil kembali pedangnya dengan tangan kiri. Kini dia memegang pedang dengan cara kidal. Iblis Menara tak peduli lagi serangan yang masuk ke tubuhnya. Dia sama sekali tak menangkis dan malah membiarkan Luo Lu, Xi Wang dan juga Qiu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 127 - Makam Klan

    Xue Zhan telah membayar semua gaji mereka. Hanya Piao yang gugur dalam pertarungan ini. Piao tak memiliki keluarga atau saudara yang bisa menerima uang tersebut. Sementara itu semua mayat telah dimakamkan, termasuk jasad Feng De, pelayan setia Klan Xue. Xue Zhan tak menyangka nyawanya akan berakhir begitu cepat. Bahkan sebelum Xue Zhan memimpin Klan Xue sepenuhnya. Di dekat makam Feng De, diam-diam Xue Zhan menangis. Semua keluarganya, ayah, ibu, paman dan saudaranya. Tidak ada yang tersisa selain dirinya. Seseorang pernah mengatakan bahwa Xue Zhan dilimpahi berkat dan keberuntungan, saat dia lahir Klan Xue mengalami kemajuan. Mereka menjadi klan terpandang dalam waktu cepat. "Ini dia si cengeng." Han tiba-tiba berada di depannya, Xue Zhan tak menoleh. "Kau tidak apa? Ada beberapa tamu yang datang ke rumah. Sebaiknya kau temui mereka." Suara itu milik Xiao Long, dalam beberapa hari ini dia memutuskan untuk tinggal sementara. Sambil mengobati luka

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 128 - Sebuah Luka

    Namun dia takut saat semua orang telah pergi dari tempat ini. Mereka bertiga tak selamanya memiliki waktu untuk menjaganya. Dan dari percakapan malam kemarin, Xiao Long juga sudah mengatakan bahwa mereka berdua adalah pengelana. Ada banyak tempat yang harus didatangi. Untuk beberapa alasan, Xiao Long dan Han tak bisa menerima tawaran Xue Zhan untuk menjadi pengawalnya."Aku juga ingin berlatih pedang, agar suatu saat nanti aku tidak hanya melihat pertarungan orang lain."Xue Zhan menatap tangannya, dia tahu dirinya sangat tidak bisa diandalkan dalam situasi genting. Saat melihat Xiao Long dan Han yang seumuran dengannya tapi bisa bertarung mengimbangi pendekar lain, Xue Zhan mulai tergerak. Dia harus menguasai bela diri, setidaknya untuk melindungi dirinya sendiri.Tanggapan yang didapatnya sangat baik, Qiu Ying berujar sambil sedikit tertawa, "Tertarik untuk menjadi muridku?"Xue Zhan menatapnya lama. Dia pikir ada yang salah dengan pendengarannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 129 - Kabar yang Menyebar

    "Itu tidak baik, lukamu akan bernanah atau paling buruknya menyerang bagian tubuhmu yang lain.""Apa harus diobati?""Harus." Xiao Long mengeluarkan sebuah kain berisi serbuk obat untuk mengobati luka Qiu Ying, Qiu Ying menarik lengannya cepat.Qiu Ying tersenyum. "Aku membicarakan tentangmu."Sesaat Xiao Long terdiam. Menyadari maksud Qiu Ying."Mereka akan membunuh lebih banyak. Ada puluhan orang yang mengalami nasib sama sepertimu. Aku yakin, tak semuanya sanggup melewatinya. Atau bahkan mereka sendirian bertarung untuk menghidupi diri sendiri."Masih belum puas Qiu Ying tetap berbicara, biar pun hal itu sangat mengganggu bagi Xiao Long. Membicarakan tentang masa lalu yang menyakitkan hanya akan membuka luka lama. Xiao Long selalu membenci dirinya setelah kematian kakek dan adiknya. Andai dia cukup kuat untuk membunuh semua orang itu. Andai dirinya memaksa Xiao Qizuan untuk ikut bersama rombongan penduduk untuk meninggalkan desa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 167 - Gulungan Kuno Iblis Pembunuh

    Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 166 - Di Ambang Kematian

    Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 165 - Putaran Naga Angin

    Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 164 - Aku adalah Bencana

    Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 163 - Ingin Menyerah?

    "Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 162 - Sang Bayangan

    Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 161 - Lenyapnya Arah Tujuan

    Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 160 - Ini Tentang Perintah

    Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 159 - Sang Bayangan yang Hampa

    Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu

DMCA.com Protection Status