"Aku juga ingin berlatih pedang, agar suatu saat nanti aku tidak hanya melihat pertarungan orang lain."
Xue Zhan menatap tangannya, dia tahu dirinya sangat tidak bisa diandalkan dalam situasi genting. Saat melihat Xiao Long dan Han yang seumuran dengannya tapi bisa bertarung mengimbangi pendekar lain, Xue Zhan mulai tergerak. Dia harus menguasai bela diri, setidaknya untuk melindungi dirinya sendiri.
Tanggapan yang didapatnya sangat baik, Qiu Ying berujar sambil sedikit tertawa, "Tertarik untuk menjadi muridku?"
Xue Zhan menatapnya lama. Dia pikir ada yang salah dengan pendengarannya.
"Itu tidak baik, lukamu akan bernanah atau paling buruknya menyerang bagian tubuhmu yang lain.""Apa harus diobati?""Harus." Xiao Long mengeluarkan sebuah kain berisi serbuk obat untuk mengobati luka Qiu Ying, Qiu Ying menarik lengannya cepat.Qiu Ying tersenyum. "Aku membicarakan tentangmu."Sesaat Xiao Long terdiam. Menyadari maksud Qiu Ying."Mereka akan membunuh lebih banyak. Ada puluhan orang yang mengalami nasib sama sepertimu. Aku yakin, tak semuanya sanggup melewatinya. Atau bahkan mereka sendirian bertarung untuk menghidupi diri sendiri."Masih belum puas Qiu Ying tetap berbicara, biar pun hal itu sangat mengganggu bagi Xiao Long. Membicarakan tentang masa lalu yang menyakitkan hanya akan membuka luka lama. Xiao Long selalu membenci dirinya setelah kematian kakek dan adiknya. Andai dia cukup kuat untuk membunuh semua orang itu. Andai dirinya memaksa Xiao Qizuan untuk ikut bersama rombongan penduduk untuk meninggalkan desa
Sepanjang perjalanan, debu terbang dibawa angin siang yang membawa hawa pengap. Xiao Long duduk sebentar, takut jika meneruskan perjalanan lebih lama Han tiba-tiba pingsan. Padahal dia adalah Salamender Api tapi terkena sengatan matahari kulitnya seperti akan terbakar.Mereka duduk di sebuah pondok kayu, tidak ada siapa pun di sana. Han sudah terbaring kelelahan. Sementara Xiao Long sibuk melihat kanan kiri dan baru menyadari seseorang tengah terbaring di tanah. Dada laki-laki itu naik turun dengan cepat, entah apa yang sedang dilakukannya, Xiao Long segera mendekat kemudian menopang kepala laki-laki itu dengan tangannya."Kau baik-baik saja?""A-air ..."Dengan cekatan Xiao Long mengeluarkan sebuah bambu yang telah diisikan air, dia menuangkan ke dalam mulut orang itu. Tak lama laki-laki itu mengerjap, merasakan nyawanya telah kembali."Siapa ... kau?" Suaranya serak, seperti orang yang tidak minum selama lima hari. Ditengoknya Xiao Long dari
Nyamuk-nyamuk yang mengganggu tidur siangnya lebih menarik daripada tangisan Wu Zhao.Wu Zhao pergi sambil terus membungkukkan badan di sepanjang jalan. Xiao Long hampir tertawa melihat laki-laki itu. Seperti orang yang baru saja diselamatkan dari jurang, Wu Zhao tak pernah berhenti berterima kasih.Laki-laki itu berhenti di tengah perjalanan. Dia berlari ke pondok di mana Xiao Long dan Han berada. Namun tak melihat mereka di mana pun."Aku lupa menanyakan nama mereka!"Perjalanan Han dan Xiao Long kembali berlanjut, mereka harus segera mencapai kota sebelum malam turun. Karena di pemukiman warga yang begitu jauh satu sama lainnya di sini, tidak ada siapa pun yang membangun rumah penginapan.Xiao Long dan Han berjalan di satu rumah, langkah mereka berhenti saat melihat kerumunan orang tengah gaduh membicarakan satu hal yang menarik. Memang bagi sebagian rakyat jelata, membicarakan kasus dan berita-berita hangat merupakan hiburan t
"Seharusnya dari awal aku tak usah mempercayai manusia!"Han pergi begitu saja dari sana.Satu nyawa kembali melayang, prajurit lainnya mundur tak ingin mengalami nasib sama seperti teman mereka.Xiao Long menarik caping penutup kepalanya, dia memakai topeng rubah yang pernah diberikan Han agar wajahnya tidak bisa dikenali. Lalu masuk ke dalam pertarungan melawan siluman itu.Hampir malam, Xiao Long baru saja menumbangkan siluman singa itu. Rakyat berduyun-duyun melihat wujud siluman tersebut sambil berbicara. Tak percaya akan datang bencana seperti hari ini. Di hutan mangsa buruan memang sudah menipis wajar saja binatang buas turun mencari makanan. Walikota mengatakan dia akan mengatasi masalah jni agar tak terjadi lagi ke depan. Semua orang berterima kasih pada Xiao Long, bahkan beberapa memberikannya uang.Xiao Long merasa tak pantas menerima itu.Semua pujian, rasa hormat dan perlakuan baik tersebut hanya omong kosong b
Pelabuhan di Kota Goufu tampak lebih ramai oleh para pengangkut barang, setiap bulannya bahan makanan masuk. Tak ada yang lebih mahal dari harga rempah, sehingga hampir di setiap tong kayu diisi oleh barang-barang itu. Mereka akan tidak berniat menyeberangi laut di depan sana. Hanya saja Xiao Long mendapatkan kabar bahwa orang yang mereka cari bekerja sebagai pengangkut barang. Karena saat ini kemampuan bela diri di Kekaisaran Qing tidak ada harganya, semua peran telah diambil oleh prajurit Kekaisaran. Sebab itu, pendekar yang Xiao Long cari yang semula merupakan petarung tiba-tiba berlumuran dengan keringat. Satu bahunya menopang tong kayu. Tampaknya sedang tidak bisa diajak bicara.Xiao Long dan Han menunggu Jun Shuiyang selesai dengan pekerjaannya. Saat laki-laki itu menerima upah dari majikan barulah mereka mendekat."Nama Anda Jun Shuiyang?""Kalau kau ingin menagih utang, aku tidak bisa membayarmu sekarang! Pergilah!" Jun Shuiyang mengibaskan tangannya seb
"Mari ikuti aku, kita akan menemui empat kawanku yang lain."Jarak tempat tinggal teman-temannya tidak begitu jauh. Mereka adalah penduduk asli Kota Goufu. Jun Shuiyang membawa keduanya melewati jembatan pendek yang di bawahnya dialiri sungai jernih. Di tempat itu hidup ikan koi berbagai warna, membuatnya terlihat indah. Warga Kota Goufu sangat suka kebersihan, tak heran meskipun di sini sangat ramai, tapi sepanjang jalan hampir tidak ada sampah bertaburan.Mereka tiba di sebuah halaman seorang pendekar pedang, tempatnya sangat khas layaknya rumah pendekar di mana terdapat tempat berlatih pedang. Satu kuda dan tempat memanah. Terlihat seorang laki-laki baru saja keluar dari rumah. Dia hidup sebatang kara di sana, tak mau menikah sampai tetangganya setiap hari menggunjing.Langkah laki-laki itu tertahan saat melihat Jun Shuiyang telah berdiri di dekat pintu pagar, wajahnya terlihat sumringah."Hei, masih hidup kau, Zei Yu?!""Ck, pergilah kalau
"Dia pindah dari kelompok Zirah Hitam?""Cih, kelompok itu dibuat hancur-hancuran semenjak utusan prajurit datang. Sayangnya mereka tidak membunuh pemimpin mereka. Namanya Gui Liang. Dia punya julukan Cakram Es. Hati-hati kalau berurusan dengannya."Du Rong menghabiskan minumannya sekali tenggak. Dia menunggu respon dari Xiao Long seperti apa karena yang mengundang mereka ke sini adalah Xiao Long"Jika tugas kita untuk membayar orang seperti Gui Liang kurasa bayaran ini setara dengan kepalanya.""Mata Jelaga, kau menyewa kami untuk menyingkirkan anak buahnya? Hanya itu?""Aku ingin mengambil kepala Gui Liang dengan tanganku sendiri."Jawaban itu membuat lima laki-laki dewasa di depannya tersenyum."Semangat muda yang bagus. Beginilah jiwa Petarung.""Rasanya seperti kembali pada saat muda dulu."Tian Wei sebenarnya tahu sedikit tentang tempat persembunyian Aliansi Pembunuh. Mereka adalah sekelompok pendekar yang hidup
Rumah Zei Yu ramai oleh perbincangan, tak ada yang memedulikan Han yang sampai tertidur pulas di tengah-tengah keributan mereka.Sekembalinya dari rumah, Tian Wei mengatakan dia menemukan kekacauan kediaman seorang prajurit terpandang. Terdengar pula kabar prajurit itu tewas dalam satu malam pembantaian termasuk dengan para pengawal dan juga pelayan-pelayannya. Tak ada yang tahu pasti siapa yang telah melakukan kejahatan keji seperti itu, tapi banyak orang-orang kota mengatakan bahwa tindakan itu dilakukan oleh Aliansi Pembunuh.Selain merampok para pelaut dan kapal-kapal penumpang, Aliansi Pembunuh juga sering terlibat pembunuhan para budak-budak pemerintah seperti prajurit. Alasannya sendiri tidak ada yang mengetahui. Namun kematian prajurit kali ini cukup membuat Walikota serius menanggapinya. Baginya, keberadaan prajurit adalah hal terpenting di dalam Kota Goufu. Terbunuhnya salah satu prajurit elit seperti ini hanya akan membuat masyarakatnya ketakutan. Maka
Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert
Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah
Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d
Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un
"Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel
Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan
Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak
Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb
Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu