Rombongan Taring Pedang bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Begitupun dengan para gadis yang mereka tawan, satu persatu mereka menaiki sebuah kereta yang dikhususkan untuk mereka.
Zhao Lin memperhatikan gadis-gadis tersebut satu persatu untuk memastikan keberadaan Zhao Meiling dan Yin Xuehua. Benarnya saja, Zhao Lin dapat melihat keberadaan kedua gadis tersebut. Hanya saja, mereka tidak melihat keberadaan Zhao Lin.'Tertanya benar, mereka diculik kelompok ini. Aku harus memikirkan cara untuk membebaskan mereka!' batin Zhao Lin."Hei... kenapa kau terus menatap gadis-gadis itu? Apa kau menyukai salah satu diantara mereka? Ah..., tapi mereka akan dijual ke luar negeri! Tidak mungkin kamu memilikinya!" ucap Ma Chao menggoda Zhao Lin."Apa yang kau katakan! Sejak kapan aku menatap mereka!" Zhao Lin membantah."Kau ini! Sudah jelas matamu mengarah ke gadis-gadis itu, masih saja membantah!" Ma Chao geleng-geleng kepala sambil menepuk pundak Zhao Lin."Hei..Hari sudah mulai senja, rombongan taring pedang menghentikan perjalanan. Di tempat itu, mereka mendirikan tenda untuk mereka beristirahat malam ini. Tenda yang mereka miliki adalah jenis yang mudah dibongkar pasang, sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk mendirikannya.Satu tenda cukup untuk menampung sekitar 20 orang. Diantara tenda-tenda tersebut, tenda untuk menampung para gadis adalah yang paling besar dan paling nyaman. Sengaja Taring Pedang memberi perlakukan yang baik kepada para gadis agar mereka tetap dalam kondisi yang baik saat dijual. Itu akan membuat harga jual mereka juga akan jadi lebih besar. Malam ini, tujuan Zhao Lin adalah menjumpai Zhao Meiling dan Yin Xuehua agar mereka mengetahai keberadaan Zhao Lin di tempat itu. Untuk masalah membebaskan para gadis, Zhao Lin masih belum menemukan ide yang tepat. Hidangan makan malam telah dipersiapkan untuk seluruh anggota maupun para tahanan. Gadis-gadis diberi kesempatan untuk mengambil makanan
Zhao Lin dan Ma Chao dipanggil oleh pemimpin rombongan ke tenda pribadinya. Ada beberapa hal yang ingin dibicarakan pemimpin tersebut. Dipanggilnya kedua pemuda tersebut disebabkan oleh pencapaian keduanya yang telah mencapai tingkat Pendekar Ahli di usia yang masih muda. Itu sesuatu yang langka di sekte Taring Pedang sehingga pemimpin merasa perlu bertemu dengan mereka. Di hadapan Zhao Lin dan Ma Chao berdiri seorang pria yang telah berusia sekitar 60-an tahun. Dia dikenal sebagai Jendral Elang. Salah satu orang penting di sekte Taring Pedang yang telah mencapai tingkat Pendekar Raja. Di sekte Taring Pedang, posisi Jendral adalah yang tertinggi kedua setelah Ketua. Ada tiga orang Jendral di sekte Taring Pedang, salah satunya adalah orang yang di depan Zhao Lin dan Ma Chao. "Tidak kusangka, sekte Taring Pedang akan mendapatkan anggota Pendekar Ahli yang masih muda. Tidak hanya satu, tapi dua orang sekaligus! Ketua pasti senang mendengar hal ini!" ucap Jendral Ela
Rombongan Taring Pedang kembali melanjutkan perjalanan. Jalan yang mereka lalui bukanlah jalan yang biasa ditempuh oleh orang-orang. Biar bagaimanapun, mereka harus memastikan bahwa keberadaan mereka tidak diketahui, terutama oleh sekte aliran putih dan pemerintah. Ada satu hal yang berbeda hari ini. Pandangan para anggota Taring Pedang terlihat sinis pada dua pemuda yang menjadi anggota baru di kelompok mereka. Hal itu dikarenakan oleh keputusan Jendral Elang yang memberi keistimewaan pada Zhao Lin dan Ma Chao. "Dua anak baru itu, baru bergabung, tapi sudah mendapat perhatian Jendral!""Bagaimana bisa Jendral mengistimewakan mereka!""Kalian jangan iri, mereka berdua masih muda, tapi sudah mencapai tingkat Pendekar Ahli. Mereka adalah harapan Taring Pedang untuk bangkit. Wajar Jendral mengistimewakan mereka!"Para anggota saling bergosip tentang dua pemuda yang sedang berada di dalam kereta kuda paling belakang. Salah satu keistimewaan yang diberikan oleh Jend
"Kenapa kalian menghadang kami? Cepat minggir, kami buru-buru!" Jendral Elang terlihat marah pada kelompok yang menghadang."Kalian bersenang-senang dengan banyak gadis cantik, tapi kalian tidak mengajak kami. Teman macam apa kalian?" balas pemimpin kelompok tersebut. Kelompok yang menghadang tidak lain adalah Kelelawar Darah. Mereka juga termasuk ke dalam. Aliansi Lima Tombak, sama seperti Taring Pedang. Dibandingkan Taring Pedang, Kelelawar Darah jauh lebih meresahkan bagi masyarakat. Mereka kerap kali terlibat perampokan, pembunuhan, pelecehan dan berbagai tindakan kejahatan lain. Kelelawar Daeah adalah kelompok aliran hitam terbesar jika dilihat dari segi jumlah. Ada sekitar 2000 orang menjadi anggota mereka. Namun, dari segi kualitas, mereka terbilang buruk. Kebenyakan mereka hanya berada di tingkat Pendekar Pemula, Pendekar Kecil dan sedikit Pendekar Besar. Kelelawar Darah kerap kali mengandalkan jumlah dalam pertarungan. Seperti saat ini, ada sekitar 3
"Saudara-saudara... aku akan membawa gadis-gadis ini pergi dari sini. Kalian bukakan jalan dan tahan mereka agar tidak mengejar!" Ma Chao berteriak agar rencananya bisa didengar oleh seluruh anggota Taring Pedang. "Baiklah!" Anggota Taring Pedang mengikuti arahan Ma Chao. Beberapa dari mencoba membuka jalan agar kereta kuda yang membawa para gadis bisa lewat. Ma Chao melompat dan duduk di kursi kemudi dan langsung mengemudi kuda. Kereta kuda mulai bergerak meninggalkan tempat tersebut. Zhao Lin melompat menaiki atap kereta untuk menjaga keamanan kereta kuda jika saja ada anggota Kelelawar Darah yang lolos dari hadangan Taring Pedang. Namun, apa yang dilihat Zhao Lin sungguh diluar dugaan. Para anggota Kelelawar Darah itu sama sekali tidak tertarik untuk mengejar kereta kuda. Mereka terus fokus bertarung dengan Taring Pedang meski mereka sudah mengetahui kepergian kereta kuda yang membawa para gadis. Dugaan bahwa aksi yang dilakukan oleh gerombolan Kelelawar
Langit sudah mulai gelap, tapi pertarungan Taring Pedang dan Kelelawar Darah masih berlangsung. Taring Pedang semakin terdesak setelah Kelelawar Darah kembali kedatangan gelombang bantuan. Melihat jumlah mereka, bisa dikatakan ini adalah sekitar 95% kekuatan mereka. Para anggota Taring Pedang pun dibuat bingung dengan tujuan Kelelawar Darah yang sebenarnya. "Apa yang sebenarnya terjadi? Apa kita menyinggung mereka?""Mereka banyak sekali! Kita tidak akan sanggup menghadapi mereka!""Mereka ini benar-benar gila!"Meski kualitas Pendekar Taring Pedang lebih unggul dari Kelelawar Darah, jumlah sebanyak itu bukan hal mudah dihadapi. Stamina para anggota Taring Pedang mulai menurun dan satu-persatu mereka mulai terluka. Mulai ada korban jiwa di kubu Taring Pedang setelah sebelumnya selalu dari pihak Kelelawar Darah yang terbunuh. Sementara itu, Jendral Elang terlihat tengah bertarung dengan lima orang Pendekar Ahli yang dikenal sebagai lima Jendral. Sama sepert
Para gadis mulai kekenyangan setelah menyantap makanan yang tersedia. Jumlah makanan begitu banyak sehingga tidak sanggup mereka habiskan. Bahkan, masih lebih banyak makanan yang tersisa dari pada yang dihabiskan. "Kita seperti berada di sebuah pesta. Makanannya begitu banyak dan lezat. Terima kasih atas makanan malam ini!""Sebenarnya aku agak sedikit merasa bersalah menikmati makanan yang bukan milikku. Orang ini sudah susah-susah menyiapkan makanan yang banyak, tapi kita memakannya begitu saja tanpa izin dan membayar!""Kita tidak menemukan orang yang menempati tempat ini, bukan salah kita jika kita menghabiskannya!""Jika tempat ini kosong, lalu siapa yang menyiapkan makanan ini!""Jangan-jangan... ini semua dipersiapkan oleh hantu!""Maafkan kami, Tuan Hantu! Kami tidak tau ini makanan milik Tuan Hantu! Kami hanya gadis yang sedang melaparan! Tolong maklumi!"Zhao Lin hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan para gadis. Makhluk yang satu ini bena
Matahari belum menampakkan wujud. Seorang gadis meninggalkan rombongan dan berniat keluar dari rumah yang mereka singgahi. Langkahnya begitu hati-hati, seperti tidak ingin ada yang mengetahui kepergiannya. Gagang pintu depan rumah ditarik sepelan mungkin agar tidak menghasilkan suara yang bisa membangunkan orang lain. Saat pintu terbuka, gadis itu dihadapkan pada seorang pria yang berdiri di depan pintu. "Nona... langit masih gelap! Kau mau ke mana?" Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Ma Chao. "Aku...!" Si gadis terlihat kebingungan menjawab pertanyaan tersebut. Wajahnya pun terlihat sedikit pucat. Ma Chao menunggu jawaban si gadis. Sebenarnya, ia sudah tau apa yang akan dilakukan si gadis, tapi ingin mendengar penjelasan gadis itu terlebih dahulu."Tuan... aku baru ingat ada saudaraku yang tinggal di dekat sini. Aku ingin menemuinya!" Si gadis mencoba berjalan melewati Ma Chao, tapi pemuda itu merentangkan tangan untuk me