Matahari belum menampakkan wujud. Seorang gadis meninggalkan rombongan dan berniat keluar dari rumah yang mereka singgahi.
Langkahnya begitu hati-hati, seperti tidak ingin ada yang mengetahui kepergiannya. Gagang pintu depan rumah ditarik sepelan mungkin agar tidak menghasilkan suara yang bisa membangunkan orang lain.Saat pintu terbuka, gadis itu dihadapkan pada seorang pria yang berdiri di depan pintu."Nona... langit masih gelap! Kau mau ke mana?" Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Ma Chao."Aku...!" Si gadis terlihat kebingungan menjawab pertanyaan tersebut. Wajahnya pun terlihat sedikit pucat.Ma Chao menunggu jawaban si gadis. Sebenarnya, ia sudah tau apa yang akan dilakukan si gadis, tapi ingin mendengar penjelasan gadis itu terlebih dahulu."Tuan... aku baru ingat ada saudaraku yang tinggal di dekat sini. Aku ingin menemuinya!" Si gadis mencoba berjalan melewati Ma Chao, tapi pemuda itu merentangkan tangan untuk meSi gadis terus berlari sambil sesekali melihat ke belakang untuk memastikan Ma Chao masih berada jauh darinya. Untuk saat ini, dia masih aman. Namun, gadis itu juga tau bahwa cepat atau lambat ia akan tertangkap jika terus dalam keadaan kejar-kejaran seperti ini. Secepatnya ia harus menemukan cara agar benar-benar aman dari Ma Chao. Jangan sampai benda yang ada di tangannya jatuh pada pemuda itu. Kaki si gadis sudah mulai kelelahan, sementara bayangan Ma Chao sudah mulai terlihat. Untuk sementara, si gadis bersembunyi di balik sebuah pohon. Tidak ada jaminan tempat itu aman untuk bersembunyi. Hanya pada harapan ia bersandar agar tidak ditemukan oleh pemuda itu. Jantung si gadis berdegup kencang ketika Ma Chao mendekati tempat itu. Tubuhnya sedikit bergetar berharap keberadaannya tidak ditemukan. Keberuntungan berpihak pada si gadis setelah Ma Chao hanya melewati tempat itu. Si gadis menghembuskan napas panjang, ia merasa lega persembunyiannya
"Jendral Elang... tadi malam para anggotaku telah menyiapkan makanan yang banyak, tapi gara-gara menolong Fraksi-mu, kami tidak bisa menikmatinya. Kau dan anggotamu harus membayar untuk ini!" Jendral Buaya sedikit bercanda dengan Jendral Elang. "Kau ini... perhitungan sekali!" Jendral Elang membalas dengan sebuah tepukan pada bahu Jendral Buaya. Saat ini, para anggota Taring Pedang sedang berjalan menuju markas fraksi yang dipimpin oleh Jendral Buaya. Luka-luka yang sebelumnya diterima oleh anggota fraksi pimpinan Jendral Elang telah mulai pulih dan mereka sudah bisa melakukan perjalanan.Setidaknya, butuh dua sampai tiga jam perjalanan dari tempat sebelumnya menuju markas fraksi pimpinan Jendral Buaya. Lebih dari seratus orang berjalan dalam barisan yang rapi. "Soal gadis-gadis yang akan kau jual, apa rencanamu selanjutnya?" Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Jendral Buaya. "Itulah yang aku pusingkan sekarang. Yang membawa gadis-gad
"Kau bawa gadis-gadis itu pergi. Aku akan membukakan jalan dan menahan mereka!" Ma Chao memberi perintah kepada Zhao Lin. "Apa kau gila! Kau pikir kau bisa melawan mereka semua!""Kau lupa, aku punya Tombak Raja Naga!""Memangnya seberapa hebat tombak itu!""Akan kutunjukkan padamu, seberapa hebat tombak ini!"Ma Chao keluar dari persembunyian dan langsung bergerak menuju rombongan Taring Pedang. Tanpa mengucapkan salam, Ma Chao langsung menyerang anggota Taring Pedang. Zhao Lin menelan ludah melihat apa yang dilakukan oleh Ma Chao. Serangan yang dilakukan begitu cepat, sehingga tidak disadari oleh anggota Taring Pedang. Untuk saat ini Zhao Lin harus bersabar. Ia baru bisa bergerak jika sudah mendapat aba-aba dari Ma Chao. "Nona Chu... kamu tetap di sini! Jaga dirimu agar tidak diketahui oleh mereka!" Sebuah peringatan diberikan Zhao Lin kepada Chu Yin. "Baik, Tuan Muda!"Sementara itu, ke
"Pedang Penguasa Dunia! Tidak kusangka, ada Senjata Suci lain di sini. Taring Pedang akan mendapatkan dua Senjata Suci sekaligus hari ini! Hahaha...!"Jendral Buaya begitu semringah melihat kehadiran Zhao Lin bersama Pedang Pengasa Dunia. Ia begitu yakin akan mendapatkan dua Senjata Suci sekaligus hari ini, tanpa memikirkan bagaimana kekuatan dua Senjata Suci yang sedang mereka hadapi. Sementara itu, Jendral Elang justru terlihat geram. Bukan hanya Ma Chao yang mengkhianatinya, tapi juga pemuda yang ia kenal dengan nama Fei An. Dua pemuda yang ia harapkan mengangkat Taring Pedang justru berbalik menyerang mereka. "Serang Dia!" teriak Jendral Elang. Para anggota Taring Pedang membagi diri menjadi dua kelompok. Satu kelompok melawan Zhao Lin dan kelompok lain menyerang Ma Chao. Sekelompok orang menyerang Zhao Lin, tapi saat mereka telah begitu dekat dengan pemuda itu, langkah mereka terhenti. Napas mereka menjadi sesak dan jantung merek
"Mati Kau!"Jendral Buaya mengayunkan pedang ke arah Zhao Lin. Tidak tanggung-tanggung, ia mengarahkan pada bagian leher untuk memenggal pemuda itu. "Trang...!"Sesuatu yang tidak diduga oleh Jendral Buaya terjadi. Pedang itu langsung patah ketika menyentuh leher Zhao Lin. Seketika, pemuda itu membangkitkan kepala. Ada perbedaan terjadi pada Zhao Lin. Bola matanya berubah menjadi berwarna hijau terang. Ditambah lagi dengan tatapan yang begitu mengerikan, berbeda dengan sebelumnya. Dalam satu gerakan, Zhao Lin mencekik Jendral Buaya. Pria paruh baya itu tidak bisa berbuat apa-apa. Genggamannya begitu kuat, tidak bisa dilepaskan begitu saja.Zhao Lin melambungkan Jendral Buaya ke udara. Saat itu juga, si pemuda juga mengacungkan Pedang Penguasa Dunia ke atas. Tidak berselang lama, Jendral Buaya jatuh dan tertancap pada Pedang Penguasa Dunia. Satu gerakan Zhao Lin membuat mayat Jendral Buaya terlempar pada tempat di man
Sebuah pukulan diberikan Zhao Lin kepada Ma Chao. Pemuda itu terlempar cukup jauh hingga tubuhnya menyusur tanah. Debu-debu berterbangan membuat si pemuda terbatuk.Ma Chao mulai membangkitkan diri setelah debu-debu itu menghilang. Ada yang berbeda darinya. Bola matanya berubah menjadi merah gelap. Raut wajahnya pun terlihat berbeda dari biasanya. Tidak salah lagi, jiwa Tombak Raja Naga telah merasuki tubuh Ma Chao. "Akhirnyanya kau keluar juga!" ucap Zhao Lin. Ma Chao mendekatkan diri pada Zhao Lin. "Kau keluar sebelum waktu yang ditentukan. Jika dia tau, kita semua dalam masalah besar!" "Dia masih tersegel di makam itu! Tidak perlu takut dia akan tau. Sebaiknya kita selesaikan masalah kita!""Ayo kita lakukan!"Zhao Lin dan Ma Chao kembali mengangkat senjata. Tidak membuang waktu, mereka kembali terlibat dalam pertarungan. Zhao Lin terlihat lebih serius dari sebelumnya. Serangan demi serangan yang ia lakukan terlih
Zhao Lin menatap tajam pada Ma Chao. Ilmu itu telah dikenal oleh jiwa Pedang Penguasa Dunia. Ini merupakan sebuah Seni Kabut yang terdapat dalam Kitab Kabut Hitam. Diam-diam, Ma Chao telah mendapatkan salah satu Kitab Tanpa Tanding dan mempelajarinya. Tubuh Ma Chao berubah menjadi kabut dan bergerak ke arah Zhao Lin. Gerak kabut melambat saat sudah dekat dengan Zhao Lin. Namun, itu tetap tidak menguntungkan sama sekali. Tebasan yang dilakukan akan percuma, itu hanya akan melewati kabut itu begitu saja. Kabut tersebut menyimuti tubuh Zhao Lin. Seketika, sesuatu seperti petir muncul dari kabut dan menyambar tubuh Zhao Lin. Dalam hitungan detik, pemuda itu di buat tumbang. Ma Chao kembali ke bentuk semula. Senyum sinis terukir di wajahnya. Jiwa Tombak Raja Naga merasa di atas angin, ia berpikir kemenangan sudah jadi miliknya. Namun, jiwa Pedang Penguasa Dunia tidak menyerah begitu saja. Ia kembali membangkitkan tubuh Zhao Lin. Satu hal yang membe
Ma Chao tersandar pada sebuah pohon dengan napas yang terburu. Pertarungan kemarin masih memberi efek pada tubuhnya. Terdapat sejumlah luka yang masih belum pulih. Pertarungan itu benar-benar diluar perkiraan Ma Chao. Jiwa Tombak Raja Naga dan jiwa Pedang Penguasa Dunia seperti saling membenci satu sama lain. Tidak disangka, ia dan Zhao Lin terseret dalam perselisihan tersebut. "Sepertinya, aku tidak bisa lagi berdekatan dengan pemuda itu!" Ma Chao bergumam sendiri. Dibandingkan perselisihan dua jiwa Senjata Suci itu, pikiran Ma Chao lebih terganggu dengan kejadian terakhir yang menghentikan pertarungan. Kehadiran sebuah pedang misterius yang datang entah dari mana. Meski saat itu tubuh dan pikiran Ma Chao dikendalikan oleh jiwa Tombak Raja Naga, tapi ia masih bisa melihat kejadian itu. Jiwa Tombak Raja Naga tau dengan pedang tersebut, tapi Ma Chao tidak mengenalnya sama sekali. Si pemuda hafal betul ke-26 Senjata Suci dan pedang itu tidak ter