"Saudara-saudara... aku akan membawa gadis-gadis ini pergi dari sini. Kalian bukakan jalan dan tahan mereka agar tidak mengejar!" Ma Chao berteriak agar rencananya bisa didengar oleh seluruh anggota Taring Pedang.
"Baiklah!"Anggota Taring Pedang mengikuti arahan Ma Chao. Beberapa dari mencoba membuka jalan agar kereta kuda yang membawa para gadis bisa lewat. Ma Chao melompat dan duduk di kursi kemudi dan langsung mengemudi kuda.Kereta kuda mulai bergerak meninggalkan tempat tersebut. Zhao Lin melompat menaiki atap kereta untuk menjaga keamanan kereta kuda jika saja ada anggota Kelelawar Darah yang lolos dari hadangan Taring Pedang.Namun, apa yang dilihat Zhao Lin sungguh diluar dugaan. Para anggota Kelelawar Darah itu sama sekali tidak tertarik untuk mengejar kereta kuda. Mereka terus fokus bertarung dengan Taring Pedang meski mereka sudah mengetahui kepergian kereta kuda yang membawa para gadis.Dugaan bahwa aksi yang dilakukan oleh gerombolan KelelawarLangit sudah mulai gelap, tapi pertarungan Taring Pedang dan Kelelawar Darah masih berlangsung. Taring Pedang semakin terdesak setelah Kelelawar Darah kembali kedatangan gelombang bantuan. Melihat jumlah mereka, bisa dikatakan ini adalah sekitar 95% kekuatan mereka. Para anggota Taring Pedang pun dibuat bingung dengan tujuan Kelelawar Darah yang sebenarnya. "Apa yang sebenarnya terjadi? Apa kita menyinggung mereka?""Mereka banyak sekali! Kita tidak akan sanggup menghadapi mereka!""Mereka ini benar-benar gila!"Meski kualitas Pendekar Taring Pedang lebih unggul dari Kelelawar Darah, jumlah sebanyak itu bukan hal mudah dihadapi. Stamina para anggota Taring Pedang mulai menurun dan satu-persatu mereka mulai terluka. Mulai ada korban jiwa di kubu Taring Pedang setelah sebelumnya selalu dari pihak Kelelawar Darah yang terbunuh. Sementara itu, Jendral Elang terlihat tengah bertarung dengan lima orang Pendekar Ahli yang dikenal sebagai lima Jendral. Sama sepert
Para gadis mulai kekenyangan setelah menyantap makanan yang tersedia. Jumlah makanan begitu banyak sehingga tidak sanggup mereka habiskan. Bahkan, masih lebih banyak makanan yang tersisa dari pada yang dihabiskan. "Kita seperti berada di sebuah pesta. Makanannya begitu banyak dan lezat. Terima kasih atas makanan malam ini!""Sebenarnya aku agak sedikit merasa bersalah menikmati makanan yang bukan milikku. Orang ini sudah susah-susah menyiapkan makanan yang banyak, tapi kita memakannya begitu saja tanpa izin dan membayar!""Kita tidak menemukan orang yang menempati tempat ini, bukan salah kita jika kita menghabiskannya!""Jika tempat ini kosong, lalu siapa yang menyiapkan makanan ini!""Jangan-jangan... ini semua dipersiapkan oleh hantu!""Maafkan kami, Tuan Hantu! Kami tidak tau ini makanan milik Tuan Hantu! Kami hanya gadis yang sedang melaparan! Tolong maklumi!"Zhao Lin hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan para gadis. Makhluk yang satu ini bena
Matahari belum menampakkan wujud. Seorang gadis meninggalkan rombongan dan berniat keluar dari rumah yang mereka singgahi. Langkahnya begitu hati-hati, seperti tidak ingin ada yang mengetahui kepergiannya. Gagang pintu depan rumah ditarik sepelan mungkin agar tidak menghasilkan suara yang bisa membangunkan orang lain. Saat pintu terbuka, gadis itu dihadapkan pada seorang pria yang berdiri di depan pintu. "Nona... langit masih gelap! Kau mau ke mana?" Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Ma Chao. "Aku...!" Si gadis terlihat kebingungan menjawab pertanyaan tersebut. Wajahnya pun terlihat sedikit pucat. Ma Chao menunggu jawaban si gadis. Sebenarnya, ia sudah tau apa yang akan dilakukan si gadis, tapi ingin mendengar penjelasan gadis itu terlebih dahulu."Tuan... aku baru ingat ada saudaraku yang tinggal di dekat sini. Aku ingin menemuinya!" Si gadis mencoba berjalan melewati Ma Chao, tapi pemuda itu merentangkan tangan untuk me
Si gadis terus berlari sambil sesekali melihat ke belakang untuk memastikan Ma Chao masih berada jauh darinya. Untuk saat ini, dia masih aman. Namun, gadis itu juga tau bahwa cepat atau lambat ia akan tertangkap jika terus dalam keadaan kejar-kejaran seperti ini. Secepatnya ia harus menemukan cara agar benar-benar aman dari Ma Chao. Jangan sampai benda yang ada di tangannya jatuh pada pemuda itu. Kaki si gadis sudah mulai kelelahan, sementara bayangan Ma Chao sudah mulai terlihat. Untuk sementara, si gadis bersembunyi di balik sebuah pohon. Tidak ada jaminan tempat itu aman untuk bersembunyi. Hanya pada harapan ia bersandar agar tidak ditemukan oleh pemuda itu. Jantung si gadis berdegup kencang ketika Ma Chao mendekati tempat itu. Tubuhnya sedikit bergetar berharap keberadaannya tidak ditemukan. Keberuntungan berpihak pada si gadis setelah Ma Chao hanya melewati tempat itu. Si gadis menghembuskan napas panjang, ia merasa lega persembunyiannya
"Jendral Elang... tadi malam para anggotaku telah menyiapkan makanan yang banyak, tapi gara-gara menolong Fraksi-mu, kami tidak bisa menikmatinya. Kau dan anggotamu harus membayar untuk ini!" Jendral Buaya sedikit bercanda dengan Jendral Elang. "Kau ini... perhitungan sekali!" Jendral Elang membalas dengan sebuah tepukan pada bahu Jendral Buaya. Saat ini, para anggota Taring Pedang sedang berjalan menuju markas fraksi yang dipimpin oleh Jendral Buaya. Luka-luka yang sebelumnya diterima oleh anggota fraksi pimpinan Jendral Elang telah mulai pulih dan mereka sudah bisa melakukan perjalanan.Setidaknya, butuh dua sampai tiga jam perjalanan dari tempat sebelumnya menuju markas fraksi pimpinan Jendral Buaya. Lebih dari seratus orang berjalan dalam barisan yang rapi. "Soal gadis-gadis yang akan kau jual, apa rencanamu selanjutnya?" Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Jendral Buaya. "Itulah yang aku pusingkan sekarang. Yang membawa gadis-gad
"Kau bawa gadis-gadis itu pergi. Aku akan membukakan jalan dan menahan mereka!" Ma Chao memberi perintah kepada Zhao Lin. "Apa kau gila! Kau pikir kau bisa melawan mereka semua!""Kau lupa, aku punya Tombak Raja Naga!""Memangnya seberapa hebat tombak itu!""Akan kutunjukkan padamu, seberapa hebat tombak ini!"Ma Chao keluar dari persembunyian dan langsung bergerak menuju rombongan Taring Pedang. Tanpa mengucapkan salam, Ma Chao langsung menyerang anggota Taring Pedang. Zhao Lin menelan ludah melihat apa yang dilakukan oleh Ma Chao. Serangan yang dilakukan begitu cepat, sehingga tidak disadari oleh anggota Taring Pedang. Untuk saat ini Zhao Lin harus bersabar. Ia baru bisa bergerak jika sudah mendapat aba-aba dari Ma Chao. "Nona Chu... kamu tetap di sini! Jaga dirimu agar tidak diketahui oleh mereka!" Sebuah peringatan diberikan Zhao Lin kepada Chu Yin. "Baik, Tuan Muda!"Sementara itu, ke
"Pedang Penguasa Dunia! Tidak kusangka, ada Senjata Suci lain di sini. Taring Pedang akan mendapatkan dua Senjata Suci sekaligus hari ini! Hahaha...!"Jendral Buaya begitu semringah melihat kehadiran Zhao Lin bersama Pedang Pengasa Dunia. Ia begitu yakin akan mendapatkan dua Senjata Suci sekaligus hari ini, tanpa memikirkan bagaimana kekuatan dua Senjata Suci yang sedang mereka hadapi. Sementara itu, Jendral Elang justru terlihat geram. Bukan hanya Ma Chao yang mengkhianatinya, tapi juga pemuda yang ia kenal dengan nama Fei An. Dua pemuda yang ia harapkan mengangkat Taring Pedang justru berbalik menyerang mereka. "Serang Dia!" teriak Jendral Elang. Para anggota Taring Pedang membagi diri menjadi dua kelompok. Satu kelompok melawan Zhao Lin dan kelompok lain menyerang Ma Chao. Sekelompok orang menyerang Zhao Lin, tapi saat mereka telah begitu dekat dengan pemuda itu, langkah mereka terhenti. Napas mereka menjadi sesak dan jantung merek
"Mati Kau!"Jendral Buaya mengayunkan pedang ke arah Zhao Lin. Tidak tanggung-tanggung, ia mengarahkan pada bagian leher untuk memenggal pemuda itu. "Trang...!"Sesuatu yang tidak diduga oleh Jendral Buaya terjadi. Pedang itu langsung patah ketika menyentuh leher Zhao Lin. Seketika, pemuda itu membangkitkan kepala. Ada perbedaan terjadi pada Zhao Lin. Bola matanya berubah menjadi berwarna hijau terang. Ditambah lagi dengan tatapan yang begitu mengerikan, berbeda dengan sebelumnya. Dalam satu gerakan, Zhao Lin mencekik Jendral Buaya. Pria paruh baya itu tidak bisa berbuat apa-apa. Genggamannya begitu kuat, tidak bisa dilepaskan begitu saja.Zhao Lin melambungkan Jendral Buaya ke udara. Saat itu juga, si pemuda juga mengacungkan Pedang Penguasa Dunia ke atas. Tidak berselang lama, Jendral Buaya jatuh dan tertancap pada Pedang Penguasa Dunia. Satu gerakan Zhao Lin membuat mayat Jendral Buaya terlempar pada tempat di man