“Zhao Lin...!”Yin Yiyue, Wei Jiali dan Wang Maorong berteriak melihat Zhao Lin berlari mendekati Gao Hao.Bocah itu tidak rela Kunci Giok jatuh ke orang lain. Bukan kekuatan dari benda itu yang diinginkan Zhao Lin, melainkan benda itu adalah kenang-kenangan terakhir yang diberikan oleh sang ayah, Zhao Ming.“Bocah, kau cari mati!”Dengan satu ayunan tangan dari Gao Hao, Zhao Lin terempar dan terhempas. Namun, ia kembali bangkit dan mendekati Gao Hao.“Kembalikan benda itu padaku!” teriak Zhao Lin sambil menarik-narik pakaian Gao Hao.Sebenarnya, Gao Hao ingin segera pergi dari tempat itu. Ia tidak lagi tertarik dengan mereka semua karena Kunci Giok sudah ada di tanggannya. Urusannya dengan Yin Yiyue bisa dilanjutkan di lain hari.Satu pukulan diberikan oleh Gao Hao. Namun, Gao Hao tidak bergeming, tangannya terus memegang erat pakaian Zhao Lin.Gao Hao dibuat terkejut karena Zhao Lin berhasil menahan pukulannya. Beberapa pukulan kembali ia lakukan, lagi-lagi Zhao Lin bisa bertahan.“
Keempat orang tersebut memberi penghormatan pada makam Wei Zhong. Kejadian tadi malam masih memberi luka terutama kepada Wei Jiali.Berakhir sudah waktu mereka di tempat tersebut, Zhao Lin dan Yin Yiyue akan melanjutkan perjalanan untuk menemui Sang Guru, sementara Wei Jiali dan Wang Maorong akan kembali ke sekte Pulau Bunga Persik.“Lin-gege...! Jadi kamu akan kembali ke sekte Lampion Merah!” ucap Wei Jiali yang masih terlihat pucat.Zhao Lin hanya tersenyum kecil sambil garuk-garuk kepala. Sebenarnya ia tidak akan kembali sekte Lampion Merah, tapi ia tidak bisa mengatakan tujuan yang sebenarnya.“Jangan sedih! Suatu saat kita akan bertemu lagi.” Balas Zhao Lin.“Lin-gege janji untuk menemuiki lagi!” ucap Wei Jiali sambil mengacungkan jari kelingking. Zhao Lin pun membalas dengan mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Wei Jiali.Wei Jiali sedikit melirik Yin Yiyue. “Saat sampai di sekte Lampion Merah nanti, Lin-gege jangan dekat-dekat dia. Dia orang jahat!”Wei Jiali masi
Beberapa hari berjalan, Zhao Lin dan Yin Yiyue sampai pada desa yang dimaksud. Desa Merak, itulah nama desa tersebut. Berada jauh di pegunungan membuat desa itu jarang diketahui. Tidak ada yang istimewa dari desa tersebut. Kebanyakan penduduk berprofesi sebagai petani tanpa terlibat dalam dunia persilatan. Namun, ada satu penduduk yang memiliki ilmu beladiri yang tinggi dan mempunyai beberapa orang murid. Zhao Lin begitu bersemangat, hingga udara dingin pegunungan tidak begitu terasa. Ia akhirnya menemukan orang yang bisa memperbaiki Lingkaran Pusat-nya. Jalan untuk menjadi seorang Pendekar kembali terbuka baginya. “Kakak... apa guru akan mengajariku Seni Naga juga?” tanya Zhao Lin. “Aku tidak tau!” Yin Yiyue langsung membawa Zhao Lin kepada Sang Guru, tanpa menikmati suasa desa terlebih dahulu. Kediaman Sang Guru sedikit jauh dari pemukiman penduduk, meski itu masih masuk dalam wilayah Desa Merak. “Guru! Aku sudah membawa anak Zhao Ming!” ucap Yin Yiyue pada seorang pria beram
Terlepasnya empat Kunci Giok menandakan bahwa Kekuatan Kuno sedang berusaha melepaskan diri dari Makam Kuno. Untuk saat ini, Kunci Giok Emas bisa menahan gejolak dari dalam. Namun, lama kelamaan, Kunci Giok Emas akan ikut terlepas dan membuat Kekuatan Kuno akan keluar. “Sayangnya, ayahmu tidak mengatakan Kekuatan Kuno itu seperti apa, atau bisa juga gurunya tidak menjelaskan itu pada ayahmu,” ucap Zhuan Zhu. Ada satu cara untuk untuk membuat pintu Makam Kuno kembali kuat untuk menahan Kekuatan Kuno. Membuat Kunci Giok baru karena Kunci Giok yang telah terlepas tidak bisa digunakan lagi. Permasalahannya, bagaimana cara membuat benda itu mengingat Kunci Giok sudah tercipta sebelum manusia ada. Cara lain untuk mengatasinya adalah dengan melawan Kekuatan Kuno saat ia keluar dari Makam Kuno. Dengan menggunakan kekuatan dari Kunci Giok, Kekuatan Kuno akan bisa diatasi. Untuk bisa menggunakan kekuatan dari Kunci Giok, dibutuhkan sepasang Kunci Giok berbeda warna untuk dipasang pada tubuh
Perlahan Zhao Lin mulai membuka mata, ia melihat ke sekeliling. Sejauh mata memandang, hanya tampak ruangan putih polos tanpa ada sesuatu apapun di sana. Bocah itu berjalan menyusuri ruang. Cukup lama ia berjalan, tapi tetap tidak ada yang berubah dari ruangan itu. Tiap sudut yang ia lalui terlihat sama. “Tempat apa ini!” ucap Zhao Lin. “Rooaaarrr!” Tiba-tiba sebuah suara raungan mengejutkan Zhao Lin. Ruang putih itu tiba-tiba menjadi retak, lalu hancur berkeping-keping dan berubah menjadi ruangan hitam. Saat itu juga, Zhao Lin melihat sosok Naga yang menatap tajam pada dirinya. Naga tersebut mengejar Zhao Lin membuat bocah itu lari ketakutan. “Siapa yang telah mengirimku ke tempat ini!” Zhao Lin tersandung kaki sendiri dan membuat ia tersungkur. Entah kenapa kakinya tiba-tiba tidak bisa digerakkan sehingga ia tidak bisa lagi berlari. Sosok Naga tersebut telah berada tepat di depan Zhao Lin. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh bocah itu. Ia takut dirinya akan menjadi santa
Mata Zhao Lin terbuka secara perlahan. Ia mendapati dirinya tengah terbaring di atas sebuah ranjang. Sempat ia berpikir bahwa apa yang ia alami sebelumnya adalah mimpi, tapi energi dari Sang Naga terasa baginya membuat ia yakin itu bukanlah mimpi. “Akhirnya kamu sadar juga!” ucap Zhuan Zhu yang berada di samping Zhao Lin. “Apa yang kualami barusan, mimpi atau nyata!” “Kamu mimpi apa?” tanya Zhuan Zhu. “Mimpi bertemu Naga!” Jawab Zhao Lin. “Apa Naga memasuki tubuhmu?” “Ya!” “Apa kamu merasakan energi yang berbeda?” “Ya!” Zhuan Zhu terdiam untuk sesaat. Apa yang dialami oleh Zhao Lin juga pernah ia alami. Perbedaannya, Zhuan Zhu tidak pernah berkomunikasi dengan Sang Naga. Tubuhnya langsung dimasuki Sang Naga tanpa mengatakan sepatah kata pun. “Aku juga pernah mengalami mimpi sepertimu. Setelah itu, aku merasakan peningkatan kekuatan dalam diriku.” Ucap Zhuan Zhu. “Apa yang dikatakan Sang Naga padamu?” tanya Zhao Lin. Zhuan Zhu merasa heran dengan pertanyaan Zhao Ling mengin
Satu tahun berlalu, kini Zhao Lin telah menguasai teknik dasar beladiri. Ada perbedaan yang sangat jauh yang ia rasakan antara latihan yang diberikan oleh Zhuan Zhu dengan yang ia dapat di sekte Lampion Merah. Sekte Lampion Merah lebih berfokus pada Tenaga Dalam sehingga latihan teknik dasar menjadi kurang diperhatikan. Selanjutnya, Zhao Lin akan mempelajari teknik lanjutan. Zhuan Zhu memperlihatkan sebuah gerakan dan meminta Zhao Lin untuk menirukannya. Teknik tersebut bernama Jurus Sembilan Langkah. Tenaga Dalam Zhao Lin masih terus dikunci mengingat Jurus Sembilan Langkah bisa dipelajari tanpa Tenaga Dalam. Percobaan pertama Zhao Lin menggunakan Jurus Sembilan Langkah sudah membuat Zhuan Zhu terkesan. Bocah itu dengan cepat menangkap apa yang ia ajari. “Kamu lebih cepat memahami apa yang kuajarkan. Bahkan Xiao Yan dan Yin Yiyue tidak secepat kamu dalam mempelajari jurus ini. Aku yakin dalam waktu kurang dari satu tahun kamu sudah bisa menguasainya.” Ada sembilan pola langkah
Lima tahun sudah Zhao Lin berlatih di bawah bimbingan Zhuan Zhu. Bocah kecil itu kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda tampan. Ada begitu banyak perbedaan yang terjadi sejak pertama ia sampai di Desa Merak. Dari yang awalnya seorang bocah yang tidak bisa mengumpulkan Tenaga Dalam sampai menjadi pemuda dengan lebih dari seribu lingkaran Tenaga Dalam. Dari yang awalnya seorang sampah beladiri menjadi seorang jenis yang tiada tara. Namun, perubahan yang paling mencolok adalah hilangnya rasa dendam Zhao Lin pada Zhuan Zhu. Pemuda itu kini telah bisa memaklumi apa yang terjadi. Apa yang terjadi pada keluarganya adalah sebuah kecelakaan, bukan disebabkan oleh Sang Guru. Zhuan Zhu mengajak Zhao Lin berbicara empat mata. Di sebuah ruangan kecil di kediaman Sang Guru, mereka berdua duduk saling berhadapan. “Sudah lima tahun berlalu, kamu sudah mencapai titik ini. Bakatmu melebihi Xiao Yan dan Yin Yiyue. Aku yakin kelak kamu akan bisa mengatasi Kekua
Xia Liruo terlibat pembicaraan empat mata dengan Patriark Yin di sebuah ruangan. Tidak seorang pun diizinkan masuk dan terlibat pembicaraan.Di sisi lain, Zhao Lin sangat ingin tau apa yang sedang mereka bicarakan. Ia mencoba menguping, tapi para murid sekte Telaga Dewi menghalangi. "Tuan Muda Zhao, ini adalah pembicaraan penting antara Ketua kami dengan Patriark Yin. Harap Tuan Muda memberi muka pada kami!"Zhao Lin mendengus kesal mendapat peringatan dari para gadis itu. Si pemuda tau ini adalah sebuah pembicaraan penting. Namun, ia perlu tau agar bisa memahami situasi apa yang terjadi antara lima sekte besar aliran putih dengan keluarga Yin serta hubungannya dengan Aliansi Lima Tombak. "Lin-gege... aku tidak tau mereka membicarakan apa, tapi aku tau arah pembicaraan mereka!" Yin Xuehua membisikkan sesuatu pada Zhao Lin. "Kira-kira mereka membicarakan apa?" tanya Zhao Lin"Aku tidak bisa mengatakannya di sini. Sebaiknya, kit
Rombongan wanita yang datang ini adalah anggota dari sekte Telaga Dewi. Bukan sembarang rombongan, tapi diantara mereka terdapat pemimpin tertinggi mereka, Xia Liruo. "Hormat kami, Kepala Biarawati Xia!"Orang-orang dari sekte Pulau Bunga Persik memberi hormat pada rombongan Telaga Dewi, terutama kepada Ketua mereka, Xia Liruo. Sementara itu, Zhao Lin tidak melakukan apa-apa. Ia merasa tidak perlu memberi hormat kepada orang-orang ini karena si pemuda menganggap mereka adalah teman dari Pulau Bunga Persik. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian ribut-tibut?" Pertanyaan dari Xia Liruo. Orang-orang dari sekte Pulau Bunga Persik menjelaskan apa yang terjadi. Xia Liruo pun melirik pada Zhao Lin. "Anak muda... apa alasanmu memukul Pendekar ini. Apa kau memiliki masalah dengannya?" "Bukan hanya dengan dia, tapi aku memiliki masalah dengan Pulau Bunga Persik. Sebaiknya kalian jangan ikut campur! Aku tidak memiliki masalah denga
Zhao Lin terbangun dari tidurnya. Ia segera membangkitkan badan dan terduduk di atas ranjang. Bola mata pemuda itu berkeliling melihat ruang yang terasa asing baginya. Si pemuda memegangi bagian belakang kepalanya yang masih terasa sedikit sakit. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi saat terakhir kali ia tersadar. Saat itu, jiwa Pedang Penguasa Dunia menguasai tubuhnya. "Apa-apaan! Dia bilang dia baru bisa berinteraksi denganku setelah aku mencapai tingkat Pendekar Bumi! Tapi, kemarin dia bisa menguasai tubuhku. Dia tidak bisa dipercaya!" Zhao Lin bergumam sendiri. Zhao Lin menuruni ranjang untuk mencari tau di mana ia berada saat ini. Ia berjalan ke arah jendela dan membuka jendela tersebut. Dari apa yang ia lihat, ia bisa menduga bahwa saat ini sedang berada di kediaman sebuah keluarga besar. Itu terlihat dari bentuk serta tata letak bangunan tersebut.Namun, suasana kediaman ini tidak terlihat seperti kediaman keluarga besar lainn
"Tidak salah kan, jika benda ini untukku!" Ma Chao berucap sambil menunjukkan Tombak Raja Naga. Xiao Yan dan tiga orang lainnya terkejut, ternyata teman yang membantu Chu Yin adalah Ma Chao. Pandangan mereka berempat terarah pada si gadis, seperti meminta penjelasan bagaimana mereka bisa saling mengenal. Chu Yin sendiri tidak bisa berkata apa-apa. Ia juga terkejut, ternyata keempat orang ini dan Ma Chao sudah saling mengenal. Ia juga seolah-olah terlihat seperti meminta penjelasan, bagaimana ini bisa terjadi. "Kau bisa memilikinya jika kau bergabung dengan kami!" ucap Xiao Yan. Sontak, kata-kata Xiao Yan menghadirkan protes dari Dong Fu. "Xiao Yan... kita sudah sepakat bahwa Senjata Suci kali ini akan diberikan padaku atau Gao Hao. Kau tidak bisa menyerahkannya pada Ma Chao begitu saja!"Sebelumnya, keempat orang itu memang sudah membuat kesepakatan bahwa Tombak Raja Naga adalah untuk Gao Hao atau Dong Fu. Mengingat Xiao Yan dan Yin Y
"Jangan membohongiku! Tidak mungkin ada yang tau kau membawa Tombak Raja Naga itu!"Xiao Yan tidak percaya begitu saja pada Chu Yin. Setiap Senjata Suci bisa mengecil yang membuat ia mudah disimpan dan tidak mencolok saat dibawa. Jika si gadis tidak menunjukkan pada orang lain tidak akan ada yang tau Tombak Raja Naga itu berada bersamanya. Satu-satunya pihak yang memiliki kemungkinan mengetahui itu hanyalah dari sekte Pulau Bunga Persik. Merekalah yang memiliki Senjata Suci itu dan Chu Yin adalah bekas pelayan mereka. Jika pun Chu Yin ketahuan oleh pihak Pulau Bunga Persik, maka yang datang ke tempat ini bukan si gadis, tapi perwakilan dari sekte tersebut. "Ampun, Tuan! Saya tidak berbohong. Benda itu memang direbut oleh seseorang!"Chu Yin tidak sepenuhnya berbohong. Nyatanya, Tombak Raja Naga memang direbut oleh seseorang bernama Ma Chao. Sampai saat ini, si gadis tidak mengerti bagaimana pemuda itu mengetahui Senjata Suci itu berada
Ma Chao tersandar pada sebuah pohon dengan napas yang terburu. Pertarungan kemarin masih memberi efek pada tubuhnya. Terdapat sejumlah luka yang masih belum pulih. Pertarungan itu benar-benar diluar perkiraan Ma Chao. Jiwa Tombak Raja Naga dan jiwa Pedang Penguasa Dunia seperti saling membenci satu sama lain. Tidak disangka, ia dan Zhao Lin terseret dalam perselisihan tersebut. "Sepertinya, aku tidak bisa lagi berdekatan dengan pemuda itu!" Ma Chao bergumam sendiri. Dibandingkan perselisihan dua jiwa Senjata Suci itu, pikiran Ma Chao lebih terganggu dengan kejadian terakhir yang menghentikan pertarungan. Kehadiran sebuah pedang misterius yang datang entah dari mana. Meski saat itu tubuh dan pikiran Ma Chao dikendalikan oleh jiwa Tombak Raja Naga, tapi ia masih bisa melihat kejadian itu. Jiwa Tombak Raja Naga tau dengan pedang tersebut, tapi Ma Chao tidak mengenalnya sama sekali. Si pemuda hafal betul ke-26 Senjata Suci dan pedang itu tidak ter
Zhao Lin menatap tajam pada Ma Chao. Ilmu itu telah dikenal oleh jiwa Pedang Penguasa Dunia. Ini merupakan sebuah Seni Kabut yang terdapat dalam Kitab Kabut Hitam. Diam-diam, Ma Chao telah mendapatkan salah satu Kitab Tanpa Tanding dan mempelajarinya. Tubuh Ma Chao berubah menjadi kabut dan bergerak ke arah Zhao Lin. Gerak kabut melambat saat sudah dekat dengan Zhao Lin. Namun, itu tetap tidak menguntungkan sama sekali. Tebasan yang dilakukan akan percuma, itu hanya akan melewati kabut itu begitu saja. Kabut tersebut menyimuti tubuh Zhao Lin. Seketika, sesuatu seperti petir muncul dari kabut dan menyambar tubuh Zhao Lin. Dalam hitungan detik, pemuda itu di buat tumbang. Ma Chao kembali ke bentuk semula. Senyum sinis terukir di wajahnya. Jiwa Tombak Raja Naga merasa di atas angin, ia berpikir kemenangan sudah jadi miliknya. Namun, jiwa Pedang Penguasa Dunia tidak menyerah begitu saja. Ia kembali membangkitkan tubuh Zhao Lin. Satu hal yang membe
Sebuah pukulan diberikan Zhao Lin kepada Ma Chao. Pemuda itu terlempar cukup jauh hingga tubuhnya menyusur tanah. Debu-debu berterbangan membuat si pemuda terbatuk.Ma Chao mulai membangkitkan diri setelah debu-debu itu menghilang. Ada yang berbeda darinya. Bola matanya berubah menjadi merah gelap. Raut wajahnya pun terlihat berbeda dari biasanya. Tidak salah lagi, jiwa Tombak Raja Naga telah merasuki tubuh Ma Chao. "Akhirnyanya kau keluar juga!" ucap Zhao Lin. Ma Chao mendekatkan diri pada Zhao Lin. "Kau keluar sebelum waktu yang ditentukan. Jika dia tau, kita semua dalam masalah besar!" "Dia masih tersegel di makam itu! Tidak perlu takut dia akan tau. Sebaiknya kita selesaikan masalah kita!""Ayo kita lakukan!"Zhao Lin dan Ma Chao kembali mengangkat senjata. Tidak membuang waktu, mereka kembali terlibat dalam pertarungan. Zhao Lin terlihat lebih serius dari sebelumnya. Serangan demi serangan yang ia lakukan terlih
"Mati Kau!"Jendral Buaya mengayunkan pedang ke arah Zhao Lin. Tidak tanggung-tanggung, ia mengarahkan pada bagian leher untuk memenggal pemuda itu. "Trang...!"Sesuatu yang tidak diduga oleh Jendral Buaya terjadi. Pedang itu langsung patah ketika menyentuh leher Zhao Lin. Seketika, pemuda itu membangkitkan kepala. Ada perbedaan terjadi pada Zhao Lin. Bola matanya berubah menjadi berwarna hijau terang. Ditambah lagi dengan tatapan yang begitu mengerikan, berbeda dengan sebelumnya. Dalam satu gerakan, Zhao Lin mencekik Jendral Buaya. Pria paruh baya itu tidak bisa berbuat apa-apa. Genggamannya begitu kuat, tidak bisa dilepaskan begitu saja.Zhao Lin melambungkan Jendral Buaya ke udara. Saat itu juga, si pemuda juga mengacungkan Pedang Penguasa Dunia ke atas. Tidak berselang lama, Jendral Buaya jatuh dan tertancap pada Pedang Penguasa Dunia. Satu gerakan Zhao Lin membuat mayat Jendral Buaya terlempar pada tempat di man