Home / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / 659. Petaka di Gunung Sereh Awi

Share

659. Petaka di Gunung Sereh Awi

Author: Ramdani Abdul
last update Last Updated: 2024-10-14 17:19:00

“Terkutulah kau, Ganawirya!” pekik Nyi Genit sembari mengalirkan kekuatannya ke sebuah kendi besar berisi tulang belulang. “Kau mencoba menghilangkan kekuatanku di tubuh kakak beradik itu!”

Selendang kuning Nyi Genit berkibar ke sekeliling, memecahkan beberapa kendi karena tekanan yang dikeluarkannya.

Nyi Genit diselimuti oleh cahaya hitam kemerahan. “Aku bisa menempatkan kekuatanku pada orang lain dengan mudah. Akan tetapi, aku muak karena kau senantiasa menghinaku, Ganawirya! Kau adalah orang yang sudah membuat penawar racun kalong setan sekaligus guru dari gadis menyebalkan bernama Sekar Sari itu!”

Nyi Genit mengamati Ganawirya dan para tabib yang masih berada di dekat Jatnika dan Puspa Sari. Ia mengalirkan kekuatannya pada kendi, tersenyum bengis.

Jatnika dan Puspa Sari seketika berteriak. Lapisan kekuatan yang menghalangi wajah mereka perlahan retak dan memudar. Kakak beradik itu memberontak hingga ikatan di tubuh mereka mulai melemah. Para tabib terdorong mundur sesaat,

Indra
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kujang Emas   660. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Angin berembus sangat kencang hingga atap-atap gubuk terbang. Beberapa ranting patah hingga terbang ke berbagai arah dan mengenai beberapa bangunan. Suara pekikan dua siluman itu memekik semakin kencang. Para murid dan tabib yang tengah beristirahat seketika terbangun.Para murid dan para tabib bergelimpangan di tanah dan lantai, menutup telinga. Suara teriakan dua siluman itu membuat pendengaran semua orang kesakitan. Tak lama setelahnya, para murid dan tabib tidak sadarkan diri.Lingga seketika terbangun, berjalan keluar ruangan seraya menutup kedua telinga. “Apa yang terjadi? Aku mendengar suara yang sangat menyakitkan.”Lingga melompat ke atap gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia terkejut ketika melihat dua sosok bayangan hitam bergerak ke dua arah yang berbeda.“Siapa dan apa mereka? Aku merasakan hawa buruk dan ....” Lingga seketika membuat empat tiruan, bergerak bersama keempat tiruannya.Lingga bergerak lurus, sedangkan duanya tiruan bergerak ke sebelah kiri dan dua tiruan

    Last Updated : 2024-11-04
  • Pendekar Kujang Emas   661. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Kedua siluman Sora Jerit itu seketika mengentak kaki di tanah, bergerak sangat cepat ke arah tiruan Lingga dan harimau putihnya. Mereka berteriak seraya menyerang dengan kuku-kuku yang sangat tajam.Harimau putih mengaum dengan sangat keras untuk menghadang teriakan lawan. Tiruan Lingga kemudian bergerak melayangkan serangan demi serangan. Embusan angin kencang seketika tercipta ke sekeliling.Siluman Sora Jerit menarik napas sekuat mungkin, lantas berteriak sangat kencang. Suara mereka berubah menjadi serangan yang memicu angin kencang.Tiruan Lingga segera menggabungkan kemampuan dengan harimau putih. Teriakan siluman Sora Jerit dihadang oleh auman harimau yang kencang. Angin menyapu benda-benda di sekeliling tempat pertarungan.Siluman Sora Jerit melompat ke atas, mengeluarkan kembali teriakan dahsyat. Tiruan Lingga dan harimau putihnya melompat mundur, bergerak menghindar.“Podaran sia ku aing (Kubunuh kau)!” teriak siluman Sora Jerit sembari bersiap-siap untuk mengambil napas pan

    Last Updated : 2024-11-05
  • Pendekar Kujang Emas   662. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Nyi Genit melayangkan selendangnya ke berbagai arah hingga angin tercipta dan mengacaukan ruangan. Beberapa lemari dan kendi berjatuhan ke bawah.Nyi Genit kembali menarik selendangnya sekaligus, mendengkus kesal. “Terkutuklah kalian semua, terutama kau Ganawirya! Gadis berselendang merah itu juga membuatku sangat muak! Dia langsung tahu kelemahan siluman Sora Jerit! Dia juga membuat beragam ramuan yang akan membuat para siluman kesulitan!”Nyi Genit berjalan menuju jendela, mengamati bulan yang menggantung di langit. “Bulan purnama akan terjadi dalam beberapa hari lagi. Pasukan siluman dan para pendekar golongan hitam terus bertambah dari hari ke hari, tetapi itu masih belum cukup!”Nyi Genit menoleh pada beberapa ramuan di atas meja batu. “Aku kesulitan karena tidak memiliki bawahan yang kuat dan bisa diandalkan! Danuseka, Wira, Darmasena bekerja sangat lambat dalam mengumpulkan para siluman dan para pendekar golongan hitam!”Nyi Genit mengepalkan tangan erat-erat. “Aku tidak boleh

    Last Updated : 2024-11-07
  • Pendekar Kujang Emas   663. Petaka di Gunung Sereh Awi

    am yang panjang akhirnya berganti pagi. Para murid terlihat berjalan dari arah sungai, berbincang mengenai keadaan semalam. Mereka bahu membahu membereskan dan merapikan gubuk tempat mereka tinggal sebelum akhirnya berduyun-duyun pergi ke ruangan makanan.Di ruangan lain, Lingga tengah bersiap pergi. Ia mengintip para murid dari jendela. “Waktu terasa sangat cepat, padahal baru saja aku tiba di padepokan ini kemarin. Meski begitu, aku senang karena bisa bertemu dengan teman-temanku.”Lingga melayangkan tendangan saat sebuah serangan muncul di belakangnya. “Ka mengejutkanku, Paman.”Limbur Kancana tersenyum, mengamati para murid sekilas. “Aku sudah mendengar ceritanya dari Ganawirya. Ini menjadi pertanda jika Nyi Genit dan para bawahannya tidak akan berhenti membuat kekacauan di rimba persilatan. Untuk itu, kau tidak memiliki pilihan selain terus berlatih agar bertambah kuat, Lingga.”“Nyi Genit pasti masih memiliki banyak rencana setelah salah satu rencananya gagal. Dua siluman Sora J

    Last Updated : 2024-11-09
  • Pendekar Kujang Emas   664. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Sebuah ledakan besar dan embusan angin kencang seketika tercipta ketika serangan Sekar Sari beradu dengan serangan orang-orang berpakaian hitam.Orang-orang berpakaian hitam itu melompat mundur, melayangkan serangan dalam waktu nyaris bersamaan. Lingga dan Sekar Sari menepis semua serangan, melemparkan serangan musuh.Suasana menjadi sangat hening untuk sesaat, tetapi orang-orang berpakaian hitam itu kembali menyerang dengan sangat cepat.“Serahkan mereka padaku, Kakang.” Sekar Sari mengentak tubuh ke atas, tersenyum tipis. Gadis itu melemparkan bibit hijau dengan selendangnya ke arah lawan.Bibit hijau itu seketika berubah menjadi akar dan sulur tanaman yang menyerang dan menjerat orang-orang berpakaian hitam. Mereka menebas akar, tetapi sulur dan akar kembali tumbuh dengan sangat cepat.Bunga merah mendadak bermekaran di atas sulur. Serbuk sari berjatuhan ke arah orang-orang berpakaian hitam.Tiga orang berpakaian hitam berhasil lolos dari kepungan serbuk sari yang menidurkan sebagi

    Last Updated : 2024-11-11
  • Pendekar Kujang Emas   665. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Waktu terasa menyenangkan bagi Lingga. Setelah sekian lama berlatih tanpa kawan dan hanya bergumul dengan Tarusbawa, ia kembali bisa merasakan kehangatan pertemanan dengan orang-orang baru.Lingga menceritakan masa-masa latihannya dengan Tarusbawa. Galih Jaya, Dharma, dan yang lain menyimak dengan saksama, tampak penasaran.Di lain hal, Sekar Sari terus berdebat dengan Malawati, bercerita banyak hal. Gadis itu juga menjelaskan sekaligus menunjukkan beberapa ramuan buatannya. Para gadis tampak penasaran dan langsung mencoba hasil olahannya.Limbur Kancana melirik Wirayuda sesaat. “Mereka sudah cukup beristirahat sekarang.”Wirayuda tersenyum. “Kau benar. Mereka tidak boleh terlena dengan kesenangan.”Limbur Kancana mengentak puncak pohon hingga tubuhnya melesat sangat cepat ke udara. Ia tersenyum saat melayang di udara. Ketika angin berembus, tubuhnya seketika menukik tajam ke bawah. Dari kedua tangannya bermunculan cahaya putih yang kemudian berubah menjadi enam harimau putih berukuran

    Last Updated : 2024-12-01
  • Pendekar Kujang Emas   666. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Pada akhirnya, Lingga, Sekar Sari, dan para pendekar muda harus menerima hukuman karena kekalahan mereka dari Limbur Kancana dan Wirayuda. Meski Lingga dan Sekar Sari melakukan perlawanan sengit, tetapi para pendekar muda kelelahan saat bertarung.Lingga, Sekar Sari, dan para pendekar muda tengah menuruni bukit. Mereka harus berlari menggunakan tangan sembari menyeret batu-batu besar. Matahari bersinar sangat terang.Limbur Kancana mengeluarkan harimau-harimaunya untuk mengganggu para pendekar muda. Alhasil, beberapa di antara mereka terjatuh sehingga harus mengulang dari titik awal. Semua pendekar muda harus sampai ke bawah dalam waktu bersamaan, begitu pun saat menaiki bukit kembali. Jika tidak, hukuman baru akan muncul dan menyulitkan mereka.Para pendekar muda tampak kepayahan, terlebih matahari menyengat sangat panas. Di saat yang sama, mereka harus menarik batu yang semakin berat sekaligus menghindari serangan harimau-harimau dan tiruan Limbur Kancana yang terus bermunculan.“In

    Last Updated : 2024-12-04
  • Pendekar Kujang Emas   667. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Dua pendekar kakak beradik itu terus menerobos hutan bersama kuda yang bergerak cepat. Sinar matahari tampak mengintip di sela-sela dedaunan. Angi berembus kencang bersamaan dengan kuda yang melompati batang pohon tumbang.Sebuah sungai terlihat di samping kiri, mengalir dengan air yang sangat jernih. Setelah berhasil melewati ujung hutan, sungai terlihat lebih jelas.“Kita akan beristirahat di sungai itu, Saraswati,” ujar si pemuda seraya mengarahkan kudanya ke arah sungai.“Iya, Kakang.” Saraswati menyahut sembari menyusul dari belakang. Ia mengamati keadaan sekeliling, menyeka keringat dengan selendang kuning.Kedua pendekar itu menepi di sisi sungai, melompat dari kuda. Keduanya bergegas menghapus dahaga dengan meneguk air sungai. Terlihat ikan-ikan berenang menghindari riak, bersembunyi di balik batu.Saraswati mengisi bambu dengan air, melirik sang kakak yang sedang memeriksa keadaan tunggangan mereka. “Aku mulai bosan dengan perjalanan ini. Akan tetapi, setiap kali aku mengeluh

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Pendekar Kujang Emas   676. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. “Siapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.” Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. “Aku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,” ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. “Pemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,” gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. “Aku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.” Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. “Namaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Sekar

  • Pendekar Kujang Emas   675. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga segera mendekati Tarusbawa. “Guru, apa kau baik-baik saja?” Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. “Guru.” Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. “Cahaya merah apa itu?” Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. “Prabu.” Lingga segera memberikan salam penghormatan. “Kau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,” ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. “Waktu ujianku sudah dimulai?” “Aku ingin mengingatkanm

  • Pendekar Kujang Emas   674. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Baik, Guru.” Sekar Sari mengangguk.“Indra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,” ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. “Hanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.”Saraswati mengamati keadaan sekeliling. “Padepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.”Sekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. “Ini adalah gubuk tempat tinggalku. A

  • Pendekar Kujang Emas   673. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana mengangguk. “Aki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.”“Bangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,” ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. “Aki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.”Tarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. “Lingga sedang berlatih saat

  • Pendekar Kujang Emas   672. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.“Aku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.” Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.“Kau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.” Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.“Tentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.”“Semua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.”“Ak

  • Pendekar Kujang Emas   671. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me

  • Pendekar Kujang Emas   670. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan

  • Pendekar Kujang Emas   669. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b

  • Pendekar Kujang Emas   668. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status