Home / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / 498. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Share

498. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Author: Ramdani Abdul
last update Last Updated: 2023-02-27 22:54:28

Para tabib tampak sibuk mondar-mandir di sekeliling para pendekar. Sebagian berusaha mengobati mereka, sebagian yang lain hilir mudik mengambil ramuan obat.

Galih Jaya, Dharma, Malawati dan pendekar lain tampak sibuk mempersiapkan seluruh persiapan untuk menghadapi kemungkinan penyerangan yang dilakukan Wintara dan Nilasari. Para penjaga tampak sudah bersiap siaga di setiap sudut perbatasan.

Limbur Kancana masih duduk di atas gua. Ia melihat keadaan sekeliling hutan dengan bantuan penglihatan para tiruannya. Para tiruan itu sudah diselimuti penawar racun kalong setan yang tersisa sehingga akan bisa bertahan lebih lama jika terkena racun kalong setan.

Limbur Kancana bertukar tempat dengan tiruannya yang berada di luar kubah yang melindungi sekeliling gua. Ia melompat tinggi ke atas kubah, lalu membuka kendi berisi penawar racun kalong setan yang diberikan Sekar Sari. Asap putih seketika muncul, lantas menyelimuti sekeliling kubah. Kubah tiba-tiba muncul ke permukaan. Lapisannya tampak
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kujang Emas   499. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Limbur Kancana menoleh ke samping kiri dan kanan ketika melihat dua bayangan bergerak cepat mengelilingi kubah pelindung.“Bagaimana jika mereka berhasil menembus pertahanan kubah pelindung di saat para pendekar belum sadarkan diri dan para tabib yang belum berhasil menyempurnakan penawar racun kalong setan?” tanya Malawati dengan wajah gelisah, “itu pasti akan menjadi keadaan yang sangat buruk. Dengan kekuatan kita sekarang akan sangat sulit untuk menghadapi mereka.”Limbur Kancana memanggil tiga kendi. “Ambillah kendi-kendi ini.”Galih Jaya, Dharma dan Malawati saling menoleh satu sama lain, kemudian mulai mengambil masing-masing satu kendi.“Kalian bisa memasukkan para pendekar, para tabib atau musuh sekalipun ke dalam kendi untuk menyelamatkan mereka atau menangkap mereka. Pergunakan kendi-kendi itu dengan sebaik mungkin. Kendi-kendi itu memang memiliki kekuatan yang luar biasa, tetapi seperti senjata lain, kendi-kendi itu juga memiliki batasan.”“Kami mengerti,” sahut Galih Jaya,

    Last Updated : 2023-02-27
  • Pendekar Kujang Emas   500. Dua Pendekar Hitam dan Serangan SIluman Kembar

    Semua anggota Cakar Setan bergegas meninggalkan danau siluman. Mereka berlari di atas permukaan air, melompati satu per satu puncak pohon dengan cepat. “Akulah yang akan membunuh Tarusbawa dan menyerahkan kepalanya pada Gusti Totok Surya,” ujar Wulung di tengah tangannya yang melemparkan cambuk dan menarik tubuhnya, “jangan menghalangiku atau kalian akan tersiksa di tanganku.” “Teruslah bermimpi, Wulung.” Argaseni melesatkan tongkat ularnya ke arah depan, menarik dirinya secepat mungkin. “Kau tidak akan bisa menyentuhnya selama masih ada aku.” “Orang-orang bodoh seperti kalian hanya bicara tanpa bukti!” Brajawesi mendengkus seperti kerbau. Kapak merahnya menarik dirinya ke arah perbatasan kubah. “Akulah yang akan membunuh Tarusbawa dengan kapak merahku.” Bangasera menatap tajam Wulung, Argaseni dan Brajawesi yang bergerak di depannya. “Kalian boleh menghajar Tarusbawa sampai sekarat, tapi akulah yang akan membunuhnya dan menyerahkan kepalanya pada Gusti Totok Surya. Tarusbawa, kau

    Last Updated : 2023-03-10
  • Pendekar Kujang Emas   501. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Danuseka meringis kesakitan, kembali bangkit dan mendekat ke arah Kartasura. “Aku yakin para pendekar golongan putih tidak akan membunuh Wira, Kartasura. Mereka pasti menyekapnya untuk mencari tahu mengenaimu.”Kartasura melemparkan sebuah kendi pada Danuseka. “Kendi itu berisi air danau siluman yang bisa menyembuhkan luka ringan dan sedang dengan cepat. Kau harus menyembuhkan dirimu sebelum kita pergi menuju markas para pendekar golongan putih untuk mencari Wira.”Danuseka membuka kendi yang diberikan Kartasura. Ia menarik air yang berada di dalamnya, kemudian mengarahkannya pada luka di dada dan tubuhnya.Kartasura kembali memejamkan mata untuk mengetahui keadaan anggota Cakar Setan yang lain. Ia melihat keempat pendekar itu tengah bergerak melintasi hutan. Sebuah kubah pelindung berukuran besar muali terlihat di mana beberapa pendekar tampak tengah berjaga. “Mereka sudah hampir sampai di markas para pendekar golongan putih.”Danuseka selesai memulihkan diri, kembali menutup kendi.

    Last Updated : 2023-03-10
  • Pendekar Kujang Emas   502. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Sementara itu, Nyi Genit masih berada di sekitar danau siluman, mengawasi keadaan danau untuk sementara waktu. “Aku harus memulihkan diri untuk mengembalikan kekuatanku. Aku yakin pertarungan sebentar lagi akan dimulai.”Siluman wanita itu berjalan ke tengah danau dengan kedua tangan menyatu di depan dada. Sebuah semburan air mendadak muncul hingga terlihat dari kejauhan.Nyi Genit duduk bersila di tempat munculnya semburan air tersebut. Saat matanya tertutup, selendang kuningnya segera membentuk kuncup bunga yang menutupi seluruh tubuhnya. Air danau mendadak bergolak dan meletup-meletup.Penglihatan Nyi Genit mengelana ke sekeliling hutan. Begitu mendapati kubah yang mengurung Tarusbawa menghilang, ia segera membuka mata. “Apa yang terjadi? Bagaimana mungkin kubah itu hancur?”Selendang kembali seperti semula ketika Nyi Genit berdiri. Amarah terlihat jelas di wajahnya. Bersamaan dengan kepalan tangan yang menguat, angin mendadak berembus kencang dan air tiba-tiba meletup-letup.“Taru

    Last Updated : 2023-03-11
  • Pendekar Kujang Emas   503. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Ah!” Nyi Genit memekik tajam hingga mencipta angin kuat yang langsung menyebar ke sekeliling. Ia melemparkan serangan secara asal hingga beberapa pohon bertumbangan dan tanah berlubang. Wajahnya memerah karena dikuasai amarah. Ia benar-benar sudah dipecundangi dan dihina oleh Sekar Sari.“Aku terlalu meremehkan gadis berselendang merah itu!” Nyi Genit mengepalkan tangan kuat-kuat. Ia menutup satu mata dengan satu tangan, mengawasi keadaan hutan melalui penglihatan siluman yang baru saja dikirimkannya.“Aku pasti akan membunuhmu!” Nyi Genit melempar dua bagian selendangnya ke depan, lalu menarik diri melewati tanah lapang dan pepohonan. Dalam satu kedipan mata, ia sudah berada di perbatasan hutan siluman. Dari tempatnya saat ini, ia bisa merasakan bau beberapa siluman dan bau para pendekar.“Bau gadis berselendang merah itu menghilang di sekitar sini. Bagaimana caranya dia keluar dari hutan siluman ini tanpa meninggalkan bau?”Nyi Genit mengentak kedua kaki kuat-kuat di puncak pohon.

    Last Updated : 2023-04-03
  • Pendekar Kujang Emas   504. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Serangan dari pasukan katak dan pasukan belalang yang dikerahkan oleh Bangkong Bodas dan Simeut Koneng terus berlangsung. Meski beragam serangan sudah dilancarkan, kubah pelindung nyatanya masih berdiri kokoh berdiri.“Kubah sialan itu benar-benar kokoh,” gerutu Bangkong Bodas, “kemungkinan besar kbah itu dilindungi oleh penawar racun kalong setan yang kuat. Tapi itu terdengar tidak mungkin karena penawar racun kalong setan itu hanya dimiliki oleh Nyi Genit seorang, kecuali jika para pendekar itu berhasil membuatnya.”“Itu tidak mungkin, Bangkong Bodas.” Simet Koneng menoleh sesaat. “Para tabib tidak mungkin bisa membuat penawar racun kalong setan.”“Lalu kenapa kubah sialan ini begitu kokoh?” Bangkong Bodas mendengkus kesal. “Pendekar Hitam sama sekali tidak terpengaruh dengan racun kalong setan yang menyelimuti tubuh kita, begitupun dengan kubah ini.”“Dibandingkan memikirkan hal itu, kenapa kita terus berusaha menghancurkan kubah ini. Sekuat apa pun benteng atau kubah pelindung, pa

    Last Updated : 2023-04-03
  • Pendekar Kujang Emas   505. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Galih Jaya, Dharma, Malawati dan seluruh pendekar yang awalnya berjaga di luar begerak ke dalam gua dengan cepat. Mereka berlari melewati lorong panjang. Getaran kuat masih terasa hingga ke dalam gua, ditambah tanah yang berguncang hingga beberapa pendekar terjatuh.Suasana di luar gua hanya diisi oleh beberapa tiruan Limbur Kancana yang berjaga. Lima tiruan tiba-tiba berubah menjadi harimau putih yang ikut memasuki gua.“Ada lima harimau putih yang mengejar kita!” teriak seorang pendekar yang berada di barisan belakang. Ia menarik pedang dan bersiap untuk menyerang.Galih Jaya melemparkan sebuah batu ke pedang pendekar itu hingga nyaris terjatuh. “Tenanglah. Harimau itu adalah kekuatan dari Pendekar Hitam. Harimau-harimau itu akan membantu kita. Teruskan perjalanan.”Para pendekar terus berlari melewati lorong demi lorong dengan diikuti oleh kelima harimau. Di saat yang sama, Ganawirya, Sekar Sari dan para tabib masih berkutat dengan penawar racun kalong setan yang dibuat mereka.Get

    Last Updated : 2023-04-04
  • Pendekar Kujang Emas   506. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Bangkong Bodas dan Simeut Koneng menggempur kubah pelindung terus-menerus. Akan tetapi, serangan-serangan mereka masih belum bisa menembus kubah pelindung dan mengenyahkan Limbur Kancana dari tengah kubah.“Terkutuk!” Bangkong Bodas mengerahkan kembali pasukan kataknya. Sebuah gelombang yang memancar dari atap kubah dengan cepat menghempas pasukan kataknya hingga berterbangan and sebagian menghilang. “Kubah pelindung itu semakin kuat seiring waktu.”Simeut Koneng menoleh ke arah selatan. “Mereka segera tiba.”Bangkong Bodas dan Simeut Koneng mulai menjauh dari kubah pelindung, menghimpun kekuatan dalam waktu bersamaan. Pasukan katak dan pasukan belalang mulai menjauh dari kubah, lalu kembali ke tubuh mereka masing-masing.Limbur Kancana merasakan kekuatan besar yang semakin dekat. Empat harimau tiba-tiba kembali ke arahnya, lalu menyatu dengan kubah pelindung. Ia dengan cepat berdiri, mengawasi keadaan sekeliling. “Semua persiapan sudah selesai.”Limbur Kancana mengembus napas panjang

    Last Updated : 2023-04-04

Latest chapter

  • Pendekar Kujang Emas   676. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. “Siapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.” Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. “Aku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,” ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. “Pemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,” gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. “Aku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.” Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. “Namaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Sekar

  • Pendekar Kujang Emas   675. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga segera mendekati Tarusbawa. “Guru, apa kau baik-baik saja?” Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. “Guru.” Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. “Cahaya merah apa itu?” Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. “Prabu.” Lingga segera memberikan salam penghormatan. “Kau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,” ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. “Waktu ujianku sudah dimulai?” “Aku ingin mengingatkanm

  • Pendekar Kujang Emas   674. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Baik, Guru.” Sekar Sari mengangguk.“Indra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,” ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. “Hanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.”Saraswati mengamati keadaan sekeliling. “Padepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.”Sekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. “Ini adalah gubuk tempat tinggalku. A

  • Pendekar Kujang Emas   673. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana mengangguk. “Aki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.”“Bangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,” ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. “Aki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.”Tarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. “Lingga sedang berlatih saat

  • Pendekar Kujang Emas   672. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.“Aku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.” Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.“Kau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.” Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.“Tentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.”“Semua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.”“Ak

  • Pendekar Kujang Emas   671. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me

  • Pendekar Kujang Emas   670. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan

  • Pendekar Kujang Emas   669. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b

  • Pendekar Kujang Emas   668. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status