Wang Pao memandang Shu Zhen sambil tersenyum. "Tidak selamanya pertarungan itu membuat lawan kalah atau mati. Kadang kita butuh lawan kita menderita agar anak buahnya yang mengikutinya menjadi ciut nyalinya begitu melihat pemimpim mereka menjadi gila atau beringas akibat racun yang masuk ke dalam tubuh lawan."Shu Zhen masih belum begitu mengerti ucapan Wang pao sehingga dia berkata, "Master! Bukannya dengan membuat lawan kita mati maka anak buahnya aakan ketakutan dan menyerah? Untuk apa kita membiarkan pemimpinnya hidup dalam kegilaan kalau anak buahnya sudah menyerah?Bukannya lebih baik dia mati saja daripada tersiksa?"Wang Pao menggelengkan kepalanya menghadapi Shu Zhen yang begitu antusias menanggapi jurus yang akan diajarkannya. "Setiap orang bisa jadi jadi pemimpin untuk menggantikan pemimpin yang lama, jadi menurutku percuma saja kita melenyapkan pemimpin sebuah perguruan sesat misalnya karena penggantinya kadang jauh lebih kejam dan beringas daripada pemimpin sebelumnya ...
Tak terasa sudah sebulan lamanya Shu Zhen tinggal di Kampung Hutan yang merupakan markas dari Pendekar Selaksa Racun. Tidak pernah ada gangguan yang berarti selama sebulan dia tinggal di Hutan Racun ini. Selama itu pula Shu Zhen melatih 4 Jurus Tapak Racun Hitam hingga dia sudah mahir menguasainya, namun tidak ada tanda-tanda kalau Master Wang Pao akan meneruskan keempat jurus lainnya untuk diajarkan kepadanya."Shu Zhen ... sudah saatnya kamu melatih otot-ototmu setelah sekian lama berlatih. Ada sekelompok bandit yang disebut Bandit Topeng Iblis yang masuk ke wilayah Hutan Racun ini. Topeng mereka mengandung penyaring udara beracun sehingga mereka tidak terkena efek racun sama sekali dari Racun Penyejuk Hati. Aku khawatir mereka datang mencari Hantu Dunia Persilatan! Ada baiknya kamu pakai kembali Topeng Artefak agar mereka tidak mengenalimu!" ujar Wang Pao."Baik, Master! Apa Bandit Topeng Iblis ini sangat kuat, Master? Aku tanyakan masalah ini karena menurutku, kekuatanku sekarang
Mendengar ucapan Shu Zhen, membuat kemarahan Bandit Sakti semakin meluap-luap. Selama ini tidak ada pendekar yang berani menghinanya seperti yang dilakukan oleh Pendekar Topeng Artefak ini."Baru punya ilmu bela diri sedikit saja sudah sombong! Akan kupatahkan kaki dan tanganmu agar kamu belajar menghormati Serikat Bandit!" ancam Bandit Sakti.Shu Zhen memandang sinis ke arah Bandit Sakti. Ancaman dari pemimpin Bandit Topeng Iblis ini tidak membuatnya takut sama sekali. Mematahkan kaki dan tanganku? Apa kamu tidak salah bicara? Aku yang akan mematahkan kaki dan tanganmu agar kamu tidak merampok kaum lemah lagi!" seru Shu Zhen."Kurang ajar! Beraninya kamu menghinaku!" Wajah kemarahan memang tidak terlihat karena tertutup topeng iblis yang dipakai oleh Bandit sakti tapi ucapan kemarahannya sudah menunjukkan kalau tidak ada ampun lagi untuk Pendekar Topeng Artefak."Memangnya seberapa hebat dirimu? Takut terhadap Hantu Dunia Persilatan dan tidak berani muncul saat dia beraksi ... sekara
Bandit Sakti tidak gentar sedikit pun dengan ancaman Shu Zhen yang hendak menghabisinya, Dia malahan menertawakan kepolosan Shu Zhen yang tidak tahu kejamnya Dunia Persilatan."Aku salah menyangka kamu adalah Shian Kui yang begitu ditakuti oleh pendekar dunia persilatan ... bahkan bandit seperti kami juga takut terhadap dirinya! Kamu hanyalah pecundang yang belagak menjadi pahlawan kesiangan! Kamu marah karena aku membantumu menghabisi perampok yang meresahkan kaum lemah seperti katamu tadi? Kamu ini benar-benar aneh!" kata Bandit Sakti yang tidak habis pikir dengan kemarahan Shu Zhen."Bukan masalah kamu membunuh anak buahmu sendiri yang aku permasalahkan! Kamu bebas membunuh mereka karena hidup mereka telah diserahkan padamu, tapi anak buahmu telah memasuki wilayah Hutan Racun yang merupakan wilayahku! Tidak boleh ada pembunuhan apalagi pembantaian yang dilakukan di tempat ini selain aku yang melakukannya! Kamu telah menghina diriku dengan membunuh anak buahmu sendiri di tempat ini!
Pendekar Selaksa Racun bergerak sangat cepat dengan gin-kang tingkat tinggi yang tidak mampu dirasakan oleh Shu Zhen. Wajahnya tampak memendam kemarahan besar tapi terlihat dia berusaha tenang saat menyapa Shu Zhen.Kerusakan yang ditimbulkan oleh pendekar Topeng Artefak ini sangat besar dengan ilmu Topeng Artefak, yang sebentar lagi akan memancing kedatangan Pendekar Wu Tang untuk menyelidikinya. Hutan Racun masih masuk ke dalam wilayah Wu Tang, sehingga kejadian yang mencurigakan di hutan ini akan diselidiki oleh Pendekar Wu Tang, agar tidak berimbas terhadap keamanan perguruan mereka."Bukan aku yang membantai seluruh anggota Bandit Topeng Iblis ini, Master ... Bandit Sakti yang melakukannya dengan darah dingin tanpa penyesalan sedikit pun. Maafkan aku yang tidak kuasa menahan diri untuk menghabisi Bandit Sakti karena kekejamannya, Master!" kata Shu Zhen sambil menunduk dan memberi salam hormat dengan kedua belah tangannya."Seharusnya kamu bisa lebih mengendalikan dirimu, Shu Zhe
Perguruan Bangau Putih terkenal sebagai perguruan golongan putih yang hebat, bahkan bisa disetarakan dengan lima perguruan besar yang ada. Kota Hu Jian menjadi markas besar Perguruan Bangau Putih yang juga merupakan tempat tinggal Keluarga Qian, sebuah keluarga yang sangat terkenal dan disegani di kota ini.Kota Hu Jian sendiri sangat strategis sebagai kota perdagangan dan juga kota para pendekar, karena di kota ini banyak berdiri perguruan-perguruan bela diri yang menerima murid dengan imbalan tertentu untuk mempelajari ilmu bela diri.Pemimpin perguruan ini adalah Qian Wang, pendekar golongan putih yang hebat pada masanya. Qian Wang memiliki satu putra dan satu putri. Putrinya bernama Qian Ling yang merupakan ibunya Shu Zhen, sedangkan putranya yang merupakan adik dari Qian Ling bernama Qian Chao, penerus Perguruan Bangau Putih.Pendekar Bangau Putih adalah julukan Qian Wang yang sangat terkenal di jaman Empat Datuk Sesat Dunia Persilatan. Ketua Lima Perguruan Besar sangat segan te
Untuk menuju Kota Hu Jian yang senantiasa berkabut tipis, dingin dan hujan ini, Shu Zhen harus melalui beberapa tempat yang cukup menyeramkan dan berbahaya. Salah satu tempat yang menyeramkan yang harus dilaluinya adalah Lembah Hantu.Lembah Hantu dahulunya merupakan sebuah perkampungan yang banyak dihuni oleh penduduk yang bercocok tanam di lembah yang subur ini. Tapi, suatu kejadian misterius membuat seluruh penduduk desa ini lenyap begitu saja tanpa bersisa satupun. Lembah yang tadinya cukup ramai mendadak sepi tanpa penghuni sama sekali. Rumah-rumah penduduk yang terbuat dari bahan alami berupa bambu dan daun nipah untuk penutup atap ini perlahan-lahan ditumbuhi tanaman menjalar dan lumut sehingga menambah suasana menyeramkan lembah ini.Muncul rumor kalau semua penduduk desa di Lembah Hantu ini telah menjadi hantu penasaran yang berkeliaran di sepanjang Lembah Hantu ini dan memangsa setiap pelintas jalan yang melaluinya. Tidak ada lagi pelintas jalan yang hendak ke Kota Hu Jian
"Apa nama desa tempat paman Lao tinggal?" tanya Shu Zhen sekali lagi. Tampaknya paman pencari kayu bakar ini enggan memberitahukan nama desa tempat tinggalnya, tapi melihat Shu Zhen akan pergi darinya maka dia harus menjawabnya."Dusun Hao Tse, Tayhiap! Desa kami masih berupa dusun yang rumahnya sangat berjauhan satu sama lainnya!" jelasnya dengan informasi yang sedikit."Baiklah! Aku tidak akan memaksamu lagi! Lagian kalau kau berniat jahat padaku maka kalian semua akan kubunuh tanpa ampun!" ancam Shu Zhen.Master Wang Pao banyak mengajarinya untuk tidak mempercayai siapapun termasuk orang yang kelihatan lemah, karena orang yang kelihatan lemah itu biasanya adalah orang yang paling kuat yang sedang menyembunyikan kekuatannya."Jangan khawatir, Tayhiap! Kami tidak akan berani!" jawab paman pencari kayu bakar ini. Walaupun diancam oleh Shu Zhen, tidak terlihat adanya rasa takut di wajah Lao Jing.Shu Zhen mengikuti langkah paman pencari kayu ini dengan waspada sambil bertanya kepadanya
Kaisar Han yang berhasil diselamatkan bersama Ketua Lima Perguruan Besar, seakan melupakan perbuatannya dahulu yang memerintahkan pembunuhan terhadap Shian Kui. Kini, Kaisar Han sangat berterima kasih kepada Shian Long dan semua pendekar yang telah membebaskan Negeri Han dari cengkraman Ang Cit Mo Kui.Ketua dari Lima Perguruan Besar juga memutuskan untuk melupakan masa lalu Shian Long setelah adanya penjelasan dari Wang pao mengenai keterlibatan Ang Cit Mo Kui untuk semua perbuatan yang dilakukan oleh Pendekar Kitab Iblis.Setelah mengikuti perayaan di istana Kekaisaran Han yang hancur sebelumnya ini, Shian Long dan Guo Xiang memutuskan untuk hidup di Desa Fujian, tempat tinggal Shian Long saat kecil.Wang Pao tetap tinggal di Hutan Racun sambil sesekali mengunjungi Shian Long di Desa Fujian untuk memastikan kalau Pendekar Kitab Iblis ini telah lepas dari pengaruh Kitab Iblis Neraka.Kitab Dewa Surgawi memutuskan ikut bersama Shian Long setelah mengetahui asal usul Shian Long di kehid
Di Hutan Selaksa Racun, persiapan untuk pertarungan terakhir berlangsung dengan intens. Para pendekar dari seluruh pelosok negeri berkumpul, menyusun strategi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Ang Cit Mo Kui. Suasana di hutan dipenuhi dengan aura ketegangan dan semangat, di mana setiap pendukung tahu bahwa pertempuran ini adalah yang terpenting.Di tengah hutan yang dikelilingi oleh pepohonan yang berkilauan di bawah sinar bulan, Shian Long berdiri di depan sebuah lingkaran besar yang terdiri dari pendekar-pendekar dan murid-murid perguruan besar. Api unggun yang menyala di tengah memberikan cahaya hangat, namun suasana tetap serius."Kita akan melancarkan serangan malam ini. Tujuan kita adalah menembus pertahanan istana kekaisaran dari beberapa arah sekaligus. Kita harus memecah konsentrasi musuh agar dapat menyusup ke dalam istana."Shian long memulai persiapan terakhir sebelum penyerangan ke istana kekaisaran Han."Apa strategi kita untuk mengatasi penjaga di sekitar istana? M
Shian Long berdiri tertegun di depan altar yang dikelilingi oleh cahaya lembut, matanya tertuju pada Kitab Dewa Surgawi yang melayang di udara. Kitab itu bersinar dengan cahaya keemasan yang memancar, menyebarkan aura yang memadukan keindahan dan bahaya. Cahaya yang memancar dari kitab ini memiliki kilau yang tajam, seolah-olah setiap sinar adalah pisau yang bisa memotong realitas.Saat Shian Long melangkah lebih dekat, suara yang dalam dan bergema terdengar di seluruh ruangan. Suara itu tampaknya berasal dari Kitab Dewa Surgawi itu sendiri. "Hanya mereka yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar yang dapat memiliki kekuatan ini. Salah satu jawaban akan mengakibatkan kehilangan nyawa."Shian Long merasakan tekanan yang berat, seolah-olah setiap helai rambut di tubuhnya bergetar dengan ketegangan. Ia tahu bahwa setiap pertanyaan dari Kitab Dewa Surgawi akan menentukan nasibnya. Namun, ia juga tahu bahwa kegagalan bukanlah pilihan jika ia ingin menyelamatkan dunia persilatan dari tira
Setelah berhari-hari mengikuti Rajawali Sakti, Shian Long akhirnya tiba di sebuah negeri yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Negeri ini adalah sebuah alam yang memukau, terletak di antara awan yang lembut dan pemandangan yang menakjubkan. Pulau-pulau terapung yang berlapis pepohonan hijau membentang di langit biru, seolah-olah diukir dari kristal dan dedaunan. Air terjun yang gemericik turun dari tebing-tebing tinggi, dan sungai yang jernih berkelok-kelok di antara pulau-pulau, memberikan kehidupan dan keindahan pada negeri awan yang anggun ini.Shian Long terpesona oleh keindahan yang menantinya. Ia merasakan udara yang segar dan menenangkan, seakan-akan setiap napas membawa kedamaian dan energi baru. Namun, ia juga menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar keindahan di negeri ini—sesuatu yang misterius dan belum ia ketahui.Rajawali Sakti terbang di depan, menunjukkan arah dengan sayapnya yang megah. Ia mengarahkan Shian Long menuju sebuah pulau yang lebih besar dan t
Rajawali Sakti, makhluk yang hidup di Pegunungan Huashan, adalah sosok legendaris yang dikenal dalam dunia persilatan. Setelah kematian tragis Qian Ling, Rajawali Sakti memilih untuk mengasingkan diri, menghindari keramaian dunia persilatan yang penuh intrik dan konflik. Namun, sedikit yang tahu bahwa Rajawali Sakti bukan sekadar burung legendaris; ia adalah titisan seorang Immortal, makhluk abadi yang memilih untuk tetap berada di dalam tubuh rajawali tersebut daripada terlahir kembali sebagai manusia.Di puncak Pegunungan Huashan, di mana angin dingin berhembus dan langit sering tertutup awan tebal, Rajawali Sakti menghabiskan hari-harinya dalam keheningan. Matanya yang tajam menyaksikan dunia dari ketinggian, menyadari betapa rapuhnya kehidupan manusia. Immortal yang berada dalam tubuhnya, yang telah lama mengamati kehidupan duniawi, merasakan kesedihan mendalam atas tragedi yang menimpa Qian Ling, seorang pendekar yang pernah berhubungan dekat dengannya.Pilihan untuk tetap dalam
Di sebuah pondok kecil yang tersembunyi di Hutan Racun, Shu Zhen terbaring di tempat tidur, perlahan pulih dari luka-lukanya. Wang Pao, dengan keahliannya dalam ilmu pengobatan dan ramuan, telah merawatnya dengan telaten, memberikan ramuan obat peningkat tenaga yang kuat. Setelah tiga hari, Shu Zhen akhirnya membuka matanya, merasakan kekuatan yang kembali mengalir dalam tubuhnya."Bagaimana perasaanmu?" tanya Wang Pao dengan nada lembut, duduk di samping tempat tidur.Shu Zhen menatapnya, masih lemah tapi dengan kilatan tekad di matanya. "Lebih baik. Terima kasih, Master Wang Pao. Tanpa bantuanmu, aku mungkin tidak akan selamat."Wang Pao tersenyum tipis. "Kau adalah harapan terakhir dunia persilatan. Aku tidak bisa membiarkanmu lenyap dari dunia ini."Shu Zhen terdiam sejenak, merenungkan pertarungan yang baru saja ia lalui. "Ang Cit Mo Kui terlalu kuat. Jurus Bangau Putih tidak cukup untuk melawannya, terutama dengan kekuatan dari Kitab Iblis Neraka."Wang Pao mengangguk, matanya p
Di bawah langit yang mendung, Shu Zhen berdiri penuh percaya diri di depan gerbang Kota Luoyang, tempat istana Kaisar Han berada. Kota itu kini menjadi pusat kekuasaan Ang Cit Mo Kui, yang telah mengambil alih kendali tidak hanya atas dunia persilatan tetapi juga kerajaan Han. Dengan tekad yang bulat, Shu Zhen menantang Ang Cit Mo Kui untuk sebuah pertarungan yang akan menentukan nasib mereka semua baik Negeri han maupun untuk Dunia Persilatan.Sementara itu, Guo Xiang berkelana ke pelosok-pelosok negeri, mencari bantuan dari para pendekar yang tersisa. Namun, banyak dari mereka telah ditaklukkan atau dipaksa tunduk oleh Ang Cit Mo Kui dan pengikutnya, termasuk pendekar-pendekar kuat yang dulunya dianggap sebagai pelindung dunia persilatan. Usahanya menemukan sekutu semakin sulit, namun Guo Xiang tetap tidak menyerah, bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan harapan mengumpulkan kekuatan untuk melawan.Di dalam istana, di hadapan banyak mata yang penuh waspada, Shu Zhen dan Ang
Setelah pertarungan hebat yang mengguncang medan pertempuran, Guo Xiang mendekati Shian Kui, yang kini terbaring lemah di tanah. Napasnya terengah-engah, dan wajahnya terlihat penuh penyesalan. Dengan penuh keletihan, Guo Xiang memulai penjelasan yang akan mengubah segalanya.Kitab Iblis Neraka langsung menghilang begitu kekalahan menerpa Shian Kui."Shian Kui," kata Guo Xiang, suaranya penuh dengan ketulusan, "Aku tahu kau mungkin merasa tertekan dan marah. Tapi ada sesuatu yang harus kau ketahui. Musuh utama kita, Ang Cit Mo Kui, sudah merencanakan semuanya sejak lama. Dia memanfaatkan Shu Zhen, menjadikanmu sebagai alatnya untuk mencapai tujuannya."Shian Kui, atau lebih tepatnya Shu Zhen yang kini menguasai tubuh Shian Kui, mendongak dengan tatapan bingung. "Ang Cit Mo Kui? Apa maksudmu?"Guo Xiang mengangguk, menjelaskan lebih lanjut. "Ang Cit Mo Kui adalah sosok yang mengendalikan Hantu Dunia Persilatan, dan rencananya adalah untuk menguasai Lima Perguruan Besar. Dengan memanfaa
PHOENIX IBLIS PENGHANCURPertarungan antara Guo Xiang dan Shian Kui semakin memanas. Pedang mereka bersinar terang, mencerminkan intensitas emosi dan kekuatan mereka. Namun, di tengah denting pedang dan percikan api, ada keraguan di mata Guo Xiang, sebuah konflik batin yang mulai mengemuka."Shian Kui," Guo Xiang berkata, suaranya sedikit bergetar meski tetap kuat, "apakah tidak ada jalan lain selain kekerasan ini? Aku tahu di dalam dirimu ada kebaikan... Shu Zhen pernah menunjukkan itu padaku."Shian Kui tersentak, matanya sejenak mengungkapkan perasaan yang tertahan. "Shu Zhen tidak ada lagi," jawabnya dengan dingin, mencoba menutupi getaran yang muncul dari dalam dirinya. "Yang ada hanya aku, Shian Kui, dan dunia ini harus tunduk pada kekuatanku."Guo Xiang menggeleng, matanya memancarkan kesedihan. "Aku ingat kebaikanmu, Shian Kui... atau saat kamu menjadi Shu Zhen. Kau pernah membantu orang-orang, kau punya hati yang baik. Mengapa kau memilih jalan ini?"Shian Kui tertawa sinis,