"Nini...! bentak Baraka dengan kemarahan meluap. Bentakan itu tiba-tiba mendatangkan angin kencang yang sempat membuat tubuh Nini Patung Jagat terpental mundur lebih dari lima tombak.
Brukk...!
Ia jatuh di tanah dengan wajah tegang dan cemas. "Edan! Membentak saja suaranya sampai bikin heboh bumi! Oh... batu itu menjadi pecah dan pohon itu pun kulitnya mengelupas! Benar-benar edan murid Setan Bodong itu! Aku harus segera pergi!"
Tanpa banyak bicara lagi. Nini Pasung Jagat segera melarikan diri. Baraka bergegas mengejarnya, karena ia takut Nini Pasung Jagat membunuh Setan Bodong sebelum Pendekar Kera Sakti sempat membunuh perempuan tua itu.
-o0o-
Nenek tua yang ternyata usianya jauh lebih muda dari dugaan banyak orang itu, ternyata pula mempunyai kecepatan berlari seperti kilatan anak panah yang dilepaskan dari busurnya.
Baraka mempunyai Jurus ‘Gerak Kilat Dewa Kayangan’ dalam melarikan diri, yang mempunyai kecepatan melebihi bada
Ia mendarat di depan langkah seorang pemuda berwajah tampan dan bertubuh tegap, gagah, berambut pendek, dengan ikat kepala kuning emas. Pemuda itu mengenakan pakaian serba hijau, dengan ikat pinggangnya kain rajutan benang emas. Pedangnya ada di pinggang kiri. Pemuda itu menghembuskan napas kesal melihat gadis berpakaian kuning gading itu tahu-tahu menghadang langkah di depannya. Ia tampak gemas namun kegemasan itu tertahan melalui hembusan napasnya yang mendengus tanda kesal hatinya."Mau apa lagi kau, Kirana!" geram pemuda berpakaian hijau itu.Si gadis yang ternyata bernama Kirana itu segera menjawab dengan wajah cemberut ketus, "Jawab dulu pertanyaanku tadi! Ke mana kau akan pergi, Pranawijaya! Kau tadi belum menjawab pertanyaanku tapi sudah kabur!"Pranawijaya, pemuda tampan itu, tertawa kecil di sela kedongkolan hatinya, kemudian berkata, "Kirana, aku sudah dewasa, sudah besar, sama halnya dengan dirimu. Ke mana aku akan pergi, tak perlu kau tahu, Kirana!
"Baiklah kalau kau memaksa, Kirana! Kusanggupi desakanmu ini! Bersiaplah untuk mati demi membela gurumu, Kirana!""Kau pun bersiaplah untuk mati demi membela perempuan liar yang bersekutu dengan orang-orang Kobra Hitam itu!""Omong kosong!" bentak Pranawijaya dengan marah sekali. Lalu,ia pun segera melompat maju dengan kilatan pedangnya menyambar dada Kirana. Dengan cepat Kirana menangkisnya dalam satu ke lebatan.Trangng...!Begitu pedang tertangkis, kaki Kirana menjejak ke depan dengan kuatnya.Wuttt...! Beggh...!Perut Pranawijaya menjadi sasaran empuk tendangan cepat itu. Pranawijaya mundur dua tindak. Tapi ia tidak merasa gentar sedikit pun. Ia kembali menebaskan pedangnya dengan satu sentakan kaki maju ke depan.Wuttt...!Kirana menghindar ke samping hingga tebasan dari atas ke bawah yang seharusnya memenggal pundaknya itu terhindar jelas-jelas. Kirana membalas dengan menebaskan pedangnya bertubi-tubi ke tubuh Pranawijaya
"Kenapa kau justru menyerangku! Aku membelamu. Bodoh!" sentak Baraka yang merasa dongkol dengan sikap Karina.Dilihatnya ke arah Pranawijaya, ternyata pemuda itu sudah melarikan diri dengan cepatnya sambil mengambil pedangnya yang menancap di tanah."Pranaa...!" teriak Kirana. Tapi ia tak segera mengejarnya karena ia melihat Pendekar Kera Sakti bergegas mau mengejar, sehingga Kirana justru menghadang di depan Baraka."O, kau tak menghendaki pemuda itu kubawa kemari untuk meminta maaf kepadamu!""Aku tak membutuhkan jasamu!" jawab Kirana dengan ketus."Aneh kau ini!"kata Baraka sambil sunggingkan senyum di bibirnya. "Kau hampir mati. Aku menyelamatkan nyawamu, tapi kau justru memusuhiku" Begitukah caramu berterima kasih kepada seorang penolong!""Aku tidak butuh pertotonganmu! teriak Kirana dengan gusar. “Dia tidak mungkin membunuhku!""Kenapa?""Dia kakakku!""Ooo...!" Baraka mangut-mangut sambil garuk-garuk kepala
Pukulan jarak jauh itu hanya membuat nyeri di tulang belakang. Tapi Sedayu cepat mengatasi rata nyeri itu dengan menghirup napas panjang-panjang dan menahannya beberapa saat. Perempuan berpakaian biru muda itu kini tegak di depan lelaki berpakaian kulit bulu beruang putih yang tanpa lengan, menyerupai rompi panjang itu.Mereka saling berpandangan mata tajam beberapa saat, kemudian Sedayu yang membuka suara lebih dulu, "Tak kusangka kau keji padaku, Ekayana!""Karena kau pun kejam terhadapku, Sedayu!""Di mana letak kekejamanku padamu? Bukankah setiap kau datang aku selalu menyambutnya dengan hangat?""Tapi kau punya rencana busuk di balik kehangatan cintamu, Sedayu! Kau telah menyebar racun di antara orang-orangku, sehingga cukup banyak jumlah yang mati termakan racun Getah Tengkorak yang kau sebar di Lembah Kabut itu!""Apa yang kau bicarakan sebenarnya, Ekayana! Kau seperti bayi yang tidur siang hari dan sedang mengigau!" kata Sedayu sambil berke
"Sedayu!" seru Ekayana. "Mau lari ke mana lagi? Ke tempat yang rimbun? Merayuku untuk bercumbu? Oh. tidak! Tidak bisa, Sedayu! Saat ini bukan saat bercumbu, tapi saatku membalas kematian orang orangku yang kau musnahkan dengan racunmu itu!""Aku tidak melakukannya!" bentak Sedayu. “Tapi kalau kau tetap menganggapku begitu, apa pun keinginanmu akan kulayani! Jangan anggap hanya kau yang jago main pedang! Aku pun bisa menandingi-mu!""Bagus! Aku lebih suka membunuh orang yang punya ilmu pedang, daripada yang hanya punya ilmu memuncakkan gairah! He he he...!""Manusia berotak kotor! Terimalah pedang 'Jegal Baja'-ku ini! Hiaaat!"Sedayu melompat menyerang, pedangnya menebas cepat ke kiri dan ke kanan bagai membuat garis silang beberapa kali. Ekayana sempat mundur dua tindak, kemudian dengan cepat ia kelebatkan pedangnya dari bawah ke atas.Wrruttt....! Trangng...!Pedang Sedayu terpental melayang jauh. Perempuan itu menjadi tegang karena t
"Ehg...! Ekayana mendelik, perutnya bagai di sodok dengan batu sebesar gunung. Ia terpental ke belakang hingga berguling-guling dan membentur pohon tubuhnya. Ekayana tak bisa bernapas dalam beberapa kejap. Nini Pasung Jagat menyerangnya lagi sebelum anak muda itu kelihatan segar kembali. Kali ini ia melepaskan pukulan tenaga dalam melalui sentakan tangan kirinya.Wuttt..!Sinar merah terlepas dan melesat menghantam Ekayana, Tapi oleh Ekayana sinar itu ditangkisnya dengan menghadangkan pedangnya di depan wajah. Pedang itu keluarkan cahaya perak berkilauan, seluruh tubuh pedang yang memancar membentuk perisai. Dan sinar merah itu menghantam cahaya perak yang berkilauan dengan kuat.Blarrr...!Mau tak mau Ekayana kembali terpekik tertahan, karena gelombang ledakan itu sangat kuat menghantam dadanya, sementara Nini Pasung Jagat hanya tersentak mundur antara tiga tindak, ia terhuyung-huyung mau jatuh, namun buru-buru bertahan pada sebuah pohon besar."E
Ekayana melompat dan tahu-tahu berdiri di depan Tanjung Bagus. Orang itu memekik genit dan latah, "Eh, alah... kadal, babi, kambing, cicak, semut, gajah..! Iih! Bikin kaget saja kamu!" sambil tangan nya melambai dan tubuhnya melenggok ganjen.Kalau Ekayana tidak sedang marah, ia akan tertawa dan terus menggoda kelatahan Tanjung Bagus. Tapi karena ia sedang marah kepada gurunya Tanjung Bagus, maka wajah Ekayana tetap diam, dingin, dan memancarkan nafsu untuk membunuh. Tanjung Bagus sedikit curiga, tapi ia hanya meliriknya dengan pasang gaya genit supaya menarik minat lelaki tampan di depannya.Bahkan ia berkata, "Lain kali kalau mau temui aku jangan gitu, ah! Kita kan kaget, Ekayana!. Mau apa sebenarnya kamu, ha! Mau apa? Ngomonglah! Aku siap menerima ajakanmu untuk apaaa.. saja!" lalu ia tersenyum nyengir, Menurutnya senyuman itu manis, tapi menurut Ekayana memuakkan.Ekayana diam saja, masih membisu di tempat Tanjung Bagus memandangnya dengan mata nakal. Senyum
"Kerjaku setiap hari mengincar kamu untuk ku bunuh, Sedayu!"Kirana bicara dengan keras dan berani."Kirana, jaga bicaramu!" Pranawijaya membentak.Tapi Kirana justru bersuara lebih keras lagi, "Kau boleh berada di pihak dia, Prana! Aku tak akan gentar melawan kalian berdua!"Sedayu segera berkata. "Bocah bodoh kamu ini! Tak ada masalah apa apa mau membunuhku!""Kau yang berlagak bodoh. Sedayu! Kau telah membunuh guruku, tapi berlagak tidak mempunyai masalah apa apa denganku!""Ooo... jadi kau menuntut kematian gurumu itu!" Sedayu manggut-manggut sambil pamerkan wajah sinisnya."Jangan banyak bicara! Terima saja pembalasanku ini! Heaah...!”Srett...! Wuttt wuttt...!Dua kali Kirana berkelebat menebaskan pedangnya ke wajah Sedayu, tapi bisa dihindari oleh Sedayu dengan memiringkan badan dan merunduk satu kali. Tapi dengan cepat Kirana membalikkan badan dan dengan tendangan berputar, ia mencapai dada Sedayu, lalu men
"Kalau kau membentak-bentakku, sebaiknya aku pergi saja dan silakan cari pakaianmu sendiri!" Baraka berpura-pura ingin pergi."Tunggu!" teriak gadis itu. "Baiklah, aku tidak membentakmu lagi," suaranya mereda. "Tolonglah, carikan pakaianku, nanti kuberi upah.""Apa upahnya?""Akan kuajarkan padamu sebuah jurus yang jarang dimiliki orang."Senyum Pendekar Kera Sakti melebar. "Jurus apa itu?""Jurus pukulan 'Malaikat Rela'," jawab gadis itu dengan suaranya yang selalu keras dan bening.Baraka sempat tertawa dalam gumam. "Lucu sekali nama jurus itu.""Jangan menertawakan. Kalau kau tahu kehebatan jurus itu kau akan terbengong-bengong!""Apa kehebatannya?""Pukulan 'Malaikat Rela' dapat merobohkan delapan pohon dalam satu kali hentakan. Jika dilepaskan kepada lawanmu, dia akan tumbang setelah bernapas tiga kali. Percayalah, jurus itu tak ada yang memiliki kecuali diriku. Maka carilah pakaianku dan kau akan kuajarkan jurus te
"Ahg...!" Dampu Sabang tersentak dan diam seketika dengan tangan masih mau disentakkan. Lama sekali dia tak bergerak. Kelana Cinta dan Raja Hantu Malam sempat merasa heran melihat Dampu Sabang bagaikan menjadi patung. Tetapi ketika angin berhembus kencang, mereka terkejut melihat tubuh Dampu Sabang berhamburan ke mana-mana. Rupanya pada saat itu Dampu Sabang sudah tak bernyawa lagi. Pisau-pisau kecil itu telah membuat Dampu Sabang berubah menjadi debu yang masih saling bergumpalan. Itulah kehebatan dan kedahsyatan jurus 'Manggala' milik Pendekar Kera Sakti, pemberian dari Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi, calon mertuanya itu.Dengan terbunuhnya tubuh Dampu Sabang, maka persoalan Raja Hantu Malam palsu pun terselesaikan. Ki Randu Papak segera ditolong olah Baraka menggunakan hawa ‘Kristal Bening’-nya, dan Baraka meminta maaf kepada tokoh tua yang bijak itu. Sedangkan Ratu Asmaradani tubuhnya menjadi pulih seperti sediakala, terbebas dari pengaruh 'Racun Siluman' yang ju
Praaak...! Terdengar seperti suara cermin pecah. Lalu sinar biru itu menghantam tubuh Raja Hantu Malam.Zruub! Tepat mengenai iga kanan Raja Hantu Malam."Aaahhhg...!" Raja Hantu Malam mengejang dengan kepala terdongak dan kedua kakinya menekuk ke depan. Sekujur tubuhnya berasap, warna kulitnya menjadi merah retak-retak.Baraka terbelalak melihat keadaan Raja Hantu Malam. Lukanya sangat parah, tapi agaknya ia bertahan untuk tetap lakukan serangan ke arah Dampu Sabang. Tapi serangannya sangat lunak dan mudah dihindari Dampu Sabang yang tertawa terbahak-bahak kegirangan. Baraka dalam kebimbangan. Mau menolong, tapi yang ditolong adalah yang menjadi musuhnya dan ingin dibinasakan jika tak mau tawarkan racun yang mengenal Ratu Asmaradani. Jika ia tidak menolong, ia tak tega melihat orang yang pernah dikagumi itu menderita siksaan begitu keji.Dalam keadaan bimbang itu, tiba-tiba Baraka dikejutkan oleh gerakan halus yang datang dari arah belakangnya. Baraka ce
Rupanya Ki Randu Papak berlari menuju arah datangnya sinar merah yang meletup di angkasa tadi. Tetapi gerakannya mampu dipatahkan oleh Baraka yang tahu-tahu menghadang langkahnya.Jleeg...!"Mau lari ke mana kau, Raja Hantu Malam!" tegur Baraka tak ramah lagi."Baraka, minggirlah dulu. Aku punya urusan dengan seseorang! Setelah kuselesaikan urusanku ini, kita bicara lagi mencari kebenaran fitnah itu!""Tak kubiarkan kau lari tinggalkan tanggung jawabmu. Raja Hantu Malam!""Jangan paksa aku melukaimu, Baraka!""Tidak. Aku hanya ingin paksa dirimu mengobati Ratu Asmaradani yang terkena 'Racun Siluman' itu!""Itu bukan tanggung jawabku, Baraka! Aku tidak melakukannya!" sentak Ki Randu Papak. "Tapi kalau kau ingin aku membantumu, aku sanggup membantumu. Tapi nanti, setelah kuselesaikan urusanku dengan Dampu Sabang!""Sekarang juga kau harus lakukan penyembuhan terhadap Ratu Asmaradani!""Tidak bisa! Aku sudah punya janji unt
Perubahan wajah yang ada pada Ki Randu Papak tampak jelas sebagai ungkapan rasa kaget, namun juga rasa tidak percaya. Baraka sengaja diam untuk menunggu kata-kata dari sang kakek itu."Apa maksudmu dengan mengatakan aku menipumu, Pendekar Kera Sakti? Kata-katamu menyimpang dari watak kependekaranmu yang harus bicara jujur.""Aku bicara yang sebenarnya, Ki Randu Papak. Kau boleh buktikan sendiri ke Lembah Sunyi. Hanya ada dua murid yang selamat dari pembantaian sadis itu, karena mereka sedang diutus ke pesisir selatan.""Sepertinya kau bicara mengigau. Tapi baiklah, kucoba untuk mempercayai kata-katamu. Lalu, bagaimana dengan Resi Wulung Gading sendiri? Apakah dia ikut menjadi korban?"Baraka menggeleng berkesan dingin, "Resi Wulung Gading bertapa di Gua Getah Tumbal. Mungkin sampai sekarang belum mengetahuinya.""Kalau begitu aku harus ke Gua Getah Tumbal untuk memberitahukan hal itu kepada Resi Wulung Gading!" tegas Ki Randu Papak.Tiba-tib
Blaaar...!Sinar hijau itu pecah menjadi lebar, lalu padam seketika. Tubuh Siluman Selaksa Nyawa terpelanting dalam keadaan mengepulkan asap. Kerudung kain hitamnya hangus sebagian. Mulutnya keluarkan darah kental. Matanya menjadi merah bagai digenangi cairan darah. Tongkat El Mautnya menjadi putih bagaikan dilapisi busa-busa salju."Keparat!" gumamnya lirih, lalu ia sentakkan kaki dan lari tinggalkan tempat itu secepatnya. Baraka pun bergegas mengejar, tetapi Sumbaruni segera berseru, "Biar kubereskan dia!" dan perempuan cantik itu segera melesat dengan cepat mengejar Siluman Selaksa Nyawa. Sedangkan Baraka segera berpaling ke belakang untuk melihat siapa orang yang telah selamatkan jiwanya dari serangan lima larik sinar hijau tadi."Oh, kau...!" Baraka terkejut bukan kepalang.Ternyata orang yang melepaskan sinar merah berbentuk lingkaran tadi adalah Raja Hantu Malam, alias Ki Randu Papak."Kau terlambat sedikit, Baraka! Sinar hijau itu harus dib
Bukit itu tidak terlalu tinggi. Tanamannya tidak begitu rimbun. Bagian puncak bukit termasuk datar dan mempunyai tempat yang enak untuk sebuah pertarungan. Rimbunan semaknya tumbuh secara berkelompokkelompok. Dan di salah satu rimbunan semak berdaun lebar itulah Baraka bersembunyi mengintai sebuah pertarungan. Ternyata pertarungan itu adalah pertarungan yang tidak disangka-sangka oleh Baraka. Bukan pertarungan Raja Hantu Malam melawan Dampu Sabang, melainkan pertarungan antara Sumbaruni dengan orang berkerudung kain hitam dan membawa senjata tombak El Maut yang ujungnya mirip sabit.Orang itu adalah tokoh sesat yang diburu-buru oleh Pendekar Kera Sakti selama ini. Dia tak lain adalah Siluman Selaksa Nyawa, yang mempunyai wajah pucat dan dingin.Tentu saja Pendekar Kera Sakti terkejut sekali melihat tokoh sesat itu muncul di bukit tersebut dan lakukan pertarungan dengan Sumbaruni. Apa persoalan mereka, Baraka tidak tahu secara pasti. Tetapi sebagai orang yang sudah bebe
"Jadi... selama ini kaulah yang memberi kabar tentang pemuda-pemuda yang akan diculiknya?""Ya. Karena itu syarat untuk menjadi muridnya.""Kau salah, Sundari. Kau tidak boleh membantu pihak yang sesat seperti Nyai Sedah itu.""Tapi aku ingin memiliki ilmu seperti yang dimilikinya!""Ada jalan lain, tanpa harus membantunya melakukan kejahatan."Sundari kian menangis di sela malam bercahaya rembulan. Baraka mencoba memahami jalan pikiran lugu gadis desa itu. Akhirnya ia bertanya, "Lalu mengapa kau tadi mau dibunuhnya?""Sejak kemarin ia mencarimu, tapi aku tak mau kasih tahu di mana dirimu! Aku takut kau dijadikan korban seperti pemuda lainnya. Lalu, malam ini ia mendesakku lagi, tapi tidak percaya kalau kukatakan bahwa kau ke puncak. Rupanya dia bermaksud serahkan dirimu kepada suaminya, yang juga sebagai gurunya, ia merelakan diperistri oleh suaminya itu hanya untuk dapatkan ilmu-ilmu sakti seperti yang dimilikinya sekarang ini. Tapi menuru
"Dia ke puncak! Carilah di puncak sana!" jawab Sundari dengan rasa marah yang tak mampu dilampiaskan. Tangisnya kian terdengar jelas dari tempat Baraka bersembunyi di atas pohon."Tidak mungkin, Sundari! Aku bukan orang bodoh yang bisa kau bohongi! Kau ingin menjebakku di puncak sana, bukan!""Ttt... tidak!""Kau bohong! Aku jadi muak padamu!"Sreeet...!Orang berkerudung hitam itu mencabut pisau sepanjang dua jengkal dari balik baju hitamnya. Pisau itu hendak ditikamkan ke dada Sundari. Tapi Baraka segera lepaskan pukulan 'Jari Guntur'-nya lewat sentilan tangan.Taaas...!Tenaga dalam yang dilepaskan lewat sentilan tangannya itu tepat kenai pelipis orang berpakaian hitam.Dees...!Orang itu pun tersentak dan terpelanting ke samping bagaikan terkena tendangan kuda binal. Ia berguling-guling tiga kali, lalu cepat ambil sikap berdiri lagi.Wuuut...! Jleeg...!Baraka turun dari atas pohon langsung berhadapan d