Share

910. Part 4

last update Last Updated: 2025-01-13 01:04:55

Dari arah utara muncul Pendekar Kera Sakti yang berlari-lari dengan sangat tergesa-gesa. Arah pandangan mata Baraka tertuju ke alun-alun. Ia melihat pertarungan Ki Bwana Sekarat dengan nenek aneh itu.

Namun ketika ia hendak menghampiri Ki Bwana Sekarat untuk membantu menggempur nenek aneh itu, tiba-tiba sebuah suara memanggilnya, "Baraka...! Baraka...!"

Bingung juga Baraka mencari arah datangnya suara itu. Ia berpaling ke sana-sini sampai akhirnya Ratna Pamegat keluar dari kolong balai dan berseru dengan suara tertahan, "Baraka...!"

"Ratna...!" Pendekar Kera Sakti terpekik kaget ketika melihat Ratna Pamegat sudah menjadi manusia berbadan anjing cokiat. Cepat-cepat Baraka menghampirinya dengan mata tegang.

"Ratna, apa yang terjadi?"

"Nenek itu telah mengutukku menjadi seekor anjing!"

"Edan!" geram Baraka antara terharu dan marah melihat keadaan Ratna Pamegat seperti itu. Giginya menggeletuk dan tangannya menggenggam kuat-kuat.

"Aku men

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   911. Part 5

    "Ya, ya... aku menjadi tua, tapi... tapi tetap kelihatan manis dan menawan tentunya! Hik hik hik...!"Ki Bwana Sekarat berbisik dari belakang Baraka, "Lekas kenakan penutup matamu, Baraka. Dia bisa lepaskan kutuk sewaktu-waktu!"Baraka segera sadar, bahwa ia telah terpancing omongan sehingga lupa menutup matanya. Maka, cepat-cepat Baraka menutup mata dengan kain ikat kepala itu."Heiii... mengapa pakai tutup mata segala? Aku tidak akan lari bersembunyi, sebab kita tidak sedang main petak umpet, Baraka!" kata Ratu Teluh Bumi alias Ajeng Prawesti itu."Bersiaplah, Ajeng Prawesti! Lepaskan seluruh dendammu padaku, biar tak lagi membawa korban bagi orang lain!" ucap Baraka dengan keras dan tegas.Dalam hatinya sempat membatin, "Agaknya pedang berkaratnya cukup berbahaya! Apakah aku harus menggunakan Pedang Raja Dedemitku, atau pedang itu harus kulenyapkan dulu...!"Baraka menimbang-nimbang mana yang lebih baik, lalu ;Plak…! Paha k

    Last Updated : 2025-01-13
  • Pendekar Kera Sakti   912. Part 6

    "Ajeng Prawesti, tidakkah kau ingin bertobat dalam keadaan seperti ini"' kata Baraka yang sudah mengendurkan kemarahannya, bahkan berubah menjadi iba melihat nenek setua itu mau mati."Bertobat.,,! Oh, aku lupa caranya bertobat! Jadi sebaiknya, persiapkan dirimu sebaik mungkin untuk pertarungan kita nanti, sementara itu... aku di sana juga mau cari guru yang lebih hebat lagi!"Tiba-tiba terdengar suara serigala melolong,"Aaauuuu...!"Semua mata memandang ke arah seekor serigala yang lari menuju alun-alun sambil ditunggangi bocah kecil yang tak lain adalah Ratu Kemukus. Serigala dan Ratu Kemukus hadir di situ dan ingin melihat kematian nenek iblis itu. Antara Ratu Kemukus dan Ratna Pamegat sama-sama terkejut dan saling menampakkan kesedihan melihat wujud masing-masing. Tapi kejap berikutnya, mereka kembali memandangi nenek kejam yang sedang sekarat itu."Ajeng," kata Baraka. "Mengapa kau bisa setua ini? Apa yang telah terjadi pada dirimu, Ajeng?"

    Last Updated : 2025-01-13
  • Pendekar Kera Sakti   913. Part 7

    GEDUNG tua di kaki bukit yang dulu dikenal sebagai Rumah Busuk, sekarang sudah mulai ramai dikunjungi orang. Dulu, Pendekar Kera Sakti pernah menyembunyikan seorang putri Kaisar Cina yang bernama Bunga Bernyawa di Rumah Busuk itu. Tapi keadaannya masih sangat sepi, tak ada yang berani datang ke gedung itu karena dikenal cukup angker. Hanya Baraka dan Bunga Bernyawa yang berani bermalam di Rumah Busuk itu, walaupun mengalami beberapa kejadian aneh. Namun rumah berbau bangkai itu pernah menyelamatkan Bunga Bernyawa dari kejaran orang-orangnya Laksamana Cho Yung. Di rumah itu pula, Baraka dan Bunga Bernyawa pernah merajut asmara.Rumah kuno yang berukuran besar dan punya beberapa kamar itu sekarang dikuasai oleh tokoh tua yang namanya cukup dikenal di rimba persilatan, yaitu Brahmana Gada. Laki-laki berusia sekitar enam puluh tahun kurang sedikit itu, semasa mudanya dikenal sebagai jawara upah alias pembunuh bayaran. Siapa pun sasaran orang yang harus dibunuh, tak pernah lepas d

    Last Updated : 2025-01-13
  • Pendekar Kera Sakti   914. Part 8

    Begitulah Luhito jika memperkenalkan para peserta yang akan bertarung di arena. Luhito pandai membawakan masa perkenalan peserta sehingga tiap peserta yang mendengar namanya disebutkan dan dibangga-banggakan, merasa bertambah semangat tarungnya. Luhito segera pergi sebentar setelah selesai mengumumkan nama-nama mereka.Sampai tiba waktunya, Brahmana Gada siap di tempat duduknya, didampingi dua perempuan cantik di kanan-kirinya. Maka Luhito pun segera membuka acara di Arena pertarungan itu dengan berseru, "Pertarungan pertama akan dibuka oleh Umbara Yodya....""Wooouww..!" para penonton bersorak, khususnya yang menjagokan Umbara Yodya."Umbara Yodya melawan Wisnu Rangka..!" tambah Luhito yang membuat sorak-sorai dan tepuk tangan penonton makin riuh. Terlebih setelah keduanya masuk ke arena dengan acungkan kedua tangan yang mengepal. Penonton menyambutnya dengan semakin bersemangat.Umbara Yodya mengenakan pakaian hijau dengan senjata golok lengkung berukur

    Last Updated : 2025-01-13
  • Pendekar Kera Sakti   915. Part 9

    "Tidak ada! Semuanya lelaki. Memangnya kenapa?""Aku paling malas kalau harus bertarung melawan perempuan, seperti beberapa waktu yang lalu!"Kembali Jenarpati memperdengarkan tawanya yang terkekeh pelan. Tiba-tiba terdengar suara Luhito berseru, "Para hadirin, para tamu terhormat, dan para sahabat sekalian.. Pertarungan berikutnya adalah Umbara Yodya, yang sudah memenangkan pertarungan hari ini empat kali, melawan Sangkakala..!"Prok prok prok prok..!Tepuk tangan dan soraksorai mereka masih bersemangat. Umbara Yodya tampil kembali. Sudah empat kali ia menjatuhkan lawannya, tapi masih tetap kelihatan tangguh dan segar. Kemunculan Umbara Yodya disusul dengan kemunculan orang bertubuh kurus kering, tanpa baju sehingga terlihat tulang dan kulit tipisnya. Orang ini berambut panjang sepundak, tipis dan terurai lepas. Celananya kuning, tulang iganya kelihatan jelas sekali, lengannya kurus bagaikan tulang dibungkus kulit, wajahnya pun tak sedap dipandang mata.

    Last Updated : 2025-01-13
  • Pendekar Kera Sakti   916. Part 10

    "Ini bukan angin badai sewajarnya!" kata gadis itu dalam hati. "Pasti ada seseorang yang mengirimkan badai berdebu ini padaku!"Tali kekang kuda di katkan pada dahan pohon yang rendah itu. Pada saat demikian, hembusan badai mulai reda sedikit, tapi debu-debu masih beterbangan. Kemudian sang gadis pun berlindung di belakang pohon berbatang besar itu. Ia berdiri dalam lindungan batang pohon sambil merapatkan badan ke batang tersebut. Angin berhembus menerpa batang pohon itu, dan tubuh si gadis selamat dari hembusan berdebu. Hanya taburan debu yang mengenai batang pohon masih sempat memercik ke tubuhnya. Tapi kulit tubuh tidak terasa seperih tadi, sebab debu-debu itu tidak langsung mengenai tubuhnya.Tiba-tiba seberkas sinar, melesat dari atas pohon seberang. Sinar itu berpijar-pijar dan menghantam pohon pelindung si gadis.Darrr..! Pohon pun tembus berlubang, sinar merah itu melesat keluar dari dalam pohon itu tepat di samping leher atas pundak si gadis.We

    Last Updated : 2025-01-13
  • Pendekar Kera Sakti   917. Part 11

    "Ya. Aku tahu. Hanya kau yang mewarisi ilmu kakekmu, sedangkan adikmu si Abiyasa itu justru berguru kepada si Kalong Tua! Tentunya Abiyasa tahu bahwa ilmu kakekmu tidak seberapa, sehingga Abiyasa memilih mencari guru lain! Jangan kau pikir aku takut kepadamu walau kamu sudah warisi ilmu kakekmu! Dulu memang aku tidak sanggup melawan ilmu kakekmu, tapi setelah sekian lama aku menghimpun kekuatan sendiri, sekarang aku merasa sanggup menungging-balikkan si monyet Patok Sewu itu!"Ucapan itu membuat Yayi merah telinganya. Pedang yang sudah dihunus dari sarungnya sejak tadi semakin kuat digenggam dengan tangan kanan. Gadis cantik itu masih menahan diri untuk tidak menyerang lebih dulu, dan ia berkata ketus, "Demi membela kehormatan kakekku yang sudah tiada, aku pun sanggup membuatmu merangkak-rangkak pulang ke kandangmu, Nyai Gayung Demit!""Jangan bicara begitu, nanti nyawamu lenyap dengan cepat! Padahal aku ingin membunuhmu secara perlahan-lahan, Yayi!""Kau tak ak

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pendekar Kera Sakti   918. Part 12

    Lalu, tiba-tiba gayung yang sudah diangkat mau dihantamkan ke tubuh pemuda itu segera diturunkan. Ia menarik napas dan menghempaskannya sambil memandang Yayi, lalu berkata penuh kegeraman, "Rasa-rasanya memang harus kutunda dulu niatku membunuhmu, Yayi! Aku tak mau orang-orang istana mengetahui bahwa kematianmu adalah akibat ulahku. Tapi ingat, suatu saat aku akan datang lagi menjemput nyawamu, Cah Ayu..! Hiaaah...!"Nyai Gayung Demit melompat dalam satu sentakan ringan. Tubuhnya terangkat naik bagaikan terbang lurus, kemudian hinggap di dahan. Setelah itu ia melompat dari dahan ke dahan, berlari meninggalkan tempat itu. Dalam waktu cepat ia telah menghilang dari pandangan mata gadis cantik itu."Aneh! Dengan gertakan ku saja dia mau pergi cepatnya. Ada apa sebenarnya? Kurasa dia pergi bukan karena gertakanku tadi!" kata Yayi dalam hati.Pemuda itu menggeliat pelan dan berusaha untuk bangkit. Yayi hanya memandanginya dengan mata tak berkedip dan dahi berkerut ta

    Last Updated : 2025-01-14

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1167. Part 2

    Jleeg...!"Untung aku cepat pejamkan mata," katanya dalam hati. "Kalau tidak segera pejamkan mata, bisa buta mataku terkena sinar merah itu. Aku tahu letak kekuatan kipasnya itu. Aku tahu bagaimana cara mengatasinya. Kalau saja saat ini Cambuk Getar Bumi ada di tanganku, pasti tubuh si Muka Besi akan terbelah menjadi beberapa potong."Kipas Racun Peri gagal kenai lawan. Si Muka Besi kian penasaran, menggeram penuh kejengkelan. Kipasnya kini dalam keadaan terkatup, menjadi benda mirip tongkat yang panjangnya dua jengkel. Mata si Muka Besi menatap tajam pada lawannya. Suaranya pun terdengar penuh kejengkelan."Mengapa kau menghindari kalau kau anggap Kipas Racun Peri ini hanya kipas biasa, Setan Samudera! Kalau kau memang punya ilmu lebih tinggi dariku dan mampu menumbangkan aku, hadapilah kipas mautku ini!"Wuuutt...!Tiba-tiba kipas itu disentakkan ke depan, lurus dan kuat. Dari ujung kipas keluar selarik sinar sejengkal panjangnya. Sinar itu meles

  • Pendekar Kera Sakti   1166. BENCANA SANG PENDEKAR

    LERENG perbukitan yang terjal menjadi ajang pertarungan. Dua tokoh sakti berusia enam puluh ke atas saling beradu kekuatan ilmu mereka. Entah sudah berapa lama pertarungan itu berlangsung, yang jelas sudah banyak pohon yang tumbang dan bongkahan batu pun berhamburan karena menjadi korban salah sasaran jurus-jurus mereka. Dua tokoh sakti itu sama-sama kenakan jubah berlengan panjang, yang satu berwarna merah, yang satu berwarna abu-abu. Tokoh tua yang mengenakan jubah abu-abu dalam keadaan menderita luka dalam. Sebuah pukulan telapak tangan telah menghantam dadanya dan tokoh berjubah abu-abu itu memuntahkan darah dari mulutnya. Tapi ia masih sanggup bertahan, terbukti ia masih lakukan serangan yang tak kalah hebat dari serangan lawannya.Si jubah merah dibuat terdesak ketika si jubah abuabu lepaskan pukulan bersinar ke arah pohon. Sinar kuning itu melesat menghantam pohon sampingnya. Tapi gerakan sinar memantul kepohon belakang si jubah merah, dan sinar itu memantul lagi mengh

  • Pendekar Kera Sakti   1165. Part 21

    "Kuhitung sampai tiga kali kalau kau tak serahkan cambuk itu, kau akan kukirim ke neraka secepatnya!" gertak si baju hijau."Berhitunglah sampai seribu kali, aku tetap tak akan serahkan cambuk itu, karena aku memang tidak tahu menahu tentang cambuk tersebut!" kata Baraka."Bangsat! Heaah...!" si baju biru menyerang dengan jurus tangan kosong yang melepaskan selarik sinar merah lurus ke dada Baraka.Pendekar Kera Sakti tak menyangka orang itu yang akan menyerangnya, ia segera melompat ke atas, suutt...!Menghindari sinar merah itu. Tetapi ujung suling mustikanya terkena sinar merah yang segera membalik arah, membias ke samping dan sinar itu bergerak lebih cepat serta lebih besar, menghantam dada si baju hijau dengan telaknya.Blaarr...! Asap hitam mengepul tebal. Membungkus orang berkumis tebal yang tidak menduga akan terkena serangan balik dari sinar merah milik temannya. Di dalam asap tebal itu terdengar suara mirip pohon rubuh.Bruugk...!

  • Pendekar Kera Sakti   1164. Part 20

    Wuuuttt...! Seettt...! Tab!Sebuah pisau bergagang hias bulu merah ditangkap oleh gerakan cepat tangan Baraka. Pisau terbang itu terselip di sela jari Baraka dan dijepitnya kuat-kuat. Mata Pendekar Kera Sakti segera menatap semak-semak yang dicurigainya. Maka, dengan gerakan cepat Baraka melemparkan pisau itu ke arah semak-semak sambil merendahkan badan.Wuuuttt...! Zlaappp...!Gusrak...!"Aauh...!" suara orang terpekik terdengar jelas dari semak-semak itu. Kejap berikutnya muncullah seraut wajah lelaki berusia sekitar empat puluh tahun dengan seringai kesakitan, ia melangkah dengan sempoyongan. Rupanya betis orang itu terkena lemparan pisau dari Pendekar Kera Sakti tadi. Orang berpakaian biru tua itu memaki dalam gerutuan. Matanya memandang tajam penuh kemarahan, ia berusaha mencabut pisau terbang yang dikembalikan Baraka dengan seringai sakit yang membuat wajahnya bagaikan terkumpul di tengah hidung.Sleeb...! Pisau berhasil dicabut. Ketika ingin

  • Pendekar Kera Sakti   1163. Part 19

    Sedangkan lelaki yang jatuh dari atas pohon itu berkata dalam hati, "Berapa ketinggian tempatku jatuh ini? Mengapa tulang punggungku jadi seperti patah begini? Ternyata sangat tak enak jatuh dalam keadaan telentang. Lain kali aku harus punya cara jatuh yang nyaman!"Baraka menghampiri lelaki berusia sekitar tiga puluh lima tahun yang berpakaian serba hitam tapi mengenakan ikat kepala merah itu. Busur panahnya patah karena tertindih badannya. Sisa anak panah di punggung menjadi berantakan, dua batang anak panah ada yang patah juga. Pendekar Kera Sakti segera mencengkeram baju orang itu dan menariknya ke atas, sehingga orang itu menjadi berdiri dengan sangat terpaksa."Kembalikan pakaian gadis itu, atau kutenggelamkan kau ke dasar telaga!" ancam Baraka dengan tegas."Ak... aku... aku tidak mencuri pakaiannya!" kata orang tersebut. "Lalu mengapa kau mau membunuh gadis itu dengan panahmu?""Ak... aku... aku hanya disuruh!""Siapa yang menyuruhmu!"

  • Pendekar Kera Sakti   1162. Part 18

    "Kalau kau membentak-bentakku, sebaiknya aku pergi saja dan silakan cari pakaianmu sendiri!" Baraka berpura-pura ingin pergi."Tunggu!" teriak gadis itu. "Baiklah, aku tidak membentakmu lagi," suaranya mereda. "Tolonglah, carikan pakaianku, nanti kuberi upah.""Apa upahnya?""Akan kuajarkan padamu sebuah jurus yang jarang dimiliki orang."Senyum Pendekar Kera Sakti melebar. "Jurus apa itu?""Jurus pukulan 'Malaikat Rela'," jawab gadis itu dengan suaranya yang selalu keras dan bening.Baraka sempat tertawa dalam gumam. "Lucu sekali nama jurus itu.""Jangan menertawakan. Kalau kau tahu kehebatan jurus itu kau akan terbengong-bengong!""Apa kehebatannya?""Pukulan 'Malaikat Rela' dapat merobohkan delapan pohon dalam satu kali hentakan. Jika dilepaskan kepada lawanmu, dia akan tumbang setelah bernapas tiga kali. Percayalah, jurus itu tak ada yang memiliki kecuali diriku. Maka carilah pakaianku dan kau akan kuajarkan jurus te

  • Pendekar Kera Sakti   1161. Part 17

    "Ahg...!" Dampu Sabang tersentak dan diam seketika dengan tangan masih mau disentakkan. Lama sekali dia tak bergerak. Kelana Cinta dan Raja Hantu Malam sempat merasa heran melihat Dampu Sabang bagaikan menjadi patung. Tetapi ketika angin berhembus kencang, mereka terkejut melihat tubuh Dampu Sabang berhamburan ke mana-mana. Rupanya pada saat itu Dampu Sabang sudah tak bernyawa lagi. Pisau-pisau kecil itu telah membuat Dampu Sabang berubah menjadi debu yang masih saling bergumpalan. Itulah kehebatan dan kedahsyatan jurus 'Manggala' milik Pendekar Kera Sakti, pemberian dari Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi, calon mertuanya itu.Dengan terbunuhnya tubuh Dampu Sabang, maka persoalan Raja Hantu Malam palsu pun terselesaikan. Ki Randu Papak segera ditolong olah Baraka menggunakan hawa ‘Kristal Bening’-nya, dan Baraka meminta maaf kepada tokoh tua yang bijak itu. Sedangkan Ratu Asmaradani tubuhnya menjadi pulih seperti sediakala, terbebas dari pengaruh 'Racun Siluman' yang ju

  • Pendekar Kera Sakti   1160. Part 16

    Praaak...! Terdengar seperti suara cermin pecah. Lalu sinar biru itu menghantam tubuh Raja Hantu Malam.Zruub! Tepat mengenai iga kanan Raja Hantu Malam."Aaahhhg...!" Raja Hantu Malam mengejang dengan kepala terdongak dan kedua kakinya menekuk ke depan. Sekujur tubuhnya berasap, warna kulitnya menjadi merah retak-retak.Baraka terbelalak melihat keadaan Raja Hantu Malam. Lukanya sangat parah, tapi agaknya ia bertahan untuk tetap lakukan serangan ke arah Dampu Sabang. Tapi serangannya sangat lunak dan mudah dihindari Dampu Sabang yang tertawa terbahak-bahak kegirangan. Baraka dalam kebimbangan. Mau menolong, tapi yang ditolong adalah yang menjadi musuhnya dan ingin dibinasakan jika tak mau tawarkan racun yang mengenal Ratu Asmaradani. Jika ia tidak menolong, ia tak tega melihat orang yang pernah dikagumi itu menderita siksaan begitu keji.Dalam keadaan bimbang itu, tiba-tiba Baraka dikejutkan oleh gerakan halus yang datang dari arah belakangnya. Baraka ce

  • Pendekar Kera Sakti   1159. Part 15

    Rupanya Ki Randu Papak berlari menuju arah datangnya sinar merah yang meletup di angkasa tadi. Tetapi gerakannya mampu dipatahkan oleh Baraka yang tahu-tahu menghadang langkahnya.Jleeg...!"Mau lari ke mana kau, Raja Hantu Malam!" tegur Baraka tak ramah lagi."Baraka, minggirlah dulu. Aku punya urusan dengan seseorang! Setelah kuselesaikan urusanku ini, kita bicara lagi mencari kebenaran fitnah itu!""Tak kubiarkan kau lari tinggalkan tanggung jawabmu. Raja Hantu Malam!""Jangan paksa aku melukaimu, Baraka!""Tidak. Aku hanya ingin paksa dirimu mengobati Ratu Asmaradani yang terkena 'Racun Siluman' itu!""Itu bukan tanggung jawabku, Baraka! Aku tidak melakukannya!" sentak Ki Randu Papak. "Tapi kalau kau ingin aku membantumu, aku sanggup membantumu. Tapi nanti, setelah kuselesaikan urusanku dengan Dampu Sabang!""Sekarang juga kau harus lakukan penyembuhan terhadap Ratu Asmaradani!""Tidak bisa! Aku sudah punya janji unt

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status