Share

787. Part 18

last update Last Updated: 2024-12-19 01:02:50

Ia tepuk dadanya sendiri, sombongkan diri. Dari ucapannya itu Baraka tahu bahwa si kepala botak itu bernama Pawang Jenazah. Jelas itu hanya nama julukan saja. Siapa nama aslinya, Pendekar Kera Sakti tak berminat untuk mengetahuinya. Baraka hanya berkata, "Aku tak bermaksud menundukkan kamu, Pawang Jenazah! Aku hanya menahan seranganmu dan mengembalikannya, karena aku bukan orang bersalah!"

"Kau memang tidak bersalah, tapi juraganmu itu manusia yang penuh dengan kesalahan!"

"Aku tidak punya juragan! Aku juga tidak punya pimpinan!"

"Kau mau mengelak karena takut berhadapan denganku! Kau mau pungkiri diri dan mengaku bukan anak buahnya Laksamana Cho!"

"Memang bukan! Kau salah sangka, Pawang Jenazah!"

"Mataku belum bolong, Cecunguk! Kulihat kau tadi berunding dengan Perwira Loyang!"

"Aku tidak kenal dengan Perwira Loyang!" sanggah Pendekar Kera Sakti dengan tetap kalem. "Kalau yang kau maksud Perwira Loyang adalah orang berkuda yang tadi berada

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   788. Part 19

    Cahaya merah melesat dari kedua telapak tangan Pawang Jenazah. Cahaya itu berbentuk seperti uang logam yang menyala-nyala dan bergerak cepat ke arah Baraka. Oleh Pendekar Kera Sakti cahaya itu dapat dihindari dengan satu sentakan kaki secara pelan ke tanah dan tubuhnya terangkat melesat ke atas dan berjungkir balik satu kali di udara. Cahaya merah itu akhirnya menghantam pohon yang jauh di belakang Baraka.Duarr...! Duarr...!Pohon itu pecah bagai disambar petir. Pawang Jenazah menggerakkan tangannya dengan cepat, wut wut wut...!Dua jari tahu-tahu sudah ada di dahinya. Dua jari yang ada di dahi itu disentakkan ke depan dan melesatlah sinar merah kecil seperti ranting panjang yang menuju ke arah tubuh gadis pingsan itu."Celaka! Dia mau menghancurkan gadis itu!" pikir Baraka.Maka, dengan cepat Baraka lompatkan diri menghadang sinar merah itu di samping tubuh gadis yang terbaring. Baraka berguling sambil hadangkan Serulingnya. Sinar merah seperti r

    Last Updated : 2024-12-19
  • Pendekar Kera Sakti   789. Part 20

    Ruangan itu menjadi terang, tapi tetap tak bisa terlihat dari luar rumah cahaya terangnya itu. "Siapa penghuni kamar ini?" pikir Pendekar Kera Sakti sambil melangkah memeriksa seluruh ruangan Rumah Busuk itu. "Tak mungkin kamar itu bersih dengan sendirinya jika tidak ada penghuninya! Pasti ada orang yang bersembunyi di kamar itu, entah sudah berapa lama! Apa yang dilakukan orang itu selama bersembunyi di rumah yang terkesan angker ini, tak bisa kuterka. Tak ada tanda-tanda bekas makanan, berarti kamar itu tidak digunakan untuk makan. Tak ada tanda-tanda bekas gempuran, berarti kamar itu tidak dipakai untuk berlatih silat! Dan tak kucium bau wewangian, berarti tempat itu tidak dipakai untuk bermesraan! Lalu, ke mana orang yang menghuni kamar itu sekarang ini? Aku mau minta izin untuk menempatinya beberapa saat!"Berulang kali Baraka mengelilingi Rumah Busuk itu untuk mencari seseorang yang diduga menjadi penghuni kamar bersih itu, tapi ia tidak temukan apa-apa, kecuali seekor

    Last Updated : 2024-12-19
  • Pendekar Kera Sakti   790. Part 21

    Tapi tiba-tiba tubuh gadis itu bagaikan terbang, ia melesat ke arah Pendekar Kera Sakti dengan sentakan kedua tangannya pada dinding, ia memekik saat menyerang terbang, "Hiaaat...!"Sambil terbang, tangannya bergerak-gerak cepat memainkan jurus aneh yang sulit diikuti pandangan mata Pendekar Kera Sakti. Agaknya jurus itu cukup handal dan akan mencelakakan jiwa Pendekar Kera Sakti jika tidak segera menghindar. Maka, Pendekar Kera Sakti pun cepat menghindar dengan cara menggulingkan badan ke lantai dua kali.Wutt, wutt...!Gerakan terbang cepat itu tak mengenai sasarannya. Akibatnya, tubuh yang terbang itu membentur dinding yang tadinya dipunggungi oleh Baraka.Brukk...!"Auh...!" gadis itu memekik karena tubuhnya bagai dihajarkan pada dinding, ia jatuh setelah itu dan menyeringai kesakitan. Keningnya diusap-usap karena terasa sakit diadu dengan dinding.Pendekar Kera Sakti tertawa pelan melihat kejadian tersebut, ia dapat membayangkan alangka

    Last Updated : 2024-12-19
  • Pendekar Kera Sakti   791. TITISAN DEWA MAUT

    TIDAK SETEGA itu Pendekar Kera Sakti terhadap gadis bersumpit emas. Meninggalkan sendirian di Rumah Busuk merupakan tindakan yang tergolong keji, karena sama saja menyiksa hati yang dicekam perasaan takut terhadap hantu-hantu Rumah Busuk. Tetapi agaknya gadis itu bukan seorang yang mudah menyerah. Setelah ia dibebaskan totokannya oleh Pendekar Kera Sakti, ia kembali menyerang dengan berbagai jurus, ia tetap mencurigai Baraka sebagai komplotan Pawang Jenazah.Sampai pada kejap berikutnya, Pendekar Kera Sakti berhasil menangkap tangan gadis itu yang hendak memukulnya dari belakang. Tangan itu ditariknya hingga tak sengaja gadis itu telah memeluk Pendekar Kera Sakti.Baraka sengaja menjebaknya begitu, sehingga gadis berkulit putih itu menjadi merah wajahnya karena malu. Baraka menertawakannya, si gadis bertambah garang. Kemudian ia menyerang Pendekar Kera Sakti dengan pukulan bercahaya kuning lagi. Tetapi cahaya kuning itu memantul balik setelah ditangkis oleh Pendekar Ke

    Last Updated : 2024-12-20
  • Pendekar Kera Sakti   792. Part 2

    Gadis itu menarik napas dan penuhi rongga dadanya dengan udara. Kejap berikut itu lepaskan napas itu bagai ingin melegakan sesuatu yang mengganjal di dalam dadanya, ia lemparkan pandang matanya kepada Baraka beberapa saat lamanya, ia biarkan Pendekar Kera Sakti pun menatapnya dalam jarak tiga langkah dari tempatnya berdiri, kemudian ia merasa ada debaran kuat di dalam hatinya yang memaksa pandang matanya harus dilempar jauh-jauh, tak berani terlalu lama menatap sorot mata pemuda tampan itu.Kejap lanjutnya lagi, terdengar suaranya yang bening kecil dan berkesan manja itu ucapkan kata, "Namaku Bunga Bernyawa."Sekalipun hanya pendek saja ucapan tersebut, namun cukup membuat Pendekar Kera Sakti sunggingkan senyum kelegaan. Bahkan Baraka mengulang nama itu dengan perasaan kagum."Bunga Bernyawa. Hmmm... indah sekali nama itu. Tapi aku yakin itu nama julukan saja.""Ya. Ayahku yang menjuluki aku dengan nama Bunga Bernyawa!""Siapa ayahmu?""Kais

    Last Updated : 2024-12-20
  • Pendekar Kera Sakti   793. Part 3

    Terdengar gumam kecil dari mulut Pendekar Kera Sakti yang terkatup sejak mendengarkan penjelasan itu. Kemudian Pendekar Kera Sakti garuk-garuk kepalanya beberapa kali. Saat itu terdengar Bunga Bernyawa melanjutkah kata-kata, "Aku tak tega untuk menculik bayi itu, karenanya aku pulang bersama rombongan. Aku ingin ajukan alasan lain agar bukan aku yang ditugaskan menculik bayi tersebut. Tapi di tengah jalan, rombonganku diserang oleh orang-orang berkuda. Aku tertotok dari jarak jauh dan lumpuh sekujur tubuhku. Namun orang-orang berkuda itu bisa dibuat lari oleh anak buahku atau orang-orang yang ditugaskan mengawalku itu. Tapi mereka tak bisa melepaskan totokan yang membuatku lumpuh di dalam tandu. Sampai suatu saat kami melewati jalan dekat kuburan, dan mayat-mayat itu bangkit menyerang kami dengan liar. Aku masih bisa melihat pengawalku jatuh tunggang-langgang tak bernyawa lagi karena serangan mayat-mayat ganas itu. Tetapi tiba-tiba kepalaku terasa membentur sebuah benda keras, yang

    Last Updated : 2024-12-20
  • Pendekar Kera Sakti   794. Part 4

    Bunga Bernyawa sunggingkan senyum manisnya. Jantung Baraka menjadi berdetak kencang. Resah menjerat jiwa saat Bunga Bernyawa ucapkan kata, "Sayang sekali tak selamanya kau mau menjaga hatiku. O, ya... siapa namamu, Pendekar tampan?""Baraka...!""Oh, nama sederhana yang mudah diingat namun juga mudah dilupakan. Aku tak tahu harus pilih yang mana, mengingat atau melupakan?""Kusarankan untuk memilih melupakan saja! Biar hatimu tidak gelisah seperti malam ini!"Semburat merah wajah cantik itu. Seperti pencuri yang ketahuan sedang sembunyikan barang curiannya di balik baju. Bunga Bernyawa malu karena Pendekar Kera Sakti mengetahui kegelisahannya, tapi ia bersikap tetap sembunyi rasa.Bunga Bernyawa tersenyum. Cantik sekali. Darah muda Baraka kontan berdesir aneh. Ditatapnya wajah Bunga Bernyawa tanpa bosan. Bila hal ini terjadi beberapa waktu yang lalu. Sudah pasti, Baraka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Karena memang sudah watak Baraka untu

    Last Updated : 2024-12-20
  • Pendekar Kera Sakti   795. Part 5

    LIMA Orang berambut kepang satu panjang itu mengenakan topi persegi khas topi perwira pasukan Cina. Orang itu berkumis hitam, melengkung ke bawah bagai ingin memagari bibirnya. Jenggotnya pendek dan tipis. Usianya sekitar lima puluh tahun. Pakaiannya dari bahan sejenis satin berkilap warna biru muda dengan celana putih. Baju birunya itu berlengan panjang dengan lis merah mengkilap juga. Baju itu dirangkap dengan jubah tanpa lengan warna merah darah berhias sulaman benang emas bergambar naga bersayap. Siapa lagi orang berwajah keji dan berkesan galak itu jika bukan Laksamana Cho Yung, raja di atas kapal bertiang layar tiga itu.Matanya yang sipit itu memandang tajam kepada dua orang di hadapannya yang tundukan kepala dengan rasa takut dan hormat. Kedua orang itu adalah Perwira Loyang dan Jowala, si baju kuning yang saat bertemu dengan Baraka tak mau turun dari punggung kuda."Memalukan sekali! Seorang perwira kapal semegah ini tak becus mengalahkan bocah ingusan seperti

    Last Updated : 2024-12-21

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

  • Pendekar Kera Sakti   1036. Part 11

    Nyai Cungkil Nyawa terlempar dan jatuh di atas reruntuhan bekas dinding dua sisi. Ia terkulai di sana bagaikan jemuran basah. Tetapi kejap berikutnya ia bangkit dan berdiri di atas reruntuhan dinding yang masih tegak berdiri sebagian itu. Ia tampak segar dan tidak mengalami cedera sedikit pun. Tetapi Mandraloka kelihatannya mengalami luka yang cukup berbahaya. Kedua tangannya menjadi hitam, sebagian dada hitam, dan separo wajahnya juga menjadi hitam. Tubuhnya pun tergeletak di bawah pohon dalam keadaan berbaring.Pelan-pelan Mandraloka bangkit dengan berpegangan pada pohon, ia memandangi kedua tangannya, dadanya, sayang tak bisa melirik sebelah wajahnya, ia tidak terkejut, tidak pula merasakan sakit yang sampai merintih-rintih. Tapi ia melangkah dengan setapak demi setapak, gerakannya kaku dan sebentar-sebentar mau jatuh.Ia menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata beberapa kejap. Setelah itu, membuka mata sambil menghembuskan napas pelan tapi panjang. Pada waktu itu

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status