Share

758. Part 9

last update Last Updated: 2024-12-12 01:01:01

"Tua bangka! Tak perlu kau banyak bicara lagi, terimalah jurus pedang pembukaku ini! Hiaaat...!"

Wutt, wuttt...!

Pedang berkelebat dua kali, lalu kaki Panji Tampan disentakkan ke tanah dan melesat terbang tubuhnya ke arah Barong Geni. Pedangnya diarahkan lurus bagai hendak menusuk mata Barong Geni. Maka, Barong Geni pun cepat menghindarkan diri ke samping, dan saat itu pula ternyata pedang menebas ke samping.

Wungngng...!

Begitu cepat, begitu rapat hampir menyentuh telinga Barong Geni, sehingga angin pedang itu menimbulkan dengung yang memekakkan telinga. Barong Geni menggulingkan badan, kemudian kakinya menyentak ke atas dengan penuh gelombang tenaga dalam yang dilepaskan lewat telapak kaki itu.

Wusssh...! Crasss...!

Pedang Panji menebas mengenai sinar putih yang melesat dari telapak kaki itu. Benturan sinar pedang timbulkan letupan api yang memercik ke kaki Barong Geni sendiri. Kaki itu kepanasan dan Barong Geni cepat singkirkan kakinya da

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   759. Part 10

    "Jadi kau tak bisa kalahkan Intan Selaksa!""Bukan tak bisa, Dewi! Aku terpaksa melarikan diri karena Gincu Mayat ikut campur dalam urusan ini!""Gincu Mayat...!" Dewi Kelambu Darah agak terkesiap matanya, lalu menyipit benci. "Berani-beraninya dia ikut campur urusanmu? Apakah dia tak tahu bahwa kau calon suamiku?""Dia tahu persis! Bahkan dia tahu bahwa aku datang ke Kuil Swanalingga untuk mencari Pedang Guntur Biru! Mulutnya itu yang membuat Intan Selaksa jadi tahu tujuanku sebenarnya!"Menggeram mulut Dewi Kelambu Darah sambil geletakkan giginya, ia mengencangkan genggaman tangannya. Lalu ia bertanya, "Jadi, bagaimana dengan pedang pusaka itu? Kau belum berhasil mendapatkannya!""Untuk sekarang memang belum," jawab Barong Geni. "Tapi untuk waktu mendatang, Pedang Guntur Biru pasti akan kudapatkan dan kupersembahkan padamu, Kelambu Darah!""Ingat, kalau kau tak cepat memberikan pedang pusaka itu, berarti masa bulan madu kita tertunda lagi!

    Last Updated : 2024-12-12
  • Pendekar Kera Sakti   760. Part 11

    Dewi Kelambu Darah tertawa terkikik setelah Barong Geni pergi. Dalam hatinya, Kelambu Darah ucapkan kata, "Manusia bodoh! Sekalipun dia dapatkan pedang pusaka itu, siapa yang mau menjadi suaminya! Puih...! Tak sudi aku bergelut di atas ranjang dengannya! Menjijikkan! Tapi, untuk sementara ini aku harus mendorong semangatnya dan menjaganya dari belakang! Kuperlukan tenaganya untuk mencuri pedang pusaka itu! Siapa pun akan tahu jika terjadi heboh nanti, bahwa pusaka Pedang Guntur Biru dicuri oleh murid murtadnya Begawan Sangga Mega! Dunia akan mengecam dia! Dia akan diburu oleh banyak orang, sementara aku bisa melarikan diri dan tenggelam untuk beberapa saat! Setelah itu aku akan muncul sebagai ratu yang punya banyak rakyat, karena mereka tak ada yang tahu bahwa akulah otak pencurian pusaka Pedang Guntur Biru itu! Hi hi hi...!"Dewi Kelambu Darah cepat mengikuti kepergian Barong Geni. Tak disadarinya, Panji Tampan yang belum mati hanya dalam keadaan parah itu, telah mendengar s

    Last Updated : 2024-12-12
  • Pendekar Kera Sakti   761. Part 12

    Tetapi kali ini Intan Selaksa punya rasa atas pembelaan diri Gincu Mayat terhadap dirinya. Jika waktu tadi Gincu Mayat tak muncul, mungkin Intan Selaksa sudah tak bernyawa lagi dihantam habis oleh Barong Geni, orang yang sering menghalalkan cara demi mencapai kebutuhan pribadinya. Intan Selaksa merasa sangat beruntung dengan kedatangan Gincu Mayat itu.Bahkan setelah ia sembuhkan luka-lukanya dengan ramuan peninggalan mendiang gurunya, Intan Selaksa ucapkan kata kepada Gincu Mayat, "Pertolonganmu sangat berharga bagiku, karena tepat pada waktunya. Aku tak tahu harus membalas dengan cara bagaimana untuk menghargai pertolonganmu, Gincu Mayat!""Sudah kubilang tadi, aku hanya membalas hutangku kepadamu! Dengan begini, kita impas. Kita tak punya hutang nyawa lagi!""Kau begitu baik padaku, Gincu Mayat! Di tengah sepiku menunggu saat kepergianku tiba sebagai penjaga kuil ini, hanya kau teman yang sering mengisi kesunyian hati ini!""Mengapa tak cari teman pria

    Last Updated : 2024-12-12
  • Pendekar Kera Sakti   762. Part 13

    "Hi hi hi...! Kau memang murid yang patuh, Intan Selaksa, tapi kau juga murid yang bodoh! Kepatuhanmu itu memang berharga jika gurumu masih hidup. Tapi sekarang gurumu sudah wafat, kepatuhan itu tak perlu ada lagi! Justru gurumu itu sangat berharap kau bisa mengambil gagasan sendiri untuk bertindak tanpa diri beliau!""Gagasan...!" Intan Selaksa makin kerutkan dahi."Ya. Setiap orang berhak punya gagasan sendiri dalam bertindak!"Tiba-tiba Gincu Mayat sentakkan tangannya, mendorong tubuh Intan Selaksa dengan kuat. Intan Selaksa jatuh terjungkal ke tanah. Gincu Mayat berkelebat lompat ke kiri sambil tangannya menyambar sesuatu yang melayang cepat bagaikan anak panah.Wussst...! Tap...!"Hei, kenapa kau mendorongku sekasar itu, Gincu Mayat!" sentak Intan Selaksa. Gincu Mayat tidak menjawab. Matanya tajam memandang sekeliling halaman kuil, terutama di atas tembok pagar berbatu hitam itu.Kejap berikut, Gincu Mayat segera dekati Intan Selaksa da

    Last Updated : 2024-12-13
  • Pendekar Kera Sakti   763. Part 14

    Jika benar Sambar Jantung yang bikin ulah seperti ini, lantas apa maksudnya? Apa pula maksud Sambar Jantung dua kali melepaskan pisau beracun untuk membunuh Intan? Atau, jangan-jangan yang jadi sasaran adalah Gincu Mayat? Bukan Intan Selaksa? Rasa-rasanya sangat aneh sekali dan tak mudah dipercaya bahwa Eyang Sambar Jantung bermaksud membunuh Intan Selaksa. Rasa-rasanya tak pernah ada kesalahan yang dibuat Intan terhadap Sambar Jantung.Hembusan angin badai masih terasa kuat dan semakin besar saja. Di luar pagar kuil, jauh di sebelah barat sana, terdengar sebuah pohon yang tumbang dengan menimbulkan dentuman yang mengguncangkan tanah.Daun-daun kering yang gugur dari pohon hangus seketika itu sudah beterbangan keluar dari pagar kuil yang tingginya mencapai tiga atau empat tombak, dengan ketebalannya mencapai tiga jengkal atau setengah ukuran tombak.Bahkan sekarang angin badai aneh itu menghadirkan bintik-bintik putih seperti tepung. Bintik-bintik putih itu mene

    Last Updated : 2024-12-13
  • Pendekar Kera Sakti   764. Part 15

    Wuuttt...!Sinar itu terus memancar tiada putusnya, bergerak pelan menyusuri tepian pintu, sampai membentuk gerakan sesuai dengan keliling pintu tersebut.Zubb...!Pijar sinar hijau itu padam. Gincu Mayat menarik napas dalam-dalam, ia siap mendobrak pintu yang sudah dipotong memakai sinar hijau tadi. Tapi, Gincu Mayat merasa sangsi."Tak ada bekas meleleh pada bagian yang sudah kupotong!" ucapnya dalam hati, "Bau terbakar pun tak ada! Hangus pun tidak pintu itu. Apakah itu berarti pintu sudah terpotong atau tetap utuh?"Gincu Mayat segera mendekati dan mencoba mendorongnya pelan-pelan untuk mengetahui keadaan pintu. Ternyata masih kokoh, utuh dan tidak lecet sedikit pun. Gincu Mayat berpikir, seandainya didobrak memakai tendangan tenaga dalam juga percuma, sebab pintu itu lebih kokoh daripada bukit batu."Aduh, gatal juga telapak tanganku jadinya?" ucapnya lirih sambil telapak tangannya saling digosok-gosokkan untuk menghilangkan rasa gatal.

    Last Updated : 2024-12-13
  • Pendekar Kera Sakti   765. Part 16

    Si Sambar Jantung seperti menempeleng udara memakai punggung telapak tangannya.Plakkk...! Terasa ada tamparan keras sekali di wajah Gincu Mayat. Bahkan tubuhnya terpelanting beberapa tindak dari tempatnya berdiri. Tamparan itu bagai disertai sentakan tenaga dalam. Padahal tangan si Sambar Jantung tak sampai mengenai kulit wajah Gincu Mayat. Itu pun sudah membuat Gincu Mayat terpelanting jauh, apalagi jika sampai kena di kulit wajah, pasti akan hancur wajah itu."Setan tua kau!" sentak Gincu Mayat dengan marah. Lalu, ia cepat mencabut rencong di depan perutnya.Srett...!Tapi belum sempat digunakan, tangan kiri Sambar Jantung telah menebas dari bawah ke depan.Wuttt...!Ringan sekali gerakannya, bagai dilakukan tanpa menguras tenaga. Tetapi akibatnya sangat berbahaya. Tubuh Gincu Mayat terlempar terbang ke atas, wusss...! Langsung menuju ke arah pintu lengkung dan jatuh di pelataran kuil.Buhgg...!Ia terjatuh dalam keadaan mir

    Last Updated : 2024-12-13
  • Pendekar Kera Sakti   766. Part 17

    Sambar Jantung tak mengelak. Tetap ada di tempatnya. Tapi tangan kanannya berkelebat naik bagai menjungkirkan sesuatu. Dan ternyata, tubuh Gincu Mayat itulah yang dijungkirbalikkan. Tubuh itu terlempar ke belakang dan satu kali salto mundur. Sebelum kakinya mendarat di bumi, si Sambar Jantung cepat mengibaskan kedua tangannya bagai merobek udara dengan kuku-kuku hitamnya.Wrettt...!Kedua tangan itu merobek ke kiri dan ke kanan."Aaahg...!" Gincu Mayat sempat terpekik ketika melihat dadanya robek dari ulu hati sampai ke bawah perut. Robek bersama pakaiannya, sehingga isi perutnya berhamburan keluar dengan mengerikan. Sementara itu, tangan Sambar Jantung cepat disentakkan ke depan dan kembali ditarik ke belakang seperti merogoh sesuatu. Dan ternyata, dalam kejap berikutnya tangan berkuku hitam itu telah menggenggam benda merah berlumur darah. Itulah jantung milik Gincu Mayat."He he he he...!" tawanya terkekeh-kekeh melihat jantung lawan ada di tangannya.

    Last Updated : 2024-12-14

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

  • Pendekar Kera Sakti   1036. Part 11

    Nyai Cungkil Nyawa terlempar dan jatuh di atas reruntuhan bekas dinding dua sisi. Ia terkulai di sana bagaikan jemuran basah. Tetapi kejap berikutnya ia bangkit dan berdiri di atas reruntuhan dinding yang masih tegak berdiri sebagian itu. Ia tampak segar dan tidak mengalami cedera sedikit pun. Tetapi Mandraloka kelihatannya mengalami luka yang cukup berbahaya. Kedua tangannya menjadi hitam, sebagian dada hitam, dan separo wajahnya juga menjadi hitam. Tubuhnya pun tergeletak di bawah pohon dalam keadaan berbaring.Pelan-pelan Mandraloka bangkit dengan berpegangan pada pohon, ia memandangi kedua tangannya, dadanya, sayang tak bisa melirik sebelah wajahnya, ia tidak terkejut, tidak pula merasakan sakit yang sampai merintih-rintih. Tapi ia melangkah dengan setapak demi setapak, gerakannya kaku dan sebentar-sebentar mau jatuh.Ia menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata beberapa kejap. Setelah itu, membuka mata sambil menghembuskan napas pelan tapi panjang. Pada waktu itu

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status