Share

710. Part 17

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 01:01:40

Wusss...! Debb...!

Blarrr...!

Suara ledakan mengguncangkan kapal. Tubuh Nakhoda Salju terlempar ke belakang akibat gelombang hentakkan kedua pukulan yang bertabrakan tadi. Tubuh Nakhoda Salju seperti didorong kuat-kuat hingga keseimbangannya tak terjaga lagi. Ia jatuh terduduk, lalu terjungkal ke belakang. Tapi segera cepat bangkit dan berdiri tegak menatap lawannya.

"Bangsat kau, Tua Bangka!" geram Nakhoda Salju.

Sementara itu, Loh Gawe yang berusaha melepaskan rantai bandul berduri itu masih belum berhasil, demikian pula halnya dengan Sumbing Gerhana. Tapi mereka berdua masih tetap berusaha dan pantang menyerah. Sampai akhirnya, Loh Gawe gunakan rantai bandul yang menyangkut di cabang tongkat itu untuk bergelayutan dan tubuhnya menerjang Jangkar Langit dengan kaki direntangkan ke depan.

Wuttt...!

Tendangan itu sedikit dihindari Jangkar Langit, lalu kaki Jangkar Langit menyepak ke kiri dengan kuat.

Plokk...!

Wajah Loh Gawe ter

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   711. Part 18

    Dapat dibayangkan suasana di Pulau Beliung. Dayang Selatan, tokoh perempuan sakti yang sepertinya baru muncul di rimba persilatan itu sedang dalam perjalanan menuju Pulau Beliung. Jelas dia akan mengamuk disana untuk membuat perhitungan dengan Dadang Amuk. Juga tokoh tua yang yang dikenal sakti dan usianya masih di bawah usia Rawana Baka itu, Jangkar Langit juga pergi ke Pulau Beliung dan akan mengamuk ke sana kepada Hantu Laut.Setidak-tidaknya, Pulau Beliung akan diguncang dua pertempuran hebat yang mungkin akan memakan korban pihak lain. Ditambah lagi, Siluman Selaksa Nyawa merasa geram terhadap perkara Pusaka Tombak Kematian itu. Maka di depan orang-orangnya yang dikumpulkan di atas geladak, Siluman Selaksa Nyawa berkata, "Pusaka Tombak Kematian sebaiknya ada di tanganku saja, supaya tidak ada pihak lain yang berani menentangku dengan mengandalkan pusaka itu!"Sumbing Gerhana menyahut, "Jadi, sang ketua mau sufaya tomwak fusaka itu jatuh ke tangan kita!""Be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Pendekar Kera Sakti   712. Cermin Benggala Kembar

    SEHARI setelah keberangkatan Doma dan Damu, kapal berbendera hitam itu berpapasan dengan perahu berlayar hijau. Perahu itu juga memakai lambang gambar tengkorak dengan tujuh mata rantai mengelilingi kepala tengkorak tersebut.Mereka terkejut, bahkan wajah mereka menjadi tegang, karena saat itu Nakhoda Salju berseru kepada orang-orang di geladak."Perahu berlayar hijau mendekat! Siapkan semua senjata!"Anak buahnya segera berkata, "Mengapa siapkan senjata, Nakhoda? Bukankah perahu itu bersimbol seperti simbol layar kita? Berarti perahu itu adalah sekutu kita juga, teman kita juga...!"Plakkk...!Nakhoda Salju menampar keras wajah anak buahnya, lalu lontarkan bentak keras, "Bodoh! Itu perahunya Dadung Amuk!""Siafa yang datang!" Sumbing Gerhana cepat muncul dari dalam lambung kapal."Dadung Amuk! Perahunya mendekati kita!" seru Nakhoda Salju.Sumbing Gerhana memandang baik-baik perahu berlayar hijau itu. Setelah yakin betul bahwa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Pendekar Kera Sakti   713. Part 2

    Kejap berikutnya, Dadung Amuk tersentak kaget. Sang ketua melompat ke arahnya begitu cepat. Bergerak mengelilinginya bagai kilasan cahaya petir.Wut wut wuttt...!Sang ketua segera kembali ke tempatnya tanpa napas terengah. Tetap tenang dan dingin. Tetapi tubuh Dadung Amuk telah terjerat tambangnya sendiri. Tambang itu melilit dan mengikat kedua tangannya sehingga tak bisa digerakkan lagi. Bahkan kedua kakinya pun jadi merapat dan terikat kuat. Bukan hanya Dadung Amuk yang terbengong melompong dalam keheranan yang amat tinggi, tetapi para pengepung, termasuk Sumbing Gerhana dan Nakhoda Salju, juga tertegun bagai tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Nakhoda Salju membatin di hatinya, "Edan betul! Begitu cepat gerakan sang ketua. Tak sempat aku berkedip dua kali, tahu-tahu tubuh Dadung Amuk sudah terikat tak bisa bergerak sedikit pun! Sungguh merupakan gerakan tercepat dari seluruh gerakan manusia yang pernah kulihat!"Dadung Amuk gemetar setelah mengeta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Pendekar Kera Sakti   714. Part 3

    Sejak berusia enam belas tahun, si Tua Rakus sudah mempunyai kesenangan memperkosa perempuan. Sampai seusia sekarang, kegemaran itu masih berkelanjutan. Cukup banyak perempuan di wilayah timur yang menjadi korban keganasan nafsu si Tua Rakus itu. Dan agaknya ia sedang melarikan diri dari kejaran dendam seseorang yang merasa dirugikan oleh kegemaran memperkosanya itu.Bukan hal aneh lagi jika si Tua Rakus tak mau kedipkan matanya ketika melihat Dayang Selatan melesat di atas belarak, atau pelepah daun kelapa kering.Bukan ketinggian ilmu Dayang Selatan yang menjadi pusat perhatian si Tua Rakus, melainkan kecantikan dan bentuk tubuh Dayang Selatan yang membuat mata si Tua Rakus lupa berkedip. Bahkan lidahnya beberapa kali menyapu bibirnya yang sudah mulai dihinggapi keriput pada bagian sudut dan tepiannya."Waduuuk...!" serunya memanggil sang anak buah.Orang kurus yang berjuluk Waduk Kebo itu cepat menyahut dari samping haluan dan segera berlari menghadap

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pendekar Kera Sakti   715. Part 4

    "Kenapa dia?" tanya si Tua Rakus.Salah seorang dari mereka yang berkerumun menjawab, "Mungkin mengantuk!"Memang keadaan Waduk Kebo seperti orang mengantuk. Tunduknya kepala dengan terkulai lemas, juga kedua tangannya yang bagai tak bertulang lagi itu. Tetapi mata si Tua Rakus segera menyipit curiga. Ia melihat ada kepulan asap di kedua pundak Waduk Kebo. Cepat-cepat ia memeriksa pundak itu dengan membuka sebagian baju Waduk Kebo."Jahanam...!" si Tua Rakus menggeramkan suara dengan mata terbelalak lebar, ia melihat kulit pundak kanan-kiri Waduk Kebo itu melepuh biru. Bagian tengahnya sedikit mengeluarkan busa yang berasap. Tiba-tiba tubuh Waduk Kebo itu rubuh ke depan.Brukk...!Semua orang yang memandang segera sentakkan badan mundur ke belakang. Waduk Kebo terkulai tak berkutik. Si Tua Rakus semakin belalakkan mata dengan dahi berkerut kuat. Lalu, ia cepat berdiri dan palingkan wajah beringasnya setelah memeriksa sebentar keadaan Waduk Kebo. De

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pendekar Kera Sakti   716. Part 5

    "Heaaa...!" Mereka cepat mencabut senjata masing-masing dan melompat menyerang Dayang Selatan.Wuurrr...! Dayang Selatan segera lompat dengan berpegangan pada seutas tambang layar yang menggantung. Dengan tambang itu, ia laksana terbang di atas kepala orang-orang yang menyerangnya secara bersamaan.Dalam keadaan melayang begitu, Dayang Selatan kelebatkan tangannya seperti orang menaburkan sesuatu dengan cepat. Lalu dari tangan itu keluarlah ratusan ekor kunang-kunang. Kunang-kunang itu jatuh dan hinggap di kepala mereka, sehingga kepala mereka menjadi berpijar-pijar nyala hijau kekuningan. Mereka seperti memakai mahkota, dan kelihatan indah. Namun beberapa kejap berikutnya mereka saling menjerit, berteriak kesakitan, bahkan saling berguling-gulingan di lantai geladak.Ratusan kunang-kunang itu meresap masuk di kepala mereka bagai bersarang ke dalam kepala. Setiap satu kepala, jumlahnya lebih dari lima puluh kunang-kunang. Dan kepala mereka menjadi bengkak, kulit

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pendekar Kera Sakti   717. Part 6

    Hantu Laut ditaklukkan Pendekar Kera Sakti, dan kini justru menjadi pelayannya Baraka, yang siap membantu dalam perjalanan laut. Karena Hantu Laut memang lebih menguasai tentang kelautan ketimbang Pendekar Kera Sakti dan Dewa Racun. Sedangkan Singo Bodong, orang yang selama ini digembar-gemborkan sebagai kembarannya Dadung Amuk, lebih memilih tinggal di Pulau Beliung, karena Ratu Pekat ingin mengangkat Singo Bodong sebagai muridnya. Singo Bodong yang polos dan tidak mempunyai ilmu kanuragan sedikit pun itu, merasa lebih senang mendapat ilmu dan menjadi muridnya Ratu Pekat, ketimbang mengikuti Pendekar Kera Sakti ke Puri Gerbang Kayangan di Pulau Serindu, tanpa ada kepastian kapan ia akan bisa menjadi seorang pendekar. Singo Bodong memang sangat berkeinginan untuk menjadi seorang pendekar seperti Baraka.Sejak Hantu Laut tidak lagi memiliki Pusaka Tombak Kematian, niatnya untuk memberontak dan mengalahkan Siluman Selaksa Nyawa menjadi batal. Bahkan ia selalu dibayang-

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pendekar Kera Sakti   718. Part 7

    "Iiyyy... iya, iya... aku ingat!" jawab Dewa Racun dengan bersemangat. "Sugali itu nama asli Singo Bodong, dan... dan... dan dia bilang ibunya sering sebut-sebut nama Arjuna sebagai ayah Singo Bodong, dan dijuluki Siluman oleh ibunya Singo Bodong, karena sang Arjuna itu tak pernah punya waktu tetap untuk menjenguk ibu Singo Bodong yang bekas... beka... bekas sinden zaman dulu!""Kalau begitu, Singo Bodong itu kakak beradik dengan Dadung Amuk, hanya lain ibu tapi satu bapak!" ujar Baraka menyimpulkan keterangan itu."Tap.... tapi mereka seperti anak kembar saja?" kata Dewa Racun.Hantu Laut segera menyahut, "Menurut keterangan Begawan Sangga Mega, Rawana Baka adalah anak kembar. Ia mempunyai kakak yang namanya aku tak ingat, tapi yang jelas dia sendiri yang bunuh kakaknya! Dia tak mau ada orang yang menyamainya, baik ilmunya maupun ketampanannya.""O, bisa jadi darah keturunan kembarnya ada di wajah Singo Bodong dan Dadung Amuk!" kata Pendekar Kera Sakti.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1257. Part 24

    Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p

  • Pendekar Kera Sakti   1256. Part 23

    Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h

  • Pendekar Kera Sakti   1255. Part 22

    JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak

  • Pendekar Kera Sakti   1254. Part 21

    Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.

  • Pendekar Kera Sakti   1253. Part 20

    Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj

  • Pendekar Kera Sakti   1252. Part 19

    "Apa maksudmu bertepuk tangan, Bwana Sekarat?" tegur Pendeta Mata Lima.Dengan suara parau karena dalam keadaan tidur, KI Bwana Sekarat menjawab, "Aku memuji kehebatan Gusti Manggala-ku ini!" seraya tangannya menuding Baraka dengan lemas. "Masih muda, tapi justru akan menjadi pelindung kalian yang sudah tua dan berilmu tinggi!""Jaga bicaramu agar jangan menyinggung perasaanku, Bwana Sekarat!" hardik Pendeta Mata Lima.Ki Bwana Sekarat tertawa pendek, seperti orang mengigau, ia menepuk pundak Baraka dan berkata, "Pendeta yang satu ini memang cepat panas hati dan mudah tersinggung!""Ki Bwana Sekarat, apa maksud Ki Bwana Sekarat datang menemuiku di sini? Apakah ada utusan dari Puri Gerbang Kayangan?"Mendengar nama Puri Gerbang Kayangan disebutkan, kedua pendeta itu tetap tenang. Sebab mereka tahu, bahwa Baraka adalah orang Puri Gerbang Kayangan. Noda merah di kening Baraka sudah dilihat sejak awal jumpa. Semestinya mereka merasa sungkan, karena mer

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

  • Pendekar Kera Sakti   1250. Part 17

    Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status