Beranda / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 600. Petaka Istana Cambuk Biru

Share

600. Petaka Istana Cambuk Biru

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-02 01:01:28

SISA cahaya purnama masih ada, membuat keadaan di pantai menjadi tampak benderang. Karena benderangnya cahaya itu, Baraka melihat sekelebat gerakan melesat dari arah hutan ke pantai. Kelebat gerakan itu berlari dari ujung sana mendekati tempat Baraka dan dua teman barunya itu duduk sebelum bergegas naik ke pohon besar itu.

Dalam kilasan gerak yang lain, Baraka melihat seseorang mengejar cepat orang pertama. Baraka cepat colekkan tangannya ke lengan Dewa Racun dan Dewa Racun segera lemparkan pandang ke arah Pendekar Kera Sakti. Tanpa mendapat jawaban, Dewa Racun sudah mengerti apa yang dimaksud Baraka, maka ia pun ikut lemparkan pandang ke pantai.

Dewa Racun berbisik, "Aaak... aku seperti pernah melihat perempuan itu!"

"Tentu saja. Dia adalah Selendang Maut, satu dari ketiga perempuan yang hadir di pertarungan Bukit Jagal tempo hari."

"O, iiy... iya! Tapi ag.. agaknya dia sedang berusaha menghindari kejaran lawan. Dan... dan apa yang ada di tangannya itu!"

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   601. Part 2

    "Bahaya juga ini si bocah edan!" pikir Datuk Marah Gadai dengan menahan serangan berikutnya. Matanya yang sedikit sipit berkesan bengis itu menatap Pendekar Kera Sakti dengan tajam. Baraka hanya sunggingkan senyum kalem."Jangan ikut campur urusanku lagi, Pendekar Kera Sakti!" kata Selendang Maut dengan wajah merengut. "Biarkan aku mengurus diriku sendiri dan kau mengurus dirimu sendiri!"Selendang Maut mendekati Pendekar Kera Sakti dengan langkah tegasnya, ia berdiri di samping Pendekar Kera Sakti dengan pandangan benci, namun sebenarnya memendam cinta. Pendekar Kera Sakti tersenyum menatapnya, Selendang Maut mendengus menyambutnya, ia mencoba untuk tidak tertarik dengan senyuman Pendekar Kera Sakti yang tampan rupa itu."Kau tentunya sudah tahu kebusukanku saat di Bukit Jagal! Aku tak butuh sikap baikmu lagi! Jadi, kau tak perlu bantu aku dalam urusan ini!""Tenanglah...!" kata Pendekar Kera Sakti sambil menepuk pundak Selendang Maut. Tepukan pelan itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Pendekar Kera Sakti   602. Part 3

    "Memegang untuk menyelamatkan kitab pusaka, itu baik. Tapi memegang untuk memilikinya, itu curang! Aku tahu kau ingin mempelajari semua jurus yang ada di dalam kitab itu untuk satu keperluan pribadimu, Selendang Maut. Karenanya, aku perlu mencegah niat burukmu itu!""Baraka!" seru Datuk Marah Gadai di sebelah sana."Kesabaranku sudah habis! Waktumu untuk hidup pun sudah habis! Sekarang tiba saatnya untuk mencabut nyawamu, Baraka! Hiaaat...."Jari tangan Baraka membara hijau, lalu menyentil ke depan.Tass...!Pada waktu itu, Datuk Marah Gadai merasakan adanya satu sentakan halus di pinggangnya, tapi ia tidak pedulikan hal itu. Ia hentakkan kakinya dan melesat terbang dengan kedua tangan siap menghantam bersamaan. Kedua tangan itu berada di samping telinga dengan jari mengeras kaku dan memercik-mercikkan bunga api biru.Baraka cepat sabetkan Suling Naga Krishna-nya ke depan sebelum tubuh Datuk Marah Gadai tiba di depannya.Wuus

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Pendekar Kera Sakti   603. Part 4

    Ia tak tahu, ada orang yang menertawakan dari atas pohon sebelah sana. Dewa Racun terkikik dengan mulut dibekapnya sendiri. Sementara itu Singo Bodong masih tetap tidur mendengkur. Sayang sekali dia tidur, andai dia dalam keadaan bangun, dia sangat senang melihat pertarungan dahsyat itu.Datuk Marah Gadai melompatkan tubuh dengan kekuatan tenaga peringan tubuhnya yang cukup tinggi, ia tiba di tanah berpasir dalam keadaan tubuh basah kuyup. Wajahnya semakin bengis. Oh, rupanya ada darah yang keluar dari hidungnya saat ia terlempar ke laut tadi."Baraka!" ia melangkah dengan gusarnya. Berdiri tegak lagi setelah dalam jarak lima langkah dari Pendekar Kera Sakti, ia ucapkan kata dalam nada geram, penuh dengan nafsu membunuh yang berkobar-kobar di dadanya. "Jangan anggap dirimu menang, Baraka! Aku masih punya satu pusaka lagi yang akan mengakhiri masa hidupmu sekarang juga!""Kalau kau masih penasaran padaku, lakukanlah apa yang ingin kau lakukan," kata Baraka. "Kala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Pendekar Kera Sakti   604. Part 5

    "Kau tak berhak memiliki! Kau bukan murid Perguruan Merpati Wingit. Akulah murid Merpati Wingit yang berhak mempelajari ilmu-ilmu di dalam kitab inil"Pendekar Kera Sakti tersenyum, bahkan tertawa pelan berkesan meremehkan kata-kata Selendang Maut. Lalu, ia berkata pada perempuan itu, "Kalau aku mau curang, kuambil kitab itu darimu, dan kubiarkan kau tetap dalam pengaruh totokan. Setelah itu aku akan lari jauh sekali, kau tak akan bisa mengejarnya!""Biadab kau! Sekalipun ilmumu tinggi, aku tak takut melawanmu, Baraka! Aku berani taruhkan nyawa untuk kitab ini!""Bertaruh nyawa saja belum tentu bisa, apalagi kau mau melawanku. Mungkin aku akan kalah padamu, tapi bukan berarti aku binasa, melainkan kasihan padamu! Tapi kitab itu, tetap harus kumiliki!""Tak ada yang berhak memiliki kitab pusaka ini kecuali aku!""Siapa bilang!" tiba-tiba sebuah suara terdengar dari kerumunan dedaunan di belakang Selendang Maut. Pemilik suara itu segera melesat denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Pendekar Kera Sakti   605. Part 6

    Pendekar Kera Sakti sendiri sempat kaget dan tak menyangka kalau tangan Betari Ayu mau berkelebat menampar Selendang Maut, ia jadi tak enak hati mendengar kata-kata Betari Ayu tadi, seakan dia sangat dibela harga dirinya di depan sang murid."Ampunilah saya, Guru," ucap Selendang Maut setelah hening sejurus dan suaranya terdengar melemah. Air matanya mulai menggenang di kedua kelopak mata. Tapi Betari Ayu cepat menggeram bagai lampiaskan kemarahannya, "Sekali lagi kuingatkan, aku benci melihat muridku menangis! Minggat saja kau, jika harus menangis di depanku!"Selendang Maut segera tarik napas dalam-dalam, ia menelan ludahnya sendiri beberapa kali, kemudian berkata dengan tegas, "Saya memang salah, Guru! Saya mohon ampun dan berjanji untuk tidak mencuri kitab pusaka itu lagi! Saya... saya butuh ketenangan jiwa untuk beberapa saat ini, Guru!"Baraka manggut-manggut sambil sesekali melirik Selendang Maut. Yang dilirik sudah mulai mengendurkan permusuhannya. Sikap

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Pendekar Kera Sakti   606. Part 7

    Tiba-tiba ada sesuatu yang menyentak dari dalam perut Singo Bodong yang berwajah sangar dan berkumis tebal itu. Sesuatu yang menyentak itu makin kuat, dan akhirnya Singo Bodong paksakan diri untuk duduk, lalu tersontaklah isi perutnya keluar mulut."Hoooek...! Hoooek...!"Tak banyak yang terkuras keluar, namun bikin Singo Bodong semakin geram menahan jengkel. Batinnya mengucap, "Mabuk yang telat! Mestinya tadi, sewaktu aku terombang-ambing ombak, muntah ini bekerja. Sekarang giliran aku mau istirahat, baru muntah ini datang!"Baru saja Singo Bodong bangkit dengan menggeloyor, tiba-tiba dari arah punggungnya ada benda keras yang menyentak kuat. Bukk!"Ehg...!"Singo Bodong memekik tertahan dan tubuhnya yang besar itu tersungkur ke depan sedikit terlonjak.Bruusss...!Singo Bodong terpaksa mencium pasir basah. Bahkan setengah terpaksa membenamkan wajahnya ke sana. Kepalanya semakin berat, pandangan matanya berkunang-kunang saat ia kibas

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Pendekar Kera Sakti   607. Part 8

    Rupanya Tengkorak Terbang sama sekali tidak mau mempercayai penjelasan Singo Bodong. Bahkan ia berkata, "Kau boleh berganti nama jika kau sudah terbujur kaku tanpa nyawa, Dadung Amuk!""Jangan begitu," Singo Bodong tampak gemetar."Aku benar-benar bukan Dadung Amuk. Mungkin wajahku memang mirip dia, tapi aku bukan dia, Tengkorak Terbang. Sungguh! Berani sumpah apa saja!""Tutup mulutmu! Aku tak butuh kepura-puraanmu! Sekarang terimalah pukulan 'Gempur Baja' ini, hiaaaaah...!"Tengkorak Terbang sentakkan sedikit kaki ke tanah, tubuhnya sudah melayang cepat menuju ke arah Singo Bodong. Kedua tangannya mengepal dan begitu mendarat tepat di depan Singo Bodong, kedua tangan itu disentakkan ke depan dengan cepat sekali.Brreggh...!Dada Singo Bodong menjadi sasaran empuknya. Singo Bodong mencoba kibaskan tangan untuk menangkis, tapi meleset. Akibatnya, tubuh besar itu tersentak ke belakang, kedua kakinya sampai mengambang di permukaan tanah. Lalu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Pendekar Kera Sakti   608. Part 9

    Mata cekung itu cepat layangkan pandang ke arah depan. Keadaan di depan sana sepi-sepi saja. Tiap jengkal tanah, tiap bentuk tanaman, disusuri oleh mata cekung Tengkorak Terbang. Tapi tak terlihat tanda-tanda gerakan yang mencurigakan. Akhirnya si Tengkorak Terbang serukan suaranya, "Siapa yang ada di depan! Keluarlah! Jangan bikin aku marah!"Dari atas pohon meluncur orang berpakaian serba ungu. Melihat warna pakaiannya saja Tengkorak Terbang sudah dapat mengerti siapa tokoh perempuan yang baru saja turun dari pohon itu."Cempaka Ungu...!" sebut Tengkorak Terbang dengan sedikit kerutkan dahi. Perempuan bertusuk konde bentuk kembang cempaka itu berdiri dengan kedua kaki sedikit merenggang. Sebagian rambutnya yang samping jatuh ke depan telinga berbentuk lengkung-lengkung indah, ia menyandang pedang di punggungnya dengan gagang dan sarung pedang dibungkus kain ungu. Perempuan berusia antara tiga puluh tahun itu bukan hanya cantik, tapi juga bermata menarik. Mata itu mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1050. Part 8

    Baraka kerutkan dahi, karena merasa asing dengan nama tersebut. Gadis berkepang dua yang punya tahi lalat kecil di sudut mata kirinya itu hanya mencibir sinis melihat keheranan Baraka."Aku tidak kenal dengan nama itu.""Bohong!""Aku berani bersumpah. Justru kalau kau mau, tolong jelaskan siapa orang berjuluk Iblis Raja Naga itu?""Tentu saja orang yang mempunyai Pedang Raja Naga!""Aku tidak tahu siapa pemilik pedang tersebut, Nona."Gadis itu diam. Tangannya membersihkan tanah yang melekat di pakaian hijau cerahnya itu. Sambil menepiskan tanah-tanah dari pakaiannya, matanya memandang tajam penuh selidik. Dari ujung rambut Baraka diperhatikan sampai ke bagian kakinya. Baraka tetap kalem. Bahkan ia sempat menggaruk kepalanya. Kesannya menganggap ringan kepada gadis yang sedang cemberut itu."Baiklah, Nona," kata Baraka, "Kalau kau tak mau jelaskan apa sebab kau menangis dan apa hubungannya dengan Iblis Raja Naga, aku akan teruskan la

  • Pendekar Kera Sakti   1049. Part 7

    Ternyata harapan Baraka terkabul. Ia berhasil bertemu dengan kakek penyerang Wiratmoko. Mata Baraka memperhatikan dengan seksama. Kakek itu mengenakan jubah putih lusuh dan menggenggam tongkat berkelokkelok seperti seekor ular warnanya hitam. Rambutnya yang panjang sepunggung tidak diikat apa pun, sehingga hembusan angin memainkan rambut itu, menyingkap dan menutup sebagian wajahnya. Kakek kurus itu mempunyai sapasang mata yang cekung dan tubuh yang kurus. Namun sorot pandangan matanya itu bagai mempunyai kekuatan yang membuat lawan atau orang lain menjadi segan kepadanya. Baraka pun merasa demikian, namun ia memaksakan diri untuk tetap berdiri menghadang kakek tersebut."Maaf, Pak Tua...." sapa Baraka dengan sopan, "Aku terpaksa menghentikan langkahmu. Ada sesuatu yang ingin kuketahui darimu dan membuatku sangat ingin tahu."Kakek berambut panjang itu berkata, "Menyingkirlah, Murid Setan Bodong. Jangan campuri urusanku!"Baraka terkejut mendengar kakek itu meng

  • Pendekar Kera Sakti   1048. Part 6

    Setelah keduanya menyalurkan hawa murni dalam tubuh masing-masing, rasa sakit yang mereka alami pun mulai reda. Napas mereka yang terengah-engah menjadi tenang kembali. Tapi kedua mata mereka masih saling beradu pandang dengan sama-sama tajamnya."Aku tak akan membiarkan kau lolos, Tandak Ayu. Sebelum ku peroleh benda itu darimu, akan kusiksa dirimu dengan jurus 'Pembakar Jantung'-ku nanti!""Persetan dengan anggapanmu! Aku bukan Tandak Ayu!""Omong kosong! kau pasti Tandak Ayu yang merubah diri menjadi wujud lain!""O, kurasa kau benar-benar salah anggapan. Perlu kuluruskan. Aku bukan Tandak Ayu. Namaku adalah Kirana, murid Nyai Punding Sunyi dari Perguruan Mawar Seruni!"Citradani diam sebentar, mulai merenungi kemungkinan salah pahamnya. Wajah Kirana diperhatikan baik-baik dengan hati dililit kebimbangan. Sementara itu, Kirana sendiri segera ajukan tanya kepada Citradani."Sebutkan siapa dirimu, supaya kesalahpahaman ini tidak merenggut n

  • Pendekar Kera Sakti   1047. Part 5

    Kelinci putih itu melompat di balik karang. Citradani segera menghantamkan pukulan jarak jauhnya bercahaya merah.Wuuut...!Blaaar...!Karang hancur seketika menjadi serbuk warna merah membara dan panas. Kelinci itu hilang. Entah kemana perginya.Citradani mencari kebingungan. Hatinya kian panas, dadanya ingin meledak karena kehilangan lawannya. Ia hanya bisa menggerutu, "Kurang ajar! Dia pasti berubah menjadi undur-undur!"Sambil mengorek-ngorek tanah berpasir mencari undur-undur jelmaan Tandak Ayu, Citradani bertanya-tanya dalam hatinya, "Bagaimana mungkin kalung itu bisa ada di tangannya? Apakah ia berhasil merebut kalung itu dari si tampan berhati iblis itu? Semudah itu kah Tandak Ayu mampu merebutnya"Padahal aku tahu persis ilmu si Tandak Ayu tidak seberapa tinggi. Sekalipun ia murid Nyai Demang Ronggeng yang kesohor dengan ilmu 'Tarian Mayat'-nya, tapi aku yakin ia belum mewarisi ilmu itu. Nyai Demang Ronggeng tak akan semudah itu men

  • Pendekar Kera Sakti   1046. Part 4

    "Nama yang sederhana, tapi mudah diingat, mudah pula dihilangkan dari ingatan," kata Wiratmoko bernada angkuh."Apakah kau tersesat di hutan ini?""Tidak semata-mata tersesat.""Ha, ha, ha, ha...," Wiratmoko tertawa melecehkan. "Jangan menutupi kebodohanmu. Baraka. Aku tahu kau benar-benar tersesat. Buktinya kau tidak mengetahui bahwa tanah yang kau lalui tadi adalah permukaan sebuah lubang maut yang bernama Sumur Tembus Jagat."Baraka berkerut dahi, matanya memandang ke arah tanaman rambat yang tadi dilaluinya. Ia baru tahu bahwa lubang itu adalah Sumur Tembus Jagat. Tapi ia tak paham apa artinya."Sumur Tembus Jagat ini termasuk sumur tanpa dasar. Jika seseorang masuk ke dalamnya ia tak akan bisa ditemukan lagi. Mungkin mati di pertengahan lorong sumur atau terbuang ke sisi belahan bumi lainnya. Yang jelas tak akan ada orang bisa selamat dari maut yang ada di Sumur Tembus Jagat itu. Beruntung sekali kau mempunyai ilmu peringan tubuh cukup tinggi,

  • Pendekar Kera Sakti   1045. Part 3

    Sebuah senjata rahasia telah terselip di antara jemari Baraka. Citradani terperanjat dan segera menyadari apa sebenarnya yang dilakukan oleh Baraka. Ternyata Pendekar Kera Sakti baru saja menyelamatkan jiwa Citradani dari ancaman senjata rahasia yang dilemparkan oleh seseorang dari tempat yang tersembunyi. Senjata rahasia itu berupa sepotong bulu landak yang tajam dan beracun ganas. Jika tangan Baraka tidak menutup ujung bukit dada Citradani maka senjata rahasia itu yang akan menancap di sana. Tapi dengan gerakan tangan Baraka menutup ujung bukit dada Citradani, maka senjata rahasia itu hanya terselip di sela jari Baraka dan dijepit kuat agar tak menyentuh kulit dada gadis itu."Kau mengenal siapa pemilik senjata ini?" tanya Baraka."Tidak. Tapi aku melihat sekelebat bayangan lari ke sana. Aku akan mengejarnya!""Tunggu dulu, aku akan...."Wuuusss...!Citradani sudah melesat lebih dulu sebelum Baraka selesai bicara. Kecepatan gerakannya yang menyer

  • Pendekar Kera Sakti   1044. Part 2

    Brrug...!Jaraknya hanya empat langkah dari tempat Pendekar Kera Sakti berdiri. Kalau saja Baraka mau menyerangnya, itu bukan pekerjaan yang sulit. Tapi ternyata Baraka tidak mau memberikan serangan balasan. Ia hanya melangkah satu tindak lagi dan si gadis buru-buru bangkit dari kejatuhannya. Kuda-kuda terpasang lagi, mata semakin tajam, napas kian menderu."Tulangku terasa ngilu semua," pikir gadis itu. "Kekuatan apa yang ada pada senjata itu, sehingga tenaga dalamku menjadi berbalik menyerangku? Rupanya pemuda ini bukan manusia hutan sembarangan. Aku tak boleh menganggap remeh kepadanya. Hmmm... tapi ketampanannya membuat keberanianku sempat susut beberapa kali. Kurang ajar! Persetan dengan ketampanan itu. Aku harus bisa melupakannya kalau tak ingin mati di ujung senjatanya itu!""Tahan seranganmu, Nona," kata Baraka dengan kalem. "Aku bukan musuhmu. Toh aku telah melepaskanmu dan tak jadi menyantapmu," tambah Baraka karena ia yakin gadis itu jelmaan dari keli

  • Pendekar Kera Sakti   1043. IBLIS RAJA NAGA

    SEKELEBAT bayangan melintasi hutan di kaki bukit. Orang mengenal bukit itu dengan nama Bukit Mata Langit. Tak ada orang yang berani melintasi hutan di Bukit Mata Langit itu, karena mereka takut terperosok ke sebuah lubang yang amat dalam. Lubang itu tertutup oleh tanaman rambat sehingga tidak mudah diketahui oleh siapa pun. Tanaman rambat yang menutup rapat lubang tersebut seolah-olah berguna sebagai tanaman penjebak. Kelihatannya tempat itu datar dan bertanaman rambat biasa, tapi sebenarnya di bawah tanaman rambat itu terdapat lubang besar yang mengerikan. Lubang itu dikenal orang dengan nama Sumur Tembus Jagat.Hanya orang-orang yang tersesat saja yang berani masuk dan melintasi hutan Bukit Mata Langit itu. Salah satu orang yang tersesat adalah pemuda berpakaian keemasan. Pemuda itu mempunyai ketampanan menghebohkan kaum wanita. Di kedua pergelangan tangannya, tampak barisan gelang yang juga berwarna keemasan. Sebuah rajah naga emas melingkar juga tampak terlihat jelas dipu

  • Pendekar Kera Sakti   1042. Part 17

    Kini pedang emas sudah ada di tangan Baraka. Dan tubuh Rangka Cula yang terkena jurus 'Yudha' itu menjadi terpotong-potong dengan sendirinya setiap ruasnya, sampai terakhir kepalanya jatuh ke tanah dalam keadaan sudah tidak sempurna lagi.Brukk...!Tubuh Rangka Cula rubuh dalam keadaan paha dan lutut sudah terpisah. Dan itulah kehebatan jurus 'Yudha', yang menjadi satu dengan jurus 'Manggala', pemberian dari seorang ratu di alam gaib, yaitu Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi."Baraka...! Kau berhasil...!" teriak Kirana dengan girangnya, ia segera memeluk Pendekar Kera Sakti yang sudah memegangi pedang emas bersama sarungnya. Yang lain pun tersenyum merasa lega bercampur kagum. Terutama Ratna Prawitasari, tak henti-hentinya ia tersenyum memandangi kehebatan Baraka, tak henti-hentinya ia terkesima memandangi ketampanan Baraka, hingga lupa berkedip sejak tadi.Namun, kegembiraan itu segera susut setelah mereka mendengar suara ringkik kuda. Mata mereka berpaling ke

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status