"Uuhhg...! Keji kau... licik!" suara Baraka begitu beratnya karena ia harus menahan rasa sakit di sekujur tubuh. Ia menggeliat-geliat di tanah mirip cacing kepanasan. Kulit tubuHnya menjadi merah matang. Bintik-bintik hitam mulai tumbuh dari tiap pori-pori kulitnya. Bintik hitam itu adalah cairan pembusuk yang sebentar lagi akan membuat sekujur tubuh Baraka menjadi bangkai bernyawa. Aroma bau busuk pun mulai menyebar ke mana-mana.
"Kau tak akan sempat mengobati dirimu sendiri, karena racun 'Tapak Kubur' tidak bisa dikalahkan dengan obat penawar apa pun. Hanya beberapa orang saja yang mampu kalahkan racunku, itu pun jika ia tahu betul di mana sumber racun 'Tapak Kubur'. Jika tidak, ia tak akan mampu sembuhkan dirimu dari keganasan racunku, Baraka. Cepat atau lambat akhirnya kau akan mati dalam keadaan busuk dan menjijikkan. Nah, sampai di sini perjumpaan kita, Baraka bodoh! Barangkali kita bisa bertemu lagi jika dunia sudah kiamat!"
Gadis cantik itu ternyata 'raja tega'
Gadis gembrot itu ternyata sengaja menghilang dari Baraka dan kembali ke tempat semula, namun di perjalanan ia pergoki keadaan pemuda berpakaian rompi kulit ular emas itu itu cukup mencemaskan hati. Lemakwati bermaksud ingin mengambil alih Baraka. Tapi Rani Adinda mempertahankan karena masih asing dengan si gembrot berwajah lebar itu."Dia dalam keadaan terkena racun 'Tapak Kubur'! aku harus segera membawanya dan meminta bantuan guruku!""Percayalah padaku, tinggalkan saja pemuda itu di sini, karena aku akan mengobatinya dengan caraku sendiri!""Nggak bisa! Aku belum kenal siapa dirimu, bagaimana aku bisa percaya dengan maksud baikmu itu!""Aku saudara sepupunya, namaku Dewi Lemakwati!""Jika kau saudara sepupunya, mengapa kau menghentikan langkahku dengan cara kasar seperti tadi?"Lemakwati sunggingkan senyum berkesan nyengir. "Hanya untuk bikin kejutan saja. Aku tak bermaksud kasar padamu. Tapi jika kau ngotot, aku terpaksa benar-benar ber
Terdengar pula suara Lemakwati berkata, "Sebentar lagi kau akan sembuh, Sayang! Sabar dulu, ya?"Tubuh pendekar tampan itu dibaringkan dalam keadaan rapi; kaki lurus dan kedau tangan merapat lurus di samping tubuh."Pejamkan matamu," kata Lemakwati, dan Baraka hanya bisa mengikuti perintah itu, matanya terpejam pelan-pelan. Gadis gembrot bergincu tebal ada di samping kir Baraka, berlutut dan mengangkat kedua tangannya setinggi dada. Kedua tangan itu bergerak pelan-pelan dalam keadaan mata terpejam.Tiba-tiba dari kedua telapak tangan itu memancar sinar putih perak berasap tipis. Sinar itu jatuh ke tubuh Baraka. Di mana tangan itu bergerak di situlah sinar tersebut menyapu tubuh Baraka yang membusuk dan menjijikkan. Tetapi setiap bagian yang terkena semburan sinar putih menjadi cepat kering. Kulit yang mengelupas atau berkerut bergerak menutup seeprti semula. Warna hitam berubah menjadi merah samar-samar, lalu dalam kejap berikutnya warna kulit itu berubah menjad
Leher Baraka diciumi, kadang digigit-gigit kecil. Baraka merasa sedang diambang maut, seakan darahnya akan dihisap habis oleh makhluk yang menyeramkan sejenis drakula. Baraka memejamkan mata menahan niat untuk mendorong kepala itu dari lehernya."Apakah kau masih belum bergairah walah sudah kuciumi seperti tadi?"Baraka gelengkan kepala dengan wajah sedih. Tahu-tahu si gembrot menyeringai bagaikan menemukan akal untuk membangkitkan semangat bercinta Baraka. Sebuah tembang riang didendangkan sambil tubuhnya meliuk-liuk memamerkan tantangan bercumbunya."La, la, la, la... Li, li, li, li..."Tubuh gemuk yang tak cukup satu pelukan Baraka itu semakin berani melenggak-lenggok dengan rambut bersanggul mulai dilepaskan. Rambut itu kini terurai. Biasanya rambut terurai adalah ajakan seorang wanita untuk saling memadu kemesraan dan dapat membangkitkan selera bagi si lelaki. Tapi yang dialami Baraka kalau itu justru semakin membuatnya ingin lari."Malah kaya
"Dua ilmu bertarung di angkasa! Hmm...! tenaga dalam siapa yang saling menyerang dari jarak sejauh itu? pasti pemiliknya adalah tokoh tua berilmu tinggi!"Baraka sengaja merenungi hal itu beberapa saat. Dan tiba-tiba ia dikejutkan kembali dengan munculnya sinar merah seperti tadi dari arah timur. Kali ini ada dua sinar merah yang melesat menuju ke arah barat. Namun dari arah barat muncul pula dua sinar biru seperti tadi, berekor panjang dengan bagian depan seperti bola berapi biru. Keduanya bertabrakan di udara dan menimbulkan ledakan dahsyat yang membahana, menggetarkan bumi lebih keras dari yang pertama tadi.Blegaarr...! Blaarr...!Langit terang sekejap, lalu warna hitam malam menjelma lagi begitu sinar ungu hasil benturan dua tenaga dalam jarak jauh itu padam tinggalkan gelombang getaran.Baraka sempat rasakan tanah cadas yang dipijaknya bagai mau retak ia segera lompat ke tempat lain, walau sebenarnya tanah cadas itu tidak menjadi retak beneran. "Pen
"Kok bisa jadi begitu?" pikir Pendekar Kera Sakti bingung sendiri. "Padahal hanya sedikit tenaga yang kugunakan."Baraka tampak menyimpan rasa sesal dalam hatinya. Ia merenung sesaat hingga temukan kesimpulan bahwa Silabang ilmunya tak tinggi, sehingga dadanya mudah jebol dan ditaburi busa-busa salju yang memutih.Di tempat Silabang terkapar tak bernyawa, terdengar suara geram Wisesa yang mengutuk pernyerang temannya itu. Baraka merasa akan terjadi pertarungan yang membawa korban antara dirinya dengan Wisesa, atau Wisesa akan semakin murka kepada perempuan itu hingga tak segan-segan membunuhnya. Maka, sebelum hal itu terjadi Baraka segera menyambar perempuan yang terkapar itu dan membawanya lari dengan gerakan melebihi kecepatan anak panah.Zlaap...!Tentu saja hilangnya perempuan itu membuat Wisesa bingung dan semakin murka, sehingga ia berteriak-teriak sendiri melepas kemarahannya sambil menghantamkan tenaga dalamnya ke beberapa pohon.Perempuan
Belati Binal tidak bisa bicara lagi. Wajah Pendekar Kera Sakti memperlihatkan kebulatan tekadnya yang nggak bisa dicegah lagi. Namun hati Belati Binal diamdiam menyimpan kecemasan, karena empat hari yang lalu ia mendengar kabar bahwa Ratu Cadar Jenazah menyatakan kesediannya membantu pihak Dalang Setan jika musuh Dalang Setan yang akan dihancurkan adalah Nyai Camar Langit. Jika sampai Baraka berhadapan dengan Dalang Setan, tentunya pihak Ratu Cadar Jenazah akan ikut menyerang Pendekar Kera Sakti.Padahal kesaktian Ratu Cadar Jenazah jika digabungkan dengan ilmunya si Dalang Setan akan menjadi suatu kekuatan yang sulit ditumbangkan."Kalau kularang, dia pasti akan marah padaku," pikir Belati Binal. "Kalau kubiarkan dia dapat mengalami celaka, bisa-bisa membawa kematiannya tiba. Lalu bagaimana aku harus mencegah niatnya itu? aku harus menggunakan siasat agar Baraka tidak berhadapan dengan dua kekuatan yang membahayakan itu."-o0o-MALAM itu ju
"Pekerjaan lama apa?""Menjambret barang orang!""Konyol kamu, ah! sudah, sudah, kita segera temui gurumu dulu, yuk. Jangan menunda masalah ini karena Dalang Setan tak mau menunda dendamnya pula. Kita harus bergerak lebih cepat dan jangan sampai kalah cepat dengan gerakannya.""Kalau memang tekadmu sudah bulat begitu, sebaiknya sekarang juga kita harus berangkat supaya sampai di Lembah Nirwana hari masih gelap. Biar tak ada orang yang tahu kalau aku datang bersamamu.""Memangnya kenapa kalau ada yang tahu?""Sekadar menghindari keributan di antara murid wanita saja!" jawab Belati Binal sambil melengos dengan wajah masih cemberut.Baraka mengerti maksudnya, sehingga ia tertawa pelan bagaikan orang menggumam. "Rupanya dia nggak mau kalau aku jadi bahan tontonan teman-teman wanitanya di sana! Ada rasa tak rela kalau gadis lain mengagumiku. Hmm... aneh juga cewek yang satu ini! gregetan sekali aku jadinya. Enaknya dicium saja, ah... siapa tahu d
Menurutnya Rembulan Pantai bisa mati di perjalanan karena termakan racun dalam pisaunya itu. racun tersebut bekerja dengan cepat dan ganas, sukar disembuhkan. Kalau saja Rembulan Pantai bisa bertahan sampai bertemu Ratu Cadar Jenazah, maka ia akan selamat, karena sang Ratu termasuk salah satu orang yang ahli dalam hal racun meracun.Baraka tak bisa membuka mata. Namun hatinya masih bisa bicara, "Sialan! Aku dibiarkan terkapar di tempat berembun begini. Konyol juga si Belati Binal itu. Pakai mau kejar Rembulan Pantai segala. Kena tacun 'Tapak Kubur' baru tahu rasa lu!"Baraka tahu siapa yang menyerangnya secara tiba-tiba itu. suara percapakan kedua gadis tersebut bisa diterima pendengarannya. Hanya itu yang bisa dilakukan Baraka, tapi tak ada gerakan yang mampu dilakukan walau sedikit pun.Dan hati Baraka menjadi lega ketika ia mendengar langkah kaki mendekat. Ia yakin itu suara langkah kaki Belati Binal. Suara si gadis pelacak pun di dengarnya walau pelan.
"Sayang sekali sewaktu Baraka ada di tempat kita, aku dan Pita Biru sedang menjalankan tugas ke Pulau Gayung, sehingga aku dan Pita Biru tidak melihat seperti apa ketampannya.” Desah resah Kesuma Sumi"Sudah, sudah..., jangan bicara soal ketampanannya. Nanti kalian terkulai lemas membayangkannya!" sergah Rindu Malam. "Sebaiknya kita pergi temui Sumbaruni di pantai semberani!""Apakah Sumbaruni alias Pelangi Sutera itu mengenal Pendekar Kera Sakti?!"Rindu Malam menjawab dengan mulut runcing, "Bukan hanya kenal, tapi juga jatuh cinta kepada Pendekar Kera Sakti!"Kesuma Sumi menyahut. "Kalau begitu, ku rasa Pendekar tampan itu sedang terlena dalam pelukan Sumbaruni!?"Rindu Malam tarik napas dalam-dalam, karena masih ada sisa kecemburuan yang bikin dia deg-deg-an. Betapa pun juga ia harus bisa sisa kecemburuan itu karena takut melanggar peringatan dari ratunya."Jangan bayangkan dia ada dalam pelukan Sumbaruni. Bayangkan saja dia ada dal
Dari semadi yang dilakukannya, Ratu Asmaradani mendapatkan petunjuk kalau kalau Baraka adalah sang pewaris para dewa. Maka, Ratu Asmaradani pun mengirim ilmu 'merambah bhatin' untuk hadir ke alam mimpi Baraka. Tetapi sudah beberapa kali hal itu dilakukan, ternyata Baraka belum datang juga. Terpaksa tiga utusan diperintahkan mencari Pendekar tampan yang namanya sering menjadi bahan pembicaraan para tokoh rimba persilatan itu. Sebab Ratu Asmaradani curiga, pasti ada kesulitan yang di alami Baraka sehingga pemuda itu tidak bisa datang ke negeri Samudera Kencana. Karenanya, sang Ratu berpesan kepada Rindu Malam, jika ada sesuatu yang menyulitkan sang Pendekar Kera Sakti, Rindu Malam bergegas membantu melepaskan si Pendekar tampan itu dari kesulitan tersebut. Kesulitan apa yang dihadapi Baraka sebenarnya?Titik pangkal kesulitan itu terletak pada hilangnya Pedang Kayu Petir yang sebenarnya sudah ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu namun pedang tersebut jatuh k
Kapak bergagang panjang dicabut dari selipan sabuk, lalu tubuh Roh Gepuk berkelebat menerjang Pita Biru. Tapi mendadak tubuh itu terpental ke samping. Baru saja melompat belum jauh dari tempat, sebuah pukulan jarak jauh tanpa sinar dilepaskan dari tangan Kusuma Sumi. Roh Gepuk terpekik pendek. Lalu jatuh tak tentu keseimbangan.Pita Biru memandang Kusuma Sumi dengan sikap masih berdiri tegak dan kedua kaki sedikit merenggang. Saat itu Kusuma Sumi segera melangkah maju dan berkata dengan tegas. “yang ini biar kutangani, mundurlah!”Pita Biru segera melompat ke samping. Kejap berikut sudah berdiri tak jauh dari Rindu Malam, yang bersidekap dengan tenang di bawah pohon. Dan ketika Roh Gepuk bangkit kembali, ia terkesiap melihat lawannya sudah berganti pakaian. Tapi segera sadar, bahwa lawannya bukan berganti pakaian, tetapi berganti orang.“Kau yang akan menggantikan nyawa temanmu itu untuk menebus nyawa temanku, ha?!”Kusuma Sumi dia
“Ya, kami tahu. Tapi Nila Cendani sudah mati, kabarnya dibunuh Pendekar Kera Sakti. Entah benar atau tidak, kami tidak ikut terbunuh waktu itu. Tapi kami tahu, Ratu Samudera Kencana pernah terlibat bentrokan dengan Nila Cendani dan mengejarnya sampai ke Teluk Sumbing. Tentunya ratumu tahu dimana Teluk itu berada. Tentu ratumu pun tahu bahwa disana terpendam harta karun rampasan Nila Cendani semasa menjadi ketua Rompak Samudera. Dan tentunya sebagai anak buah Ratu Asmaradani, kalian juga diberitahu letak Teluk itu, untuk sewaktu-waktu menggali harta karun disana”.“Ratu kami tidak pernah memikirkan harta yang bukan miliknya. Kami sudah cukup kaya tanpa merampas harta yang bukan milik kami!” Kata Rindu Malam.Roh Gepuk segera menyahut, “Begini saja nona-nona cantik. Aku akan membuka sayembara. Barang siapa di antara kalian ada yang bisa menyebutkan dimana letak Teluk Sumbing. Akan mendapat hadiah dikawinkan dengan temanku ini, si Cucur Sangi
MEREKA baru saja mendarat di pantai dengan gunakan sebuah sampan. Tiga wanita berambut cepak, seperti potongan rambut lelaki itu mempunyai paras ayu yang berbeda nilai kecantikannya. Namun ketiganya sama-sama menggiurkan seorang lelaki yang memandang dari sisi kemesuman. Karena ketiganya mempunyai bentuk tubuh nan elok, bak lambaian perawan menunggu pelukan.“Ingat ciri-cirinya!” kata wanita muda yang berpakaian putih bertepian benang emas. “Tampan, rambut poni, pakaian rompi kulit ular emas tanpa lengan, memiliki rajah naga emas melingkar di punggung lengannya”.Si cantik berpakaian putih yang mempunyai pedang di punggung bergagang balutan kain beludru merah itu menyebutkan ciri-ciri seorang pendekar tampan yang tak lain adalah Pendekar Kera Sakti, Baraka.Si cantik berdada seksi dan berkulit kuning langsung memberi isyarat dengan tangan agar kedua gadis seusianya itu bergerak mengikuti langkahnya jauh ke dalam hutan. Sesekali ia berpali
"Bocah bodoh kau! Gurumu saja tak mampu kalahkan aku, apalagi kau yang hanya muridnya!" geram Tengkorak Liar."Mendiang Guru tidak mempunyai ilmu 'Pedang Bintang', tapi aku punya jurus itu dari seorang guru pedang tersohor: Ki Argapura alias si Penggal Jagat! Tentunya kau kenal, Tengkorak Liar!""Persetan dengan Argapura!" geram Tengkorak Liar."Buktikan kehebatannya di depanku! Hiaaah...!"Tengkorak Liar sentakkan kedua tangannya ke depan. Dua larik sinar merah yang melingkar-lingkar pada ujungnya bagaikan mata bor itu melesat ke arah Angin Betina. Kecepatannya amat tinggi, membahayakan sekali bagi Angin Betina. Dihindari akan terlambat, ditangkis akan telat. Untung Baraka selalu siap siaga. Begitu sinar merah itu terlepas, sinar biru berkelok-kelok bagai lidah petirpun keluar dari sentakan kedua tangan Baraka.Claaap...!Jurus 'Cahaya Kilat Biru' warisan Ki Ageng Buana yang biasanya membuat lawan hangus dan keropos itu menghantam sinar mer
Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p
Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h
JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak