“Aku sudah memiliki rajah Naga Emas ini sejak lahir nyai” jawab Baraka akhirnya. Kali ini wajah Nyi Naga Geni yang tampak berubah mendengar ucapan Nyi Naga Geni.
“Berarti tak salah lagi, kaulah orang dalam ramalan, seperti yang dikatakan oleh ayahku, Baraka”
“Apa! Ramalan lagi, lagi-lagi ramalan, hah...” batin Baraka mendesah. “Kenapa banyak sekali orang percaya dengan ramalan”
Sebelumnya, Sepuluh dara Ghaibpun mengatakan tentang ramalan kepada dirinya. Sebelum Baraka sempat menjawab ucapan Nyi Naga Geni, Nyi Naga Geni telah lebih dulu menyambung ucapannya.
“Ayahku juga memiliki rajah naga di punggungnya Baraka, hanya saja tidak berwarna emas seperti milikmu” kali ini wajah Baraka berubah terkejut mendengar hal itu.
“Mendiang ayahku bilang, suatu saat nanti akan datang seseorang dengan rajah naga ditubuhnya yang akan mewarisi jurus terakhir Naga Pamungkas, jurus ‘Naga Murkha&rs
Nyi Naga geni memang sengaja menggenjot Baraka berlatih siang dan malam, hanya beristirahat sebentar, kemudian berlatih lagi, karena Nyi Naga geni ingin Baraka secepatnya terjun ke dunia luar, dimana saat ini Nyi Naga geni mendengar, di luar sana. Angkara Murka semakin merajalela dimana-mana. Dan hari ini tepat disaat Baraka menyempurnakan jurus Petit Nogo Kinurat Papat, Pusoko Ranonggo Madyo. Nyi Naga geni meminta Baraka untuk datang menghadapnya.Kini keduanya sudah berhadapan satu sama lain, tanpa ada satupun murid-murid Perguruan Naga Kencana yang ada disana menyertai mereka.“Kau sudah berhasil menguasai jurus Petit Nogo Kinurat Papat, Pusoko Ranonggo Madyo Baraka”“Terima kasih nyai, semua berkat bimbingan nyai kepada saya. Maaf kalau saya selalu menguji kesabaran nyai” ucap Baraka dengan penuh khidmat.Nyi Naga geni tersenyum bijak mendengar hal itu. Selama dalam masa bimbingannya, Nyi Naga geni memang mengagumi sifat Baraka
“Kek...,” tegur Baraka setengah berbisik ketika telah berada di sisi orang tua berbaju putih itu. Baraka diam sebentar, sambil terus mengamati tindakan orang tua itu.“Kek...! Hey, Kakek,” ulang Baraka lebih keras.Tapi orang yang ditegur tetap saja mematung tanpa gerak sedikit pun. Baraka mencoba memanggil lagi. Bahkan tangannya pun sudah bergerak-gerak nakal di depan wajah orang tua itu. Hasilnya, tetap nihil. Orang tua itu belum juga memberi tanggapannya. Sekali lagi dicobanya untuk menegur dengan suara lebih keras, sampai akhirnya, dia jadi menggerutu sendiri.“Huh!”Baraka mulai jengkel, karena orang yang ditegurnya seakan menganggapnya sekadar nyamuk buduk.“Apa kau memang tuli, Kek? Apa aku harus berteriak tepat di telingamu? Ya..., baiklah!” gumam pemuda bermata biru ini, seperti orang kehilangan akal.Lalu....“Kek...! Oooi, Kakek!” jerit Baraka tak tanggung-tanggung
Baraka langsung bangkit, lalu berkacak pinggang.Hatinya benar-benar mangkel.“Aku bukan anak bawang. Bisa kubuktikan kalau aku ini biangnya bawang! Eh..., maksudku aku memang hebat. Bagaimana aku harus membuktikannya? Apa mesti menggigit telingamu sampai mengejang mati?”“Jadi kau mau menerima warisanku, kan?” Kata Ki Nogomurkho tersenyum geli. Sedangkan Baraka makin menekuk wajah.“Tapi tidak mudah untuk mendapatkan warisanku itu,” kata Ki Nogomurkho kembali. Wajahnya yang semula cerah karena tersenyum, kini mulai memutih lagi.“Memang apa sih warisanmu itu?”“Jurus terakhir dari Naga Pamungkas, Rajah Nogo Kinurat Papat, Sifat Papat Minongko Roso Janmo. Atau yang biasa dikenal oleh orang-orang rimba persilatan sebagai Jurus Naga Murkha”Kembali wajah Baraka berubah dengan mata melotot mendengar ucapan sikakek. Baraka kini mulai tertarik untuk mendengar lebih lanjut
Sementara itu kedua telapak tangan Baraka tampak terus mengarahkan ke-10 Gelang Brahmanandanya yang kini secara perlahan mulai berputar laksana gasing. Semakin cepat dan terus semakin cepat.Gggeeerrr...!Naga Bumi mengeluarkan raungan kerasnya seiring dengan melesat keluarnya api yang membentuk bola besar dari dalam mulutnya.Wuusssh...!!!Bola api besar itu langsung melesat kearah Baraka.“Heaaaa!” Baraka mendorong kedua telapak tangannya yang sudah dibentuk saling menghadap berlainan keatas dan kebawah kedepan.Wuusssh...!!!Gelang Brahmananda yang sudah membentuk seperti bunga yang bermekaran itupun melesat kedepan, menyongsong bola api naga besar tersebut.DAAAASSSSSTTTT….!!!Bola api naga bertemu dengan gelang-gelang Brahmananda yang berbentuk bunga yang sedang mekar dan kini terlihat bola api naga dan gelang-gelang Brahmananda saling dorong mendorong dengan penuh kekuatan.Blegaarrr...!
Ggggeeerrr...!Hroaagghhh ...!Kedua hewan raksasa ini sama-sama mengeluarkan raungan kerasnya seakan ingin menunjukkan siapa yang terkuat diantara mereka. Langit tampak dipenuhi oleh sosok kedua naga raksasa tersebut. Sementara di bawah, Baraka tampak sudah melihat kearah Naga Emas.“Terima kasih kak...” ucap Baraka pelan. Naga Emas menoleh kearahnya, entah mendengar apa yang baru diucapkan oleh Baraka, atau memang sengaja menoleh kearah Baraka.“Pulihkan luka dalammu Baraka, biar kuberi pelajaran Naga Bumi ini” terdengar suara Naga Emas terngiang di telinga Baraka. Baraka mengangguk cepat. Lalu segera mengambil sikap semadi.Ggggeeerrr...!Naga Bumi kembali terlihat menarik nafas, gulungan angin kembali terbentuk didepan mulut Naga Bumi, juga dadanya yang mengembung besar. Melihat hal itu, Naga Emaspun terlihat melakukan hal yang sama.Wuussshhh! Weerrr...!Naga Bumi menghempuskan nafas apinya, dari hi
“Pertarungan baru berakhir, jika kedua naga ini sudah kehabisan tenaga” ucap Ki Nogomurkho menyelesaikan ceritanya.“Lalu bagaimana caranya kakek bisa mengalahkan Naga Bumi dan mendapatkan jurus Naga Murkha?”“Aku tak pernah mengalahkan Naga Bumi Baraka, saat dulu aku terperosok kedalam inti pusat bumi, aku menemukan Naga Bumi yang tengah tertidur. Tanpa sengaja, kehadiranku justru membangunkan Naga Bumi, tapi Naga Bumi tidak murka kepadaku, melainkan menawarkan sesuatu yang membuatku tak bisa menolaknya. Naga Bumi memberikan jurus Naga Pamungkas kepadaku. Sebagai imbalannya, Naga Bumi memintaku untuk menjaga tempat kediamannya dari gangguan apapun dari dunia luar sampai tiba masanya Naga Bumi untuk bangun. Sejak saat itu aku menjadi penjaga Naga Bumi. Hingga akhirnya, Naga Bumi terbangun dari tidur panjangnya. Tepatnya 20 tahun yang lalu. Naga Bumi mengatakan kalau rivalnya, Naga Langit sudah terlahir ke dunia” tut
SEBUAH mustika kemerahan tampak mengambang di atas sebuah meja batu bulat yang tinggi mencapai sepinggang orang dewasa, mustika yang mengeluarkan aura merah itu yang kini menjadi perhatian sosok pemuda yang memiliki rajah Naga Emas melingkar di punggung lengan kirinya itu tampak berkali-kali memutari meja batu bulat tersebut. Kedua matanya tak berkedip sedikitpun menatap Mustika yang mengambang diatas batu tersebut. Sesekali si pemuda tampak mengulurkan telapaknya kebawah Mustika yang mengambang itu, lalu menggerakkan tangannya ke kiri dan kanan dibawah Mustika mengambang itu. Sepertinya pemuda itu masih tak percaya, kalau Mustika yang ada dihadapannya saat ini benar-benar mengambang diudara.Di dekat sang pemuda yang tak lain adalah Baraka itu, tampak berdiri sosok tua Ki Nogomurkho. “Inilah Mustika Naga Bumi itu Baraka. Selamat! Kau sudah berjodoh dengannya”“Boleh ku ambil kek?”“Tentu saja boleh, itu sudah menjadi hakmu”
Di kaki langit sebelah timur, matahari tersembul memantulkan sinar rona jingga. Ayam jantan liar mengumandangkan kokoknya yang gagah, menyapa hari di ambang pagi. Gumpalan awan berarak di cakrawala. Sementara, tiupan angin sejuk melengkapi lahirnya hari ini.Dalam terpaan lembut hawa pagi, Baraka mematung di puncak bukit. Tubuhnya terlihat bagai tonggak kayu tak bernyawa saja. Di bawah sana, Inti Pusat Bumi. Dia telah menyelesaikan masa penyempurnaannya. Sebagai seorang pendekar. Ya! Penyempurnaan dirinya memang telah selesai.“Telah sempurnakah aku?!” bisik hati pemuda itu. Namun sisi hatinya yang lain berbisik, kalau penyempurnaan kedigdayaan yang telah dilakukan-nya di Gunung Batu memang tidak menjamin. Bukankah di dunia ini tak ada manusia yang sempurna?Sebelum berpisah, Ki Nogomurkho membebankan sebuah amanat kepadanya. Amanat tersebut bukanlah sesuatu yang ringan. Panji-panji keadilan dan kebenaran harus ditegakkan.Kakinya mulai melang