"Jangan dipakai buat tontonan!" Seru Betari Ayu.
"Angkat dia dan bawa masuk dengan segera!"
Murbawati dibawa ke ruang yang khusus untuk penyembuhan. Di sana tubuh lunglai tak berdaya itu dibaringkan di atas sebuah pembaringan dari batu yang dilapisi kain tebal.
"Tinggalkan kami!" Kata Betari Ayu kepada para penggotong tubuh Murbawati itu.
Mereka pun patuh, segera pergi meninggalkan ruang penyembuhan. Kini yang ada di situ hanya Murbawati dan Betari Ayu. Dipandangi sekujur tubuh Murbawati dengan sorot pandangan mata yang menyimpan kemarahan. Gigi menggeletuk, mata pun menjadi menyipit.
Betari Ayu menarik napas, menenangkan gemuruh di dalam dadanya yang terasa hampir meledak melihat orang utusannya terkapar dalam keadaan sedemikian menyedihkannya. Terucap gumam, mendalam dari sudut berbibir sedikit tebal namun tampak indah itu. "Keparat! Ini pasti perbuatan Dewi Pedang!"
Pintu kamar penyembuhan dibuka, Betari Ayu memanggil kedua murid kesayang
"Jika Ratu Lembah Asmara melancarkan pukulan, selalu saja pukulan yang mematikan yang dilancarkan. Tak pernah tanggung-tanggung seperti ini!" Pikir Betari Ayu."Andaikata benar bahwa Murbawati menderita pukulan dari Ratu Lembah Asmara, lantas apa maunya perempuan liar itu? Apakah ia sudah bosan bersahabat denganku? Apakah ia membuka pintu permusuhan denganku? Apa alasannya ia bertindak begitu? Bukankah aku pernah menolong nyawanya dari ancaman maut Cadaspati dalam pertempurannya di Bukit Menoreh?"Betari Ayu diguncang oleh keresahan dalam hatinya. la merasa harga dirinya dilangkahi oleh seseorang, tapi ia tak tahu kepada siapa ia harus menuntut sikap yang menantang itu. Satu-satunya wajah yang sering muncul dalam ingatannya hanyalah Dewi Pedang. Karena antara dia dengan Dewi Pedang pernah terjadi bentrokan ketika memperebutkan seorang lelaki yang bernama Datuk Marah Gadai.Sejenak, ingatan Betari Ayu melayang pada seraut wajah pria tampan berkesan jantan. Datuk
"Murbawati," Sapa Nyai Guru Betari Ayu dengan sikap tegasnya."Ceritakan, siapa orang yang menyerangmu sedemikian rupa?" Dewi Murka menyahut dengan pertanyaan."Apakah Dewi Pedang orangnya, Murbawati?""Bukan," Jawab Murbawati masih dengan suara lemah."Apakah Ratu Lembah Asmara? tanya Betari Ayu."Juga bukan, Nyai Guru.""Lantas siapa?""Pujangga Kramat," Jawab Murbawati.Tiga wajah perempuan yang sama-sama memiliki kecantikan tersendiri itu kini saling beradu pandang. Dahi mereka sedikit berkerut mendengar nama tersebut. Selendang Maut dan Dewi Murka merasa asing terhadap nama itu, tapi Betari Ayu rupanya tidak merasa asing.Hanya sedikit heran, mengapa Murbawati jadi punya urusan dengan Pujangga Kramat."Nyai Guru, mohon sudi memaafkan kelancangan saya yang telah membuat saya terluka seperti ini," Tutur Murbawati dengan perasaan bersalah dan sikap menyesal. Nyai Guru Betari Ayu hanya diam saja, mata tetap meman
BUKIT KAYANGAN. Sebuah tempat yang sangat indah hingga orang-orang memberinya nama Bukit Kayangan. Paling tidak, setiap orang yang mendengar nama ini, pasti sudah membayangkan betapa indahnya bukit itu. Dugaan orang-orang memang sebagian benar, tapi juga sebagian salah. Bukit Kayangan memang sebuah tempat yang sangat indah. Di sepanjang mata memandang, dari dataran lembah hingga ke puncak bukit, dipenuhi dengan berbagai macam pesona tanaman yang berwarna warni. Bila mendaki bukit itu, bagaikan mendaki ke sebuah taman langit. Tapi... tidak sembarang orang bisa ke puncak Bukit Kayangan, karena salah langkah ataupun salah kata, nyawa melayang. Di Bukit Kayangan tinggal seorang sesepuh dunia persilatan berjuluk Setan Bodong. Setan Bodong terkenal akan kesaktiannya. Namanya disegani baik orang-orang dari golongan putih maupun golongan hitam, karena dia tak pernah pandang bulu dalam memilih lawan. Bila dirasa
Seketika paras Setan Bodong yang tadinya jengkel dan putus asa langsung berubah ceria, matanya berbinar-binar memandang ke arah Baraka dengan tatapan gembira.“Bagus...” teriak Setan Bodong keras.“Tapi kau jangan mengajarkan banyak kesaktian padaku. Apa yang kumiliki saat ini, sudah terlalu banyak dan sudah lebih dari cukup” potong Baraka cepat.“Tentu.. tentu, aku tidak akan menurunkan banyak kesaktian kepadamu. Hanya beberapa saja yang menurutku akan berguna untukmu, di tambah 1 kesaktian ciptaanku”“Kesaktian apa itu?” tanya Baraka penasaran.“Kau ingat Banyak Langkir?”“Raja Penyasar Sukma...”“Benar, Banyak Langkir atau Raja Penyasar Sukma, murid murtadku itu. Ku dengar ia telah tewas ditanganmu, Baraka?”Baraka mengangguk. Saat Setan Bodong memintanya menceritakan tentang pertarungannya dengan Banyak Langkir atau Raja Penyasar Sukma yang
Setan Bodong segera meluncurkan pukulan jarak jauhnya ke tubuh Baraka.Wusss...!Dengan sigap tangan kiri Baraka disentakkan ke depan.Wuuggg...!Gelombang tenaga dalam dilancarkan pula oleh Baraka. Gelombang itu berbenturan dengan hawa pukulan jarak jauh dari Setan Bodong, dan akibatnya menimbulkan suara bergedebuk seperti nangka jatuh dari pohon.Beeegh...!Baraka tersentak mundur satu langkah. Tetapi Setan Bodong tersentak mundur tiga langkah.Rupanya Baraka mengirim kekuatan tenaga dalamnya lebih besar dari pukulan jarak jauhnya Setan Bodong, membuat tubuh kakek berjubah kuning itu lebih besar menerima sentakan.Tubuh itu membentur pohon.Bukkk...!"Kurang ajar kau!" Geram Setan Bodong karena merasakan sakit pada bagian punggungnya yang terkena tunas pohon berbentuk seperti tangan menggenggam.Baraka tertawa sambil menuding-nuding gurunya yang menyeringai kesakitan di bagian punggung. Sejak berguru dan
“Mulai sekarang, kau harus berhati-hati menatap lawan jenismu, Baraka” ucap Setan Bodong tiba-tiba, hingga menarik perhatian pemuda dari lembah kera ini.“Memangnya ada apa, Kek?”“Kau telah mewarisi Ilmu Dewa Kayangan, secara tidak langsung, kini kedua matamu sudah tersimpan kekuatan yang mampu memiliki daya pesona yang sangat tinggi terhadap lawan jenismu... siapapun wanita yang bertatapan denganmu, dia akan terpikat olehmu... kecuali wanita itu memiliki hati yang bersih. Maka dia tidak akan terpengaruh oleh tatapan matamu. Juga senyumanmu, kini kau telah memiliki Aji ‘Senyum Dewa Kayangan’. Sekali lagi ku ingatkan, jangan tebar pesonamu ke semua wanita yang kau temui” jelas Setan Bodong.“Ilmu ‘Senyum Dewa Kayangan’... ” Gumam Baraka sambil garuk-garuk kepala dengan tersenyam senyum dikulum.“Pesanku padamu, hati-hatilah dengan wanita, ilmu Dewa Kayang
Ternyata dua tokoh yang bertarung itu adalah dua wanita berpakaian lebih bersih dari pakaiannya Baraka. Yang satu berpakaian pinjung sebatas dada warna kuning, sama dengan celananya yang sebatas betis. Pinjung dan celana itu ketat dengan tubuhnya yang sekal dan sexy. Karena ketatnya, maka bentuk dadanya yang menonjol sekal dan menggemaskan itu terlihat jelas di mata Baraka. Tentu saja mata itu enggan berkedip karena memang suka dengan pemandangan yang bersifat syur seperti itu. Sayang sekali wanita muda yang ditaksir usianya sekitar dua puluh empat tahun itu mengenakan pakaian jubah lengan panjang warna abu-abu tipis, sehingga bentuk keelokan tubuhnya tak bisa terlihat bebas."Cantik juga dia. Tahi lalat di dekat bibirnya itu yang membuatnya tampak cantik dan menawan hati. Gemas sekali aku pada bibir itu!" gumam Baraka yang suka berpikiran nakal itu.Katanya lagi. ”Tapi yang satunya lagi juga oke punya, Cing! Memang sedikit lebih tua dari yang berjubah abu-abu it
Kitab Jayabadra adalah kitab pusaka milik guru mereka; Nyai Lirih Dewi. Salah satu ilmu berbahaya yang terdapat dalam Kitab Jayabadra adalah jurus 'Jaya Petaka', yang apabila digunakan bisa menghadirkan bencana pada alam sekelilingnya. Mereka tidak tahu bahwa bencana yang terjadi belum lama ini adalah akibat murka Barata, ayahnya Baraka. Murka yang menggegerkan Istana Langit, juga menggegerkan kehidupan di bumi, telah disalah artikan oleh Nyai Lirih Dewi. Karenanya ia mengutus murid tercintanya; Rintih Manja untuk menangkap Arum Selayang, sebab kepergian Arum Selayang bersamaan dengan hilangnya Kitab Jayabadra."Sekali lagi kuperingatkan padamu, Arum Selayang. Menyerahlah dan jangan melawan supaya aku tidak bikin nyawamu melayang-layang!""Kau pikir mentang-mentang kau menjadi anak emas Guru, maka kau bisa kalahkan ilmuku? Hmmm...! Sori aja, ya?! Bagaimanapun juga kedudukanmu masih di bawahku, Rintih Manja. Aku adalah seniormu! Ilmumu belum sepadan dengan ilmu