Kitab Jayabadra adalah kitab pusaka milik guru mereka; Nyai Lirih Dewi. Salah satu ilmu berbahaya yang terdapat dalam Kitab Jayabadra adalah jurus 'Jaya Petaka', yang apabila digunakan bisa menghadirkan bencana pada alam sekelilingnya. Mereka tidak tahu bahwa bencana yang terjadi belum lama ini adalah akibat murka Barata, ayahnya Baraka. Murka yang menggegerkan Istana Langit, juga menggegerkan kehidupan di bumi, telah disalah artikan oleh Nyai Lirih Dewi. Karenanya ia mengutus murid tercintanya; Rintih Manja untuk menangkap Arum Selayang, sebab kepergian Arum Selayang bersamaan dengan hilangnya Kitab Jayabadra.
"Sekali lagi kuperingatkan padamu, Arum Selayang. Menyerahlah dan jangan melawan supaya aku tidak bikin nyawamu melayang-layang!"
"Kau pikir mentang-mentang kau menjadi anak emas Guru, maka kau bisa kalahkan ilmuku? Hmmm...! Sori aja, ya?! Bagaimanapun juga kedudukanmu masih di bawahku, Rintih Manja. Aku adalah seniormu! Ilmumu belum sepadan dengan ilmu
Perguruan Mekar Bumi menjadi tempat Baraka singgah pertama kali setelah meninggalkan Bukit Kayangan. Kehadirannya yang membawa perdamaian antara Arum Selayang dan Rintih Manja diterima dengan baik oleh Nyai Lirih Dewi. Memang pada mulanya Nyai Lirih Dewi sempat curiga, menyangka Baraka memihak Arum Selayang."Seharusnya kau tidak ikut campur dalam urusan ini, Anak Muda," ujar sang Guru yang usianya sudah mencapai delapan puluh tahun, tapi masih kelihatan tegar. Kulitnya berkeriput, namun tulangnya masih lurus. Tak ada bungkuk sedikit pun. Matanya masih memandang dengan tajam, setajam pisau cukur. Wibawa dan kharismanya masih tinggi.Dengan pakaian hijau tuanya Nyai Lirih Dewi menampakkan sikap kurang ramah kepada Baraka. Bahkan dengan nada ketus ia berkata, ”Apa perlumu membela Arum Selayang, sehingga kau yakin betul bahwa Arum Selayang tidak mencuri kitab pusaka kami?""Kalau dia mempunyai kitab itu dan sudah pelajari jurus 'Jaya Petaka', tentunya perguru
"Kau hanya bisa menjawab secara kebetulan saja. Aku masih kurang yakin dengan pengetahuanmu!" katanya bernada penasaran.Orang-orang di pendopo menjadi bertambah tegang, tapi hati mereka merasakan sebentuk kesenangan yang seru. Kali ini mereka melihat gurunya teruji kecerdasan dengan sang tamu. Bahkan mereka sempat berharap tegang setelah mengetahui Nyai Lirih Dewi mengambil alih tusuk konde itu dari tangan Baraka dengan hanya menyentakkan tangan kirinya ke depan dan menariknya sedikit.Wuuut...! Tusuk konde tahu-tahu melayang dan tertangkap di tangan Nyai Lirih Dewi."Gila! Dia mau pamer ilmu rupanya?" pikir Baraka masih kalem-kalem saja. Senyumnya membias tipis di bibir dengan pandangan mata bersikap tenang. Tiba-tiba ia terperanjat melihat tusuk konde itu dilemparkan dengan gerakan cepat dan menancap pada salah satu tiang pendapa dari kayu jati.Jeeeb...! Tusuk konde itu masuk ke dalam kayu, tinggal sisa bulatannya yang mirip kelereng itu yang terlihat
Nyai Lirih Dewi berbisik kepada Baraka, ”Yang berpakaian biru itu bernama: Kebo Polo, yang berpakaian hitam namanya: Kebo Tumang. ”"Serem-serem namanya, ya?" komentar Baraka dengan tetap kalem."Mereka utusan dari Geledek Hitam. Sudah dua kali datang kemari. Ini yang ketiga kalinya. ”"Apa perlunya?""Memintaku untuk meninggalkan bukit ini. Orang-orang Geledek Hitam bernafsu sekali untuk mendiami bukit ini!""Hmmm...!" Baraka manggut-manggut. Sementara itu, Rintih Manja sedang adu debat dengan Kebo Tumang dibantu oleh Arum Selayang, sedangkan para murid lainnya mengelilingi tempat itu dari kejauhan. Mereka sudah berada di pelataran.Baraka berbisik lagi, ”Mengapa mereka ingin menguasai bukit ini?""Aku tak tahu jawaban yang pasti. Cobalah kau gunakan teropong batinmu untuk menjawab pertanyaan itu!" Tiba-tiba mereka terpaksa lompat ke belakang karena Kebo Tumang melepas pukulan tenaga dalamnya ke arah Rintih Ma
"Aaaauh...!" terdengar Kebo Tumang menjerit keras, tapi tak diketahui apa sebabnya menjerit. Apakah karena ia merasa punya mulut besar, atau karena kakinya tertusuk duri. Tak jelas bagi mereka.Namun setelah Kebo Tumang berdiri setengah membungkuk sambil memegangi telinga kirinya, dan Baraka melemparkan sesuatu yang digenggamnya, yaitu daun telinga berdarah, maka tahulah mereka bahwa Kebo Tumang telah kecolongan daun telinga kirinya.Mereka makin terheran-heran dan berpikiran, ”Bagaimana caranya Baraka bisa memotong telinga lawan, sedangkan dia tidak bersenjata apa pun?"-o0o-JIKA Ratu Geledek mengutus dua orangnya untuk mengusir Nyai Lirih Dewi dari Bukit Bara, tentu saja orang itu adalah orang pilihan. Ilmunya tidak tanggung-tanggung. Percuma saja dong kalau kelas ilmu utusan itu sebatas kelas kambing congek, ngapain ditugaskan mengusir Nyai Lirih Dewi? Mendingan diutus mengusir ayam saja. Iya, kan?Tetapi petugas penggusuran
“Baraka... ”“Iya”“Apa kau sudah punya kekasih?” tanya Arum Selayang memberanikan dirinya bertanya kepada Baraka, pertanyaan yang mewakili semua murid-murid yang ada di perguruan mekar bumi.“Belum dong. Aku baru saja turun gunung”“Gunung mana?”“Itu... tu” kata Baraka menggoda seraya melirik kearah belahan dada Arum Selayang yang tampak tersumbul putih mulus.“Ih, aku serius Baraka”“Jangan serius-serius, nanti kalau terjadi benaran bisa repot urusannya”“Apaan sih Baraka, makin ngak nyambung nih ngomongnya” kata Arum Selayang memukul manja lengan Baraka. Baraka hanya tersenyum garuk-garuk kepala dan membiarkannya saja.“Kau sendiri, apa sudah punya kekasih?” tanya Baraka balik bertanya.“Aku pernah menikah Baraka, tapi pernikahanku gagal”“Gagal kenapa?”
"Soal apa, Nyai?""Dia naksir kamu!" jawab Nyai Lirih Dewi nyeplos saja."Ah, jangan gitulah, Nyai...," Baraka pringas-pringis tak enak hati."Rintih Manja sering sakit hati kalau melihat kau jalan dengan Arum Selayang atau gadis lainnya. Dia bicara apa adanya padaku, Baraka. Dia sangat mengharapkan pengertianmu.""Aku belum berpikir ke arah situ, Nyai. Aku malah sedang bingung memikirkan ketuaanku yang datang dengan cepat ini.""Kau belum kelihatan tua, Baraka. Kau masih pantas punya istri.""Ya memang sih. Biar rambutku sudah beruban memang masih pantas punya istri, tapi kawin dalam usia tua itu merupakan sesuatu yang mendatangkan rasa malu, Nyai. Aku sedang berpikir bagaimana mencegah proses ketuaanku yang datang dengan cepat ini.""Aku punya mantera pengawet muda! Kalau kau mau akan kuajarkan bagaimana membaca mantera pengawet muda itu.""Kenapa tidak kau gunakan sendiri supaya kau tetap awet muda
Arum Selayang muncul dengan terburu-buru. "Guru, cepatlah keluar! Baraka sudah datang dan sekarang sedang berhadapan dengan Ratu Geledek Hitam.""Hah...?! Sudah datang?! Syukur, syukur...!" Nyai Lirih Dewi mengelus dada sendiri merasa lega. Wajahnya cerah kembali, dan ia langsung bergegas menuju pekarangan depan, menembus keluar melalui pintu gerbang yang memang sudah dibuka oleh petugasnya. Dan di sana dilihatnya Baraka sedang bicara dengan Ratu Geledek Hitam yang masih diam di atas punggung kuda. Sepuluh anak buahnya, termasuk Kebo Polo, mengelilinginya bagai mengurung pertemuan tersebut.Mereka sudah siap dengan senjata masing-masing. Ratu Geledek Hitam ternyata seorang wanita yang cantik jelita. Usianya seperti masih sekitar tiga puluh tahunan. Yah, lewat sedikitlah. Yang jelas rupanya masih semarak ayu. Matanya sedikit nakal, namun indah. Hidungnya bangir, bibirnya sensuai. Dadanya, wah.... Pokoknya bikin lelaki berkepala
Nyai Lirih Dewi berkata dalam geram, "Aku harus bisa mengambil kitab itu lagi tanpa harus pergi dari Bukit Bara!""Biar aku yang mengambilnya ke sana, Nyai!" kata Baraka."Jangan! Kau tak boleh ke sana!" tukas Rintih Manja. "Dia pandai menjerat hati lelaki.""Tenang saja, Rintih Manja," kata Baraka. "Dia tak akan menjeratku karena hatinya tadi sudah terjerat sendiri olehku.""Uuh...! Dasar buaya!" geram Rintih Manja, lalu bergegas masuk.-o0o-Baraka tak mau didampingi oleh siapa pun. Masa' jagoan mau melabrak musuh kok harus didampingi seseorang, malu kan? Makanya Baraka tetap ngotot ketika Nyai Lirih Dewi memerintahkan Rintih Manja untuk mendampinginya ke Geledek Hitam."Kalau ada yang nekat mendampingiku, aku tidak mau pergi ke sana!" ancam Baraka.Akhirnya sang Nyai memutuskan untuk menuruti kemauan Baraka. Ia percayakan kitab itu kepada si tampan dengan catatan: "Jika kau terpikat oleh kecantikannya