Share

252. Part 6

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-10 01:03:46

Kitab Jayabadra adalah kitab pusaka milik guru mereka; Nyai Lirih Dewi. Salah satu ilmu berbahaya yang terdapat dalam Kitab Jayabadra adalah jurus 'Jaya Petaka', yang apabila digunakan bisa menghadirkan bencana pada alam sekelilingnya. Mereka tidak tahu bahwa bencana yang terjadi belum lama ini adalah akibat murka Barata, ayahnya Baraka. Murka yang menggegerkan Istana Langit, juga menggegerkan kehidupan di bumi, telah disalah artikan oleh Nyai Lirih Dewi. Karenanya ia mengutus murid tercintanya; Rintih Manja untuk menangkap Arum Selayang, sebab kepergian Arum Selayang bersamaan dengan hilangnya Kitab Jayabadra.

"Sekali lagi kuperingatkan padamu, Arum Selayang. Menyerahlah dan jangan melawan supaya aku tidak bikin nyawamu melayang-layang!"

"Kau pikir mentang-mentang kau menjadi anak emas Guru, maka kau bisa kalahkan ilmuku? Hmmm...! Sori aja, ya?! Bagaimanapun juga kedudukanmu masih di bawahku, Rintih Manja. Aku adalah seniormu! Ilmumu belum sepadan dengan ilmu

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   253. Part 7

    Perguruan Mekar Bumi menjadi tempat Baraka singgah pertama kali setelah meninggalkan Bukit Kayangan. Kehadirannya yang membawa perdamaian antara Arum Selayang dan Rintih Manja diterima dengan baik oleh Nyai Lirih Dewi. Memang pada mulanya Nyai Lirih Dewi sempat curiga, menyangka Baraka memihak Arum Selayang."Seharusnya kau tidak ikut campur dalam urusan ini, Anak Muda," ujar sang Guru yang usianya sudah mencapai delapan puluh tahun, tapi masih kelihatan tegar. Kulitnya berkeriput, namun tulangnya masih lurus. Tak ada bungkuk sedikit pun. Matanya masih memandang dengan tajam, setajam pisau cukur. Wibawa dan kharismanya masih tinggi.Dengan pakaian hijau tuanya Nyai Lirih Dewi menampakkan sikap kurang ramah kepada Baraka. Bahkan dengan nada ketus ia berkata, ”Apa perlumu membela Arum Selayang, sehingga kau yakin betul bahwa Arum Selayang tidak mencuri kitab pusaka kami?""Kalau dia mempunyai kitab itu dan sudah pelajari jurus 'Jaya Petaka', tentunya perguru

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Pendekar Kera Sakti   254. Part 8

    "Kau hanya bisa menjawab secara kebetulan saja. Aku masih kurang yakin dengan pengetahuanmu!" katanya bernada penasaran.Orang-orang di pendopo menjadi bertambah tegang, tapi hati mereka merasakan sebentuk kesenangan yang seru. Kali ini mereka melihat gurunya teruji kecerdasan dengan sang tamu. Bahkan mereka sempat berharap tegang setelah mengetahui Nyai Lirih Dewi mengambil alih tusuk konde itu dari tangan Baraka dengan hanya menyentakkan tangan kirinya ke depan dan menariknya sedikit.Wuuut...! Tusuk konde tahu-tahu melayang dan tertangkap di tangan Nyai Lirih Dewi."Gila! Dia mau pamer ilmu rupanya?" pikir Baraka masih kalem-kalem saja. Senyumnya membias tipis di bibir dengan pandangan mata bersikap tenang. Tiba-tiba ia terperanjat melihat tusuk konde itu dilemparkan dengan gerakan cepat dan menancap pada salah satu tiang pendapa dari kayu jati.Jeeeb...! Tusuk konde itu masuk ke dalam kayu, tinggal sisa bulatannya yang mirip kelereng itu yang terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Pendekar Kera Sakti   255. Part 9

    Nyai Lirih Dewi berbisik kepada Baraka, ”Yang berpakaian biru itu bernama: Kebo Polo, yang berpakaian hitam namanya: Kebo Tumang. ”"Serem-serem namanya, ya?" komentar Baraka dengan tetap kalem."Mereka utusan dari Geledek Hitam. Sudah dua kali datang kemari. Ini yang ketiga kalinya. ”"Apa perlunya?""Memintaku untuk meninggalkan bukit ini. Orang-orang Geledek Hitam bernafsu sekali untuk mendiami bukit ini!""Hmmm...!" Baraka manggut-manggut. Sementara itu, Rintih Manja sedang adu debat dengan Kebo Tumang dibantu oleh Arum Selayang, sedangkan para murid lainnya mengelilingi tempat itu dari kejauhan. Mereka sudah berada di pelataran.Baraka berbisik lagi, ”Mengapa mereka ingin menguasai bukit ini?""Aku tak tahu jawaban yang pasti. Cobalah kau gunakan teropong batinmu untuk menjawab pertanyaan itu!" Tiba-tiba mereka terpaksa lompat ke belakang karena Kebo Tumang melepas pukulan tenaga dalamnya ke arah Rintih Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Pendekar Kera Sakti   256. Part 10

    "Aaaauh...!" terdengar Kebo Tumang menjerit keras, tapi tak diketahui apa sebabnya menjerit. Apakah karena ia merasa punya mulut besar, atau karena kakinya tertusuk duri. Tak jelas bagi mereka.Namun setelah Kebo Tumang berdiri setengah membungkuk sambil memegangi telinga kirinya, dan Baraka melemparkan sesuatu yang digenggamnya, yaitu daun telinga berdarah, maka tahulah mereka bahwa Kebo Tumang telah kecolongan daun telinga kirinya.Mereka makin terheran-heran dan berpikiran, ”Bagaimana caranya Baraka bisa memotong telinga lawan, sedangkan dia tidak bersenjata apa pun?"-o0o-JIKA Ratu Geledek mengutus dua orangnya untuk mengusir Nyai Lirih Dewi dari Bukit Bara, tentu saja orang itu adalah orang pilihan. Ilmunya tidak tanggung-tanggung. Percuma saja dong kalau kelas ilmu utusan itu sebatas kelas kambing congek, ngapain ditugaskan mengusir Nyai Lirih Dewi? Mendingan diutus mengusir ayam saja. Iya, kan?Tetapi petugas penggusuran

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Pendekar Kera Sakti   257. Part 11

    “Baraka... ”“Iya”“Apa kau sudah punya kekasih?” tanya Arum Selayang memberanikan dirinya bertanya kepada Baraka, pertanyaan yang mewakili semua murid-murid yang ada di perguruan mekar bumi.“Belum dong. Aku baru saja turun gunung”“Gunung mana?”“Itu... tu” kata Baraka menggoda seraya melirik kearah belahan dada Arum Selayang yang tampak tersumbul putih mulus.“Ih, aku serius Baraka”“Jangan serius-serius, nanti kalau terjadi benaran bisa repot urusannya”“Apaan sih Baraka, makin ngak nyambung nih ngomongnya” kata Arum Selayang memukul manja lengan Baraka. Baraka hanya tersenyum garuk-garuk kepala dan membiarkannya saja.“Kau sendiri, apa sudah punya kekasih?” tanya Baraka balik bertanya.“Aku pernah menikah Baraka, tapi pernikahanku gagal”“Gagal kenapa?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Pendekar Kera Sakti   258. Part 12

    "Soal apa, Nyai?""Dia naksir kamu!" jawab Nyai Lirih Dewi nyeplos saja."Ah, jangan gitulah, Nyai...," Baraka pringas-pringis tak enak hati."Rintih Manja sering sakit hati kalau melihat kau jalan dengan Arum Selayang atau gadis lainnya. Dia bicara apa adanya padaku, Baraka. Dia sangat mengharapkan pengertianmu.""Aku belum berpikir ke arah situ, Nyai. Aku malah sedang bingung memikirkan ketuaanku yang datang dengan cepat ini.""Kau belum kelihatan tua, Baraka. Kau masih pantas punya istri.""Ya memang sih. Biar rambutku sudah beruban memang masih pantas punya istri, tapi kawin dalam usia tua itu merupakan sesuatu yang mendatangkan rasa malu, Nyai. Aku sedang berpikir bagaimana mencegah proses ketuaanku yang datang dengan cepat ini.""Aku punya mantera pengawet muda! Kalau kau mau akan kuajarkan bagaimana membaca mantera pengawet muda itu.""Kenapa tidak kau gunakan sendiri supaya kau tetap awet muda

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Pendekar Kera Sakti   259. Part 13

    Arum Selayang muncul dengan terburu-buru. "Guru, cepatlah keluar! Baraka sudah datang dan sekarang sedang berhadapan dengan Ratu Geledek Hitam.""Hah...?! Sudah datang?! Syukur, syukur...!" Nyai Lirih Dewi mengelus dada sendiri merasa lega. Wajahnya cerah kembali, dan ia langsung bergegas menuju pekarangan depan, menembus keluar melalui pintu gerbang yang memang sudah dibuka oleh petugasnya. Dan di sana dilihatnya Baraka sedang bicara dengan Ratu Geledek Hitam yang masih diam di atas punggung kuda. Sepuluh anak buahnya, termasuk Kebo Polo, mengelilinginya bagai mengurung pertemuan tersebut.Mereka sudah siap dengan senjata masing-masing. Ratu Geledek Hitam ternyata seorang wanita yang cantik jelita. Usianya seperti masih sekitar tiga puluh tahunan. Yah, lewat sedikitlah. Yang jelas rupanya masih semarak ayu. Matanya sedikit nakal, namun indah. Hidungnya bangir, bibirnya sensuai. Dadanya, wah.... Pokoknya bikin lelaki berkepala

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Pendekar Kera Sakti   260. Part 14

    Nyai Lirih Dewi berkata dalam geram, "Aku harus bisa mengambil kitab itu lagi tanpa harus pergi dari Bukit Bara!""Biar aku yang mengambilnya ke sana, Nyai!" kata Baraka."Jangan! Kau tak boleh ke sana!" tukas Rintih Manja. "Dia pandai menjerat hati lelaki.""Tenang saja, Rintih Manja," kata Baraka. "Dia tak akan menjeratku karena hatinya tadi sudah terjerat sendiri olehku.""Uuh...! Dasar buaya!" geram Rintih Manja, lalu bergegas masuk.-o0o-Baraka tak mau didampingi oleh siapa pun. Masa' jagoan mau melabrak musuh kok harus didampingi seseorang, malu kan? Makanya Baraka tetap ngotot ketika Nyai Lirih Dewi memerintahkan Rintih Manja untuk mendampinginya ke Geledek Hitam."Kalau ada yang nekat mendampingiku, aku tidak mau pergi ke sana!" ancam Baraka.Akhirnya sang Nyai memutuskan untuk menuruti kemauan Baraka. Ia percayakan kitab itu kepada si tampan dengan catatan: "Jika kau terpikat oleh kecantikannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

  • Pendekar Kera Sakti   1036. Part 11

    Nyai Cungkil Nyawa terlempar dan jatuh di atas reruntuhan bekas dinding dua sisi. Ia terkulai di sana bagaikan jemuran basah. Tetapi kejap berikutnya ia bangkit dan berdiri di atas reruntuhan dinding yang masih tegak berdiri sebagian itu. Ia tampak segar dan tidak mengalami cedera sedikit pun. Tetapi Mandraloka kelihatannya mengalami luka yang cukup berbahaya. Kedua tangannya menjadi hitam, sebagian dada hitam, dan separo wajahnya juga menjadi hitam. Tubuhnya pun tergeletak di bawah pohon dalam keadaan berbaring.Pelan-pelan Mandraloka bangkit dengan berpegangan pada pohon, ia memandangi kedua tangannya, dadanya, sayang tak bisa melirik sebelah wajahnya, ia tidak terkejut, tidak pula merasakan sakit yang sampai merintih-rintih. Tapi ia melangkah dengan setapak demi setapak, gerakannya kaku dan sebentar-sebentar mau jatuh.Ia menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata beberapa kejap. Setelah itu, membuka mata sambil menghembuskan napas pelan tapi panjang. Pada waktu itu

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status