Share

256. Part 10

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-12 01:01:45

"Aaaauh...!" terdengar Kebo Tumang menjerit keras, tapi tak diketahui apa sebabnya menjerit. Apakah karena ia merasa punya mulut besar, atau karena kakinya tertusuk duri. Tak jelas bagi mereka.

Namun setelah Kebo Tumang berdiri setengah membungkuk sambil memegangi telinga kirinya, dan Baraka melemparkan sesuatu yang digenggamnya, yaitu daun telinga berdarah, maka tahulah mereka bahwa Kebo Tumang telah kecolongan daun telinga kirinya.

Mereka makin terheran-heran dan berpikiran, ”Bagaimana caranya Baraka bisa memotong telinga lawan, sedangkan dia tidak bersenjata apa pun?"

-o0o-

JIKA Ratu Geledek mengutus dua orangnya untuk mengusir Nyai Lirih Dewi dari Bukit Bara, tentu saja orang itu adalah orang pilihan. Ilmunya tidak tanggung-tanggung. Percuma saja dong kalau kelas ilmu utusan itu sebatas kelas kambing congek, ngapain ditugaskan mengusir Nyai Lirih Dewi? Mendingan diutus mengusir ayam saja. Iya, kan?

Tetapi petugas penggusuran

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   257. Part 11

    “Baraka... ”“Iya”“Apa kau sudah punya kekasih?” tanya Arum Selayang memberanikan dirinya bertanya kepada Baraka, pertanyaan yang mewakili semua murid-murid yang ada di perguruan mekar bumi.“Belum dong. Aku baru saja turun gunung”“Gunung mana?”“Itu... tu” kata Baraka menggoda seraya melirik kearah belahan dada Arum Selayang yang tampak tersumbul putih mulus.“Ih, aku serius Baraka”“Jangan serius-serius, nanti kalau terjadi benaran bisa repot urusannya”“Apaan sih Baraka, makin ngak nyambung nih ngomongnya” kata Arum Selayang memukul manja lengan Baraka. Baraka hanya tersenyum garuk-garuk kepala dan membiarkannya saja.“Kau sendiri, apa sudah punya kekasih?” tanya Baraka balik bertanya.“Aku pernah menikah Baraka, tapi pernikahanku gagal”“Gagal kenapa?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Pendekar Kera Sakti   258. Part 12

    "Soal apa, Nyai?""Dia naksir kamu!" jawab Nyai Lirih Dewi nyeplos saja."Ah, jangan gitulah, Nyai...," Baraka pringas-pringis tak enak hati."Rintih Manja sering sakit hati kalau melihat kau jalan dengan Arum Selayang atau gadis lainnya. Dia bicara apa adanya padaku, Baraka. Dia sangat mengharapkan pengertianmu.""Aku belum berpikir ke arah situ, Nyai. Aku malah sedang bingung memikirkan ketuaanku yang datang dengan cepat ini.""Kau belum kelihatan tua, Baraka. Kau masih pantas punya istri.""Ya memang sih. Biar rambutku sudah beruban memang masih pantas punya istri, tapi kawin dalam usia tua itu merupakan sesuatu yang mendatangkan rasa malu, Nyai. Aku sedang berpikir bagaimana mencegah proses ketuaanku yang datang dengan cepat ini.""Aku punya mantera pengawet muda! Kalau kau mau akan kuajarkan bagaimana membaca mantera pengawet muda itu.""Kenapa tidak kau gunakan sendiri supaya kau tetap awet muda

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Pendekar Kera Sakti   259. Part 13

    Arum Selayang muncul dengan terburu-buru. "Guru, cepatlah keluar! Baraka sudah datang dan sekarang sedang berhadapan dengan Ratu Geledek Hitam.""Hah...?! Sudah datang?! Syukur, syukur...!" Nyai Lirih Dewi mengelus dada sendiri merasa lega. Wajahnya cerah kembali, dan ia langsung bergegas menuju pekarangan depan, menembus keluar melalui pintu gerbang yang memang sudah dibuka oleh petugasnya. Dan di sana dilihatnya Baraka sedang bicara dengan Ratu Geledek Hitam yang masih diam di atas punggung kuda. Sepuluh anak buahnya, termasuk Kebo Polo, mengelilinginya bagai mengurung pertemuan tersebut.Mereka sudah siap dengan senjata masing-masing. Ratu Geledek Hitam ternyata seorang wanita yang cantik jelita. Usianya seperti masih sekitar tiga puluh tahunan. Yah, lewat sedikitlah. Yang jelas rupanya masih semarak ayu. Matanya sedikit nakal, namun indah. Hidungnya bangir, bibirnya sensuai. Dadanya, wah.... Pokoknya bikin lelaki berkepala

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Pendekar Kera Sakti   260. Part 14

    Nyai Lirih Dewi berkata dalam geram, "Aku harus bisa mengambil kitab itu lagi tanpa harus pergi dari Bukit Bara!""Biar aku yang mengambilnya ke sana, Nyai!" kata Baraka."Jangan! Kau tak boleh ke sana!" tukas Rintih Manja. "Dia pandai menjerat hati lelaki.""Tenang saja, Rintih Manja," kata Baraka. "Dia tak akan menjeratku karena hatinya tadi sudah terjerat sendiri olehku.""Uuh...! Dasar buaya!" geram Rintih Manja, lalu bergegas masuk.-o0o-Baraka tak mau didampingi oleh siapa pun. Masa' jagoan mau melabrak musuh kok harus didampingi seseorang, malu kan? Makanya Baraka tetap ngotot ketika Nyai Lirih Dewi memerintahkan Rintih Manja untuk mendampinginya ke Geledek Hitam."Kalau ada yang nekat mendampingiku, aku tidak mau pergi ke sana!" ancam Baraka.Akhirnya sang Nyai memutuskan untuk menuruti kemauan Baraka. Ia percayakan kitab itu kepada si tampan dengan catatan: "Jika kau terpikat oleh kecantikannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Pendekar Kera Sakti   261. Part 15

    “Kenapa kau menangis Rintih Manja? Apakah ada yang salah dengan ucapanku barusan”.“Tidak! Tidak ada yang salah dengan ucapanmu Baraka, aku memang bukan siapa-siapamu” ucap Rintih Manja lagi diantara isak tangisnya, Baraka semakin terharu mendengarnya, maka direnggangkannya pelukannya dan diangkatnya dengan lembut wajah cantik Rintih Manja untuk menatap kearahnya.Baraka kemudian teringat akan ucapan Nyai Lirih Dewi yang pernah mengatakan kalau Rintih Manja memiliki perasaan kepadanya. Hal inilah yang kemudian Baraka mengerti akan sikap Rintih Manja.“Apa kau menyukaiku Rintih Manja?” tanya Baraka terang-terangan hingga membuat wajah Rintih Manja langsung memerah. Rintih Manja langsung menundukkan wajah, karena takut wajahnya yang memerah terlihat oleh Baraka. Pemuda yang diam-diam dicintainya.Dengan lembut, kembali Baraka mengangat dagu halus Rintih Manja yang seakan tanpa tulang itu keatas, menatap kea

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Pendekar Kera Sakti   262. Part 16

    Hujan terdengar semakin lebat diluar gudang kelapa yang menjadi tempat terjadinya pergelutan birahi antara Baraka dan Rintih Manja. Di dalamnya terlihat kedua muda mudi itu sudah saling berpelukan satu sama lain, entah karena dingin atau hanya ingin saling menghangatkan tubuh saja.Baraka terlihat hanya mengenakan celananya saja, sedangkan tubuh bagian atasnya tampak masih telanjang. Terlihat jelas bagaimana bidangnya dada yang Baraka miliki. Sementara itu dipelukannya, terlihat sosok jelita Rintih Manja tengah bergelayut manja dengan berbaring memeluk dada Baraka. Hanya mengenakan pakaian seadanya, itupun sembrawutan sehingga beberapa bagian dikulit tubuhnya terbuka. Terlihat mulus tanpa noda.Saat ini Rintih Manja terlihat tengah menatap manja kearah Baraka yang saat itu juga tengah menatapnya. Di wajah Rintih Manja tak henti-hentinya seringai senyum kepuasan atas apa yang telah terjadi. Rintih Manja merasa bagaikan mimpi semua yang baru saja dialam

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Pendekar Kera Sakti   263. Part 17

    Hentakan kaki ke bumi membuat keempat orang itu mental ke atas, ada yang kepalanya membentur dahan pohon, ada yang nyangsang di atas pohon, ada yang jatuh kepala duluan, ada pula yang tertancap patahan dahan runcing. Jurus 'Sentak Bumi'-nya terpaksa digunakan lagi ketika empat orang muncul lagi dari dalam benteng membantu temannya yang sudah tak berdaya. Dengan sekali hentakkan kaki ke bumi, keempat orang itu terpental lagi ke atas dan jatuh dengan kehilangan keseimbangan badan. Kali ini ada yang meluncur kepala duluan dan masuk ke sebuah kubangan berlumpur.Jruub...!Kepala terbenam sampai dada, kakinya masih bergerak-gerak di atas. Baraka tidak pedulikan keadaan mereka yang menderita akibat jurus 'Sentak Bumi'-nya. Ia langsung masuk ke dalam benteng berbatu hitam. Di sana ia disambut dengan lemparan enam tombak dari arah depan dan samping kanan-kiri. Baraka tak perlu merasa kaget, karena hal-hal seperti itu sudah diduga sebelumnya.Zraaab...!E

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Pendekar Kera Sakti   264. Part 18

    "Tempat apa ini sebenarnya?" tanya Baraka sambil memandang sana-sini."Tempat rahasia," jawab Ratu Geledek Hitam. "Di sinilah segala rahasia dibicarakan atau dilakukan.""Pasti tempat ini kau gunakan untuk bersembunyi dari serangan lawan yang tak mampu kau hadapi."Ratu Geledek Hitam hanya tersenyum, ia tak memberikan komentar apa-apa. Langkah kakinya tetap tegap, agak cepat, wewangian yang disemprotkan ke pakaian dan tubuhnya tercium jelas oleh hidung Baraka. Tapi Baraka tetap tidak mau lontarkan pujian atas keharuman yang lembut dan enak dihirup itu.Matanya masih memandangi tiap dinding penuh waspada, karena ia tak ingin termakan jebakan yang mungkin dipasang pada dinding lorong yang kini telah membelok ke kiri itu."Kenapa tidak ke kanan?" tanyanya."Lorong yang ke kanan menuju ke sarang ular piton. Aku punya delapan ular piton di sana. Tapi mereka tak akan bisa menyeberang ke lorong kiri ini, karena s

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1165. Part 21

    "Kuhitung sampai tiga kali kalau kau tak serahkan cambuk itu, kau akan kukirim ke neraka secepatnya!" gertak si baju hijau."Berhitunglah sampai seribu kali, aku tetap tak akan serahkan cambuk itu, karena aku memang tidak tahu menahu tentang cambuk tersebut!" kata Baraka."Bangsat! Heaah...!" si baju biru menyerang dengan jurus tangan kosong yang melepaskan selarik sinar merah lurus ke dada Baraka.Pendekar Kera Sakti tak menyangka orang itu yang akan menyerangnya, ia segera melompat ke atas, suutt...!Menghindari sinar merah itu. Tetapi ujung suling mustikanya terkena sinar merah yang segera membalik arah, membias ke samping dan sinar itu bergerak lebih cepat serta lebih besar, menghantam dada si baju hijau dengan telaknya.Blaarr...! Asap hitam mengepul tebal. Membungkus orang berkumis tebal yang tidak menduga akan terkena serangan balik dari sinar merah milik temannya. Di dalam asap tebal itu terdengar suara mirip pohon rubuh.Bruugk...!

  • Pendekar Kera Sakti   1164. Part 20

    Wuuuttt...! Seettt...! Tab!Sebuah pisau bergagang hias bulu merah ditangkap oleh gerakan cepat tangan Baraka. Pisau terbang itu terselip di sela jari Baraka dan dijepitnya kuat-kuat. Mata Pendekar Kera Sakti segera menatap semak-semak yang dicurigainya. Maka, dengan gerakan cepat Baraka melemparkan pisau itu ke arah semak-semak sambil merendahkan badan.Wuuuttt...! Zlaappp...!Gusrak...!"Aauh...!" suara orang terpekik terdengar jelas dari semak-semak itu. Kejap berikutnya muncullah seraut wajah lelaki berusia sekitar empat puluh tahun dengan seringai kesakitan, ia melangkah dengan sempoyongan. Rupanya betis orang itu terkena lemparan pisau dari Pendekar Kera Sakti tadi. Orang berpakaian biru tua itu memaki dalam gerutuan. Matanya memandang tajam penuh kemarahan, ia berusaha mencabut pisau terbang yang dikembalikan Baraka dengan seringai sakit yang membuat wajahnya bagaikan terkumpul di tengah hidung.Sleeb...! Pisau berhasil dicabut. Ketika ingin

  • Pendekar Kera Sakti   1163. Part 19

    Sedangkan lelaki yang jatuh dari atas pohon itu berkata dalam hati, "Berapa ketinggian tempatku jatuh ini? Mengapa tulang punggungku jadi seperti patah begini? Ternyata sangat tak enak jatuh dalam keadaan telentang. Lain kali aku harus punya cara jatuh yang nyaman!"Baraka menghampiri lelaki berusia sekitar tiga puluh lima tahun yang berpakaian serba hitam tapi mengenakan ikat kepala merah itu. Busur panahnya patah karena tertindih badannya. Sisa anak panah di punggung menjadi berantakan, dua batang anak panah ada yang patah juga. Pendekar Kera Sakti segera mencengkeram baju orang itu dan menariknya ke atas, sehingga orang itu menjadi berdiri dengan sangat terpaksa."Kembalikan pakaian gadis itu, atau kutenggelamkan kau ke dasar telaga!" ancam Baraka dengan tegas."Ak... aku... aku tidak mencuri pakaiannya!" kata orang tersebut. "Lalu mengapa kau mau membunuh gadis itu dengan panahmu?""Ak... aku... aku hanya disuruh!""Siapa yang menyuruhmu!"

  • Pendekar Kera Sakti   1162. Part 18

    "Kalau kau membentak-bentakku, sebaiknya aku pergi saja dan silakan cari pakaianmu sendiri!" Baraka berpura-pura ingin pergi."Tunggu!" teriak gadis itu. "Baiklah, aku tidak membentakmu lagi," suaranya mereda. "Tolonglah, carikan pakaianku, nanti kuberi upah.""Apa upahnya?""Akan kuajarkan padamu sebuah jurus yang jarang dimiliki orang."Senyum Pendekar Kera Sakti melebar. "Jurus apa itu?""Jurus pukulan 'Malaikat Rela'," jawab gadis itu dengan suaranya yang selalu keras dan bening.Baraka sempat tertawa dalam gumam. "Lucu sekali nama jurus itu.""Jangan menertawakan. Kalau kau tahu kehebatan jurus itu kau akan terbengong-bengong!""Apa kehebatannya?""Pukulan 'Malaikat Rela' dapat merobohkan delapan pohon dalam satu kali hentakan. Jika dilepaskan kepada lawanmu, dia akan tumbang setelah bernapas tiga kali. Percayalah, jurus itu tak ada yang memiliki kecuali diriku. Maka carilah pakaianku dan kau akan kuajarkan jurus te

  • Pendekar Kera Sakti   1161. Part 17

    "Ahg...!" Dampu Sabang tersentak dan diam seketika dengan tangan masih mau disentakkan. Lama sekali dia tak bergerak. Kelana Cinta dan Raja Hantu Malam sempat merasa heran melihat Dampu Sabang bagaikan menjadi patung. Tetapi ketika angin berhembus kencang, mereka terkejut melihat tubuh Dampu Sabang berhamburan ke mana-mana. Rupanya pada saat itu Dampu Sabang sudah tak bernyawa lagi. Pisau-pisau kecil itu telah membuat Dampu Sabang berubah menjadi debu yang masih saling bergumpalan. Itulah kehebatan dan kedahsyatan jurus 'Manggala' milik Pendekar Kera Sakti, pemberian dari Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi, calon mertuanya itu.Dengan terbunuhnya tubuh Dampu Sabang, maka persoalan Raja Hantu Malam palsu pun terselesaikan. Ki Randu Papak segera ditolong olah Baraka menggunakan hawa ‘Kristal Bening’-nya, dan Baraka meminta maaf kepada tokoh tua yang bijak itu. Sedangkan Ratu Asmaradani tubuhnya menjadi pulih seperti sediakala, terbebas dari pengaruh 'Racun Siluman' yang ju

  • Pendekar Kera Sakti   1160. Part 16

    Praaak...! Terdengar seperti suara cermin pecah. Lalu sinar biru itu menghantam tubuh Raja Hantu Malam.Zruub! Tepat mengenai iga kanan Raja Hantu Malam."Aaahhhg...!" Raja Hantu Malam mengejang dengan kepala terdongak dan kedua kakinya menekuk ke depan. Sekujur tubuhnya berasap, warna kulitnya menjadi merah retak-retak.Baraka terbelalak melihat keadaan Raja Hantu Malam. Lukanya sangat parah, tapi agaknya ia bertahan untuk tetap lakukan serangan ke arah Dampu Sabang. Tapi serangannya sangat lunak dan mudah dihindari Dampu Sabang yang tertawa terbahak-bahak kegirangan. Baraka dalam kebimbangan. Mau menolong, tapi yang ditolong adalah yang menjadi musuhnya dan ingin dibinasakan jika tak mau tawarkan racun yang mengenal Ratu Asmaradani. Jika ia tidak menolong, ia tak tega melihat orang yang pernah dikagumi itu menderita siksaan begitu keji.Dalam keadaan bimbang itu, tiba-tiba Baraka dikejutkan oleh gerakan halus yang datang dari arah belakangnya. Baraka ce

  • Pendekar Kera Sakti   1159. Part 15

    Rupanya Ki Randu Papak berlari menuju arah datangnya sinar merah yang meletup di angkasa tadi. Tetapi gerakannya mampu dipatahkan oleh Baraka yang tahu-tahu menghadang langkahnya.Jleeg...!"Mau lari ke mana kau, Raja Hantu Malam!" tegur Baraka tak ramah lagi."Baraka, minggirlah dulu. Aku punya urusan dengan seseorang! Setelah kuselesaikan urusanku ini, kita bicara lagi mencari kebenaran fitnah itu!""Tak kubiarkan kau lari tinggalkan tanggung jawabmu. Raja Hantu Malam!""Jangan paksa aku melukaimu, Baraka!""Tidak. Aku hanya ingin paksa dirimu mengobati Ratu Asmaradani yang terkena 'Racun Siluman' itu!""Itu bukan tanggung jawabku, Baraka! Aku tidak melakukannya!" sentak Ki Randu Papak. "Tapi kalau kau ingin aku membantumu, aku sanggup membantumu. Tapi nanti, setelah kuselesaikan urusanku dengan Dampu Sabang!""Sekarang juga kau harus lakukan penyembuhan terhadap Ratu Asmaradani!""Tidak bisa! Aku sudah punya janji unt

  • Pendekar Kera Sakti   1158. Part 14

    Perubahan wajah yang ada pada Ki Randu Papak tampak jelas sebagai ungkapan rasa kaget, namun juga rasa tidak percaya. Baraka sengaja diam untuk menunggu kata-kata dari sang kakek itu."Apa maksudmu dengan mengatakan aku menipumu, Pendekar Kera Sakti? Kata-katamu menyimpang dari watak kependekaranmu yang harus bicara jujur.""Aku bicara yang sebenarnya, Ki Randu Papak. Kau boleh buktikan sendiri ke Lembah Sunyi. Hanya ada dua murid yang selamat dari pembantaian sadis itu, karena mereka sedang diutus ke pesisir selatan.""Sepertinya kau bicara mengigau. Tapi baiklah, kucoba untuk mempercayai kata-katamu. Lalu, bagaimana dengan Resi Wulung Gading sendiri? Apakah dia ikut menjadi korban?"Baraka menggeleng berkesan dingin, "Resi Wulung Gading bertapa di Gua Getah Tumbal. Mungkin sampai sekarang belum mengetahuinya.""Kalau begitu aku harus ke Gua Getah Tumbal untuk memberitahukan hal itu kepada Resi Wulung Gading!" tegas Ki Randu Papak.Tiba-tib

  • Pendekar Kera Sakti   1157. Part 13

    Blaaar...!Sinar hijau itu pecah menjadi lebar, lalu padam seketika. Tubuh Siluman Selaksa Nyawa terpelanting dalam keadaan mengepulkan asap. Kerudung kain hitamnya hangus sebagian. Mulutnya keluarkan darah kental. Matanya menjadi merah bagai digenangi cairan darah. Tongkat El Mautnya menjadi putih bagaikan dilapisi busa-busa salju."Keparat!" gumamnya lirih, lalu ia sentakkan kaki dan lari tinggalkan tempat itu secepatnya. Baraka pun bergegas mengejar, tetapi Sumbaruni segera berseru, "Biar kubereskan dia!" dan perempuan cantik itu segera melesat dengan cepat mengejar Siluman Selaksa Nyawa. Sedangkan Baraka segera berpaling ke belakang untuk melihat siapa orang yang telah selamatkan jiwanya dari serangan lima larik sinar hijau tadi."Oh, kau...!" Baraka terkejut bukan kepalang.Ternyata orang yang melepaskan sinar merah berbentuk lingkaran tadi adalah Raja Hantu Malam, alias Ki Randu Papak."Kau terlambat sedikit, Baraka! Sinar hijau itu harus dib

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status