"Pertolongan? Siapa yang membutuhkan pertolonganmu?"
"Lihat itu!"
Kembang Andini, Puspa Kencana, dan Sekar Telasih menoleh bersamaan, mengarahkan pandangan ke tempat yang ditunjukkan Pujangga Kramat. Walau samar-samar, mereka bertiga masih dapat mengenali sosok Kusuma Suci yang tengah tergolek pingsan.
"Gadis itu tak apa-apa! Dia hanya butuh pakaian!" seru Pujangga Kramat. "Setelah tolong kau dia, bergegaslah kemari. Kita pertempuran saksikan yang begitu itu mengasyikkan!"
-o0o-
LIMA belas jurus berlalu cepat. Belum juga Baraka melihat kesempatan untuk menerapkan ilmu ataupun jurus yang pernah dipelajarinya dari kitab peninggalan Salya Tirta Raharja. Karena desakan rasa jengkel, tanpa pikir panjang Baraka mengeluarkan salah satu ilmu pukulannya, yakni 'Pukulan Inti Dingin'. Begitu dialiri tenaga dalam, pergelangan tangan kanan si pemuda langsung berubah warna menjadi putih berkilat.
Terperanjat Iblis Pemburu Dosa. Mendadak, haw
Bergegas dibuangnya tubuh ke kanan untuk menghindari pukulan beruntun Wanara Karang. Didahului suara menggerendeng, mendadak ujung tanduk Wanara Karang menyemburkan gumpalan api merah menyala-nyala. Pendekar Kera Sakti yang sudah berada dalam kewaspadaan penuh, bergegas mengibaskan telapak tangannya untuk menciptakan tiupan angin kencang. Sengaja dia tidak menggunakan Suling Krishna-nya. Ilmu ataupun jurus yang terdapat dalam kitab peninggalan Salya Tirta Raharja tak terdapat gerakan yang memakai senjata, semuanya berdasarkan gerakan tangan kosong. Kibasan telapak tangan Pendekar Kera Sakti yang disertai sebagian besar tenaga dalamnya terbukti dapat menimbulkan tiupan angin kencang bergemuruh, tak kalah hebat dibanding dengan kibasan Suling Krishna. Hebatnya, tiupan angin kencang itu bukan saja mampu menahan semburan api yang berasal dari ujung tanduk Wanara Karang, tetapi juga mampu membalikkan arah semburannya!Namun..., Iblis Pemburu Dosa malah tersenyum senang me
Mendadak, pemuda dari Lembah Kera itu menggerakkan kedua tangannya. Gerakan si pemuda seperti tak mengandung tenaga, tapi akibatnya sungguh di luar dugaan. Tubuh Wanara Karang langsung terpental jauh!Dan sebelum tubuh lelaki berbulu lebat itu jatuh ke tanah, garis-garis sinar merah yang semula lenyap, tiba-tiba melesat lagi dari jemari tangan Pendekar Kera Sakti."Hih...!"Srattt...! Weerrr...!Memekik parau Wanara Karang. Kali ini garis-garis sinar wujud dari 'Tenaga Matahari Merah' itu membelit tubuhnya lebih erat. Dalam keadaan melayang di udara, tubuh Wanara Karang terseret, lalu jatuh berdebam tiga tombak dari hadapan Pendekar Kera Sakti!Namun... mendelik mata Pendekar Kera Sakti. Si pemuda terhantam keterkejutan yang menyesakkan dada. Ketika jatuh ke tanah, seharusnya tubuh Wanara Karang hancur-lebur menjadi debu. Tapi, kenapa tubuh lelaki berbulu lebat itu tak mengalami luka apa-apa?"Tenaga Matahari Merah'-nya belum sempurna...," d
Walaupun tengah melamun, Baraka tak mengurangi kewaspadaannya, hingga saat sebuah desau angin menerpa angin yang cukup kencang menerpa dirinya, Baraka segera tolehkan pandangan.Beberapa langkah dihadapan Baraka, terlihat sebuah pusaran angin yang semakin lama menjelma menjadi sesosok tubuh. Baraka segera bangkit berdiri dan membalikkan tubuhnya menatap ke arah pusaran angin yang samar-samar terlihat sesosok tubuh dibaliknya.“Raja Kera Putih...” ucap Baraka mengenali sosok dibalik pusaran angin yang kini telah sirna dan menjelma menjadi sosok kera berwarna putih. Lingkar tubuhnya lebih besar dari pohon beringin tua. Diatas kepala kera itu, tampak sebuah mahkota emas tersampir. Matanya tajam, namun mengandung kewibawaan dan kearifan.“Baraka...” terdengar suara lembut tapi penuh wibawa dari sosok kera putih besar yang memang tak lain adalah Raja Kera Putih yang kini tampak menangkupkan kedua telapak tangannya didepan dada dan menundukkan
"Jangan dipakai buat tontonan!" Seru Betari Ayu."Angkat dia dan bawa masuk dengan segera!"Murbawati dibawa ke ruang yang khusus untuk penyembuhan. Di sana tubuh lunglai tak berdaya itu dibaringkan di atas sebuah pembaringan dari batu yang dilapisi kain tebal."Tinggalkan kami!" Kata Betari Ayu kepada para penggotong tubuh Murbawati itu.Mereka pun patuh, segera pergi meninggalkan ruang penyembuhan. Kini yang ada di situ hanya Murbawati dan Betari Ayu. Dipandangi sekujur tubuh Murbawati dengan sorot pandangan mata yang menyimpan kemarahan. Gigi menggeletuk, mata pun menjadi menyipit.Betari Ayu menarik napas, menenangkan gemuruh di dalam dadanya yang terasa hampir meledak melihat orang utusannya terkapar dalam keadaan sedemikian menyedihkannya. Terucap gumam, mendalam dari sudut berbibir sedikit tebal namun tampak indah itu. "Keparat! Ini pasti perbuatan Dewi Pedang!"Pintu kamar penyembuhan dibuka, Betari Ayu memanggil kedua murid kesayang
"Jika Ratu Lembah Asmara melancarkan pukulan, selalu saja pukulan yang mematikan yang dilancarkan. Tak pernah tanggung-tanggung seperti ini!" Pikir Betari Ayu."Andaikata benar bahwa Murbawati menderita pukulan dari Ratu Lembah Asmara, lantas apa maunya perempuan liar itu? Apakah ia sudah bosan bersahabat denganku? Apakah ia membuka pintu permusuhan denganku? Apa alasannya ia bertindak begitu? Bukankah aku pernah menolong nyawanya dari ancaman maut Cadaspati dalam pertempurannya di Bukit Menoreh?"Betari Ayu diguncang oleh keresahan dalam hatinya. la merasa harga dirinya dilangkahi oleh seseorang, tapi ia tak tahu kepada siapa ia harus menuntut sikap yang menantang itu. Satu-satunya wajah yang sering muncul dalam ingatannya hanyalah Dewi Pedang. Karena antara dia dengan Dewi Pedang pernah terjadi bentrokan ketika memperebutkan seorang lelaki yang bernama Datuk Marah Gadai.Sejenak, ingatan Betari Ayu melayang pada seraut wajah pria tampan berkesan jantan. Datuk
"Murbawati," Sapa Nyai Guru Betari Ayu dengan sikap tegasnya."Ceritakan, siapa orang yang menyerangmu sedemikian rupa?" Dewi Murka menyahut dengan pertanyaan."Apakah Dewi Pedang orangnya, Murbawati?""Bukan," Jawab Murbawati masih dengan suara lemah."Apakah Ratu Lembah Asmara? tanya Betari Ayu."Juga bukan, Nyai Guru.""Lantas siapa?""Pujangga Kramat," Jawab Murbawati.Tiga wajah perempuan yang sama-sama memiliki kecantikan tersendiri itu kini saling beradu pandang. Dahi mereka sedikit berkerut mendengar nama tersebut. Selendang Maut dan Dewi Murka merasa asing terhadap nama itu, tapi Betari Ayu rupanya tidak merasa asing.Hanya sedikit heran, mengapa Murbawati jadi punya urusan dengan Pujangga Kramat."Nyai Guru, mohon sudi memaafkan kelancangan saya yang telah membuat saya terluka seperti ini," Tutur Murbawati dengan perasaan bersalah dan sikap menyesal. Nyai Guru Betari Ayu hanya diam saja, mata tetap meman
BUKIT KAYANGAN. Sebuah tempat yang sangat indah hingga orang-orang memberinya nama Bukit Kayangan. Paling tidak, setiap orang yang mendengar nama ini, pasti sudah membayangkan betapa indahnya bukit itu. Dugaan orang-orang memang sebagian benar, tapi juga sebagian salah. Bukit Kayangan memang sebuah tempat yang sangat indah. Di sepanjang mata memandang, dari dataran lembah hingga ke puncak bukit, dipenuhi dengan berbagai macam pesona tanaman yang berwarna warni. Bila mendaki bukit itu, bagaikan mendaki ke sebuah taman langit. Tapi... tidak sembarang orang bisa ke puncak Bukit Kayangan, karena salah langkah ataupun salah kata, nyawa melayang. Di Bukit Kayangan tinggal seorang sesepuh dunia persilatan berjuluk Setan Bodong. Setan Bodong terkenal akan kesaktiannya. Namanya disegani baik orang-orang dari golongan putih maupun golongan hitam, karena dia tak pernah pandang bulu dalam memilih lawan. Bila dirasa
Seketika paras Setan Bodong yang tadinya jengkel dan putus asa langsung berubah ceria, matanya berbinar-binar memandang ke arah Baraka dengan tatapan gembira.“Bagus...” teriak Setan Bodong keras.“Tapi kau jangan mengajarkan banyak kesaktian padaku. Apa yang kumiliki saat ini, sudah terlalu banyak dan sudah lebih dari cukup” potong Baraka cepat.“Tentu.. tentu, aku tidak akan menurunkan banyak kesaktian kepadamu. Hanya beberapa saja yang menurutku akan berguna untukmu, di tambah 1 kesaktian ciptaanku”“Kesaktian apa itu?” tanya Baraka penasaran.“Kau ingat Banyak Langkir?”“Raja Penyasar Sukma...”“Benar, Banyak Langkir atau Raja Penyasar Sukma, murid murtadku itu. Ku dengar ia telah tewas ditanganmu, Baraka?”Baraka mengangguk. Saat Setan Bodong memintanya menceritakan tentang pertarungannya dengan Banyak Langkir atau Raja Penyasar Sukma yang
Kapak bergagang panjang dicabut dari selipan sabuk, lalu tubuh Roh Gepuk berkelebat menerjang Pita Biru. Tapi mendadak tubuh itu terpental ke samping. Baru saja melompat belum jauh dari tempat, sebuah pukulan jarak jauh tanpa sinar dilepaskan dari tangan Kusuma Sumi. Roh Gepuk terpekik pendek. Lalu jatuh tak tentu keseimbangan.Pita Biru memandang Kusuma Sumi dengan sikap masih berdiri tegak dan kedua kaki sedikit merenggang. Saat itu Kusuma Sumi segera melangkah maju dan berkata dengan tegas. “yang ini biar kutangani, mundurlah!”Pita Biru segera melompat ke samping. Kejap berikut sudah berdiri tak jauh dari Rindu Malam, yang bersidekap dengan tenang di bawah pohon. Dan ketika Roh Gepuk bangkit kembali, ia terkesiap melihat lawannya sudah berganti pakaian. Tapi segera sadar, bahwa lawannya bukan berganti pakaian, tetapi berganti orang.“Kau yang akan menggantikan nyawa temanmu itu untuk menebus nyawa temanku, ha?!”Kusuma Sumi dia
“Ya, kami tahu. Tapi Nila Cendani sudah mati, kabarnya dibunuh Pendekar Kera Sakti. Entah benar atau tidak, kami tidak ikut terbunuh waktu itu. Tapi kami tahu, Ratu Samudera Kencana pernah terlibat bentrokan dengan Nila Cendani dan mengejarnya sampai ke Teluk Sumbing. Tentunya ratumu tahu dimana Teluk itu berada. Tentu ratumu pun tahu bahwa disana terpendam harta karun rampasan Nila Cendani semasa menjadi ketua Rompak Samudera. Dan tentunya sebagai anak buah Ratu Asmaradani, kalian juga diberitahu letak Teluk itu, untuk sewaktu-waktu menggali harta karun disana”.“Ratu kami tidak pernah memikirkan harta yang bukan miliknya. Kami sudah cukup kaya tanpa merampas harta yang bukan milik kami!” Kata Rindu Malam.Roh Gepuk segera menyahut, “Begini saja nona-nona cantik. Aku akan membuka sayembara. Barang siapa di antara kalian ada yang bisa menyebutkan dimana letak Teluk Sumbing. Akan mendapat hadiah dikawinkan dengan temanku ini, si Cucur Sangi
MEREKA baru saja mendarat di pantai dengan gunakan sebuah sampan. Tiga wanita berambut cepak, seperti potongan rambut lelaki itu mempunyai paras ayu yang berbeda nilai kecantikannya. Namun ketiganya sama-sama menggiurkan seorang lelaki yang memandang dari sisi kemesuman. Karena ketiganya mempunyai bentuk tubuh nan elok, bak lambaian perawan menunggu pelukan.“Ingat ciri-cirinya!” kata wanita muda yang berpakaian putih bertepian benang emas. “Tampan, rambut poni, pakaian rompi kulit ular emas tanpa lengan, memiliki rajah naga emas melingkar di punggung lengannya”.Si cantik berpakaian putih yang mempunyai pedang di punggung bergagang balutan kain beludru merah itu menyebutkan ciri-ciri seorang pendekar tampan yang tak lain adalah Pendekar Kera Sakti, Baraka.Si cantik berdada seksi dan berkulit kuning langsung memberi isyarat dengan tangan agar kedua gadis seusianya itu bergerak mengikuti langkahnya jauh ke dalam hutan. Sesekali ia berpali
"Bocah bodoh kau! Gurumu saja tak mampu kalahkan aku, apalagi kau yang hanya muridnya!" geram Tengkorak Liar."Mendiang Guru tidak mempunyai ilmu 'Pedang Bintang', tapi aku punya jurus itu dari seorang guru pedang tersohor: Ki Argapura alias si Penggal Jagat! Tentunya kau kenal, Tengkorak Liar!""Persetan dengan Argapura!" geram Tengkorak Liar."Buktikan kehebatannya di depanku! Hiaaah...!"Tengkorak Liar sentakkan kedua tangannya ke depan. Dua larik sinar merah yang melingkar-lingkar pada ujungnya bagaikan mata bor itu melesat ke arah Angin Betina. Kecepatannya amat tinggi, membahayakan sekali bagi Angin Betina. Dihindari akan terlambat, ditangkis akan telat. Untung Baraka selalu siap siaga. Begitu sinar merah itu terlepas, sinar biru berkelok-kelok bagai lidah petirpun keluar dari sentakan kedua tangan Baraka.Claaap...!Jurus 'Cahaya Kilat Biru' warisan Ki Ageng Buana yang biasanya membuat lawan hangus dan keropos itu menghantam sinar mer
Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p
Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h
JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak
Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.
Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj