Suling Krishna digunakan untuk menangkis dengan disertai sebagian besar aliran tenaga dalamnya. Dan ketika pedang Bidadari Satu Hati terpental lepas dari cekalan, Pendekar Kera Sakti berjumpalitan di udara. Saat tubuhnya meluncur turun, dua totokan siap menghentikan perlawanan Bidadari Satu Hati!
Sementara, Bidadari Satu Hati begitu dikuasai oleh keterkejutan saat pedangnya dibuat lepas dari cekalan oleh senjata Pendekar Kera Sakti. Dan keterkejutan itu membuat dia tak bisa bergerak gesit. Akibatnya....
Tuk! Tuk!
"Uh...!"
Keluh pendek keluar dari mulut Bidadari Satu Hati membarengi tubuhnya yang jatuh terjengkang seperti gedebong pisang ditebang. Totokan Pendekar Kera Sakti tepat bersarang di pinggang kiri dan punggung. Membuat tubuh Bidadari Satu Hati terasa amat lemas tanpa tenaga!
"Maaf atas perbuatanku ini...," ujar Pendekar Kera Sakti. "Lain waktu bila ada jodoh untuk bertemu lagi, kuharap kau telah menyadari kekeliruanmu...."
Terdorong rasa tak sabar, Sekar Telasih membuka. Daun pintu terkuak diiringi suara derit batang bambu yang bergesekan. Namun..., tak ada siapa-siapa di dalam. Di serambi, di dapur..., tetap tak ada siapa-siapa. Kosong!"Perasaanku tak enak, Nek...," cetus Sekar Telasih. "Apakah mereka sedang pergi ke suatu tempat?" Kembang Andini tak menyahuti.Nenek yang tampak amat uzur itu melangkah keluar. Dengan benak terus digeluti tanda tanya, Sekar Telasih mengekor ke mana pun si nenek pergi. Dan akhirnya setelah mereka menyisiri Tanah Dipertuan Ratu, terkejutlah mereka manakala melihat sesosok tubuh tergolek lemah di tanah dalam keadaan pingsan.Sosok tubuh yang ditemukan Kembang Andini dan Sekar Telasih itu seorang wanita berumur tiga puluh tahun. Mengenakan pakaian ketat serba hitam. Dia Bidadari Satu Hati!"Ibuuu...!" pekik parau Sekar Telasih seraya meloncat dan memeluk tubuh Bidadari Satu Hati. Kembang Andini yang telah memeriksa keadaan Bidadari Satu Hati t
"Astaga!" kesiap Puspa Kencana. Sejenak wanita ini jadi lupa pada Kusuma Suci yang diculik Iblis Pemburu Dosa."Bagaimana kalung itu bisa berada di tanganmu, Bu?""Baraka yang membawanya. Namun, dia tinggalkan karena ada kesalahpahaman dengan Sekar Telasih...," ujar Kembang Andini, yang kemudian menceritakan perihal pertemuannya dengan Pendekar Kera Sakti dengan singkat."Aku percaya kau tak pernah berbohong, Bu," sahut Bidadari Satu Hati di akhir cerita ibu angkatnya. "Tapi, kita harus tetap membuktikan kebenarannya. Untuk mengetahui siapa ketua baru sudah muncul atau belum, kita lihat bunga wijaya kusuma yang selama ini kutunggu...."Tanpa menanti persetujuan Kembang Andini dan Sekar Telasih, bergegas Bidadari Satu Hati menyarungkan pedangnya seraya berkelebat ke utara. Kembang Andini dan Sekar Telasih yang dapat membaca jalan pikiran wanita itu segera menyusul.-o0o-"Ya, Tuhan...," sebut Bidadari Satu Hati.Wanita be
Sambil tertawa bergelak, tangan kiri Wanara Karang mengibas. Gerakannya pelan, namun tiupan angin yang ditimbulkan sudah cukup mampu untuk menyingkap kain bawah Kusuma Suci yang berwarna biru.Sementara Kusuma Suci memekik kaget karena bagian tubuhnya yang terlarang dilihat orang, Wanara Karang tertawa bergelak lebih keras. Bola matanya pun melotot makin besar, tak berkedip menatap kulit mulus Kusuma Suci. Begitu tawanya terhenti, napas Wanara Karang langsung terdengar memburu. Aliran darahnya tiba-tiba berdesir tak karuan....Kusuma Suci yang sudah tahu adanya api permusuhan antara anak keturunan Saka Wanengpati dengan anak keturunan Buana Seta, bergidik ngeri bukan main. Mati bukanlah hal yang menakutkan baginya. Tapi, kalau mati dengan keadaan ternoda? Bagi Kusuma Suci, hal seperti itu jauh lebih menakutkan dari siksa neraka sekalipun! Dia pun tak bisa membayangkan betapa hancur perasaan ibunya setelah mengetahui akhir dari nasibnya. Begitu pula dengan perasaan nene
Namun, tata bahasa si kakek yang berantakan membuat Iblis Pemburu Dosa yang tak dapat menahan hawa amarah mengeluarkan suara menggerendeng keras. Lalu....Wuusss...!Ujung tanduk lelaki berbulu lebat itu menyemburkan gumpalan api merah menyalanyala. Namun, Pujangga Kramat malah tertawa terkekeh-kekeh. Hebatnya, udara yang keluar dari mulut si kakek mampu memadamkan gumpalan api yang hendak membakar tubuhnya!"Jahanam...!" umpat Wanara Karang, seperti hendak menghalau rasa sesak di dadanya akibat desakan hawa amarah. "Datang ke Gurun Selaksa Batu ini agaknya kau berbekal kepandaian hebat. Namun, tak ada yang perlu kau pamerkan lagi! Sekarang juga nyawamu akan kuantar ke neraka!"Usai berkata, Iblis Pemburu Dosa memutar-mutar kedua tangannya di depan dada. Jelas sekali bila dia hendak mengeluarkan ilmu 'Lima Pukulan Pencair Tulang'.Mengingat kehebatan ilmu pukulan itu, dapatkah Pujangga Kramat menghindari lubang maut" Sementara, ilmu 'Lima Pukulan P
Sementara, Iblis Pemburu Dosa yang melihat kehadiran Baraka, sempat terkejut bukan main. Tempo hari, bukankah pemuda itu telah terjeblos ke lubang jebakan yang amat dalam? Bagaimana dia bisa selamat? Wanara Karang tak mampu menjawab pertanyaan yang berkecamuk di benaknya, Namun, dia tak mau peduli. Wanara Karang yakin, saat ini dengan ilmu 'Lima Pukulan Pencair Tulang' dan 'Mengadu Tenaga Menjebol Perut' tak akan ada orang yang sanggup mengalahkannya. Termasuk Pendekar Kera Sakti dan kakek berbaju kumal yang disebut si pemuda sebagai Pujangga Kramat itu!"Hmmm.... Biar urusan ini cepat selesai. Ku tantang kalian untuk mengadu tenaga bersama-sama...," ujar Iblis Pemburu Dosa, jumawa."Boleh! Boleh!" sambut Pendekar Kera Sakti tanpa pikir panjang, ucapannya terdengar amat lugu."Eh! Eh!" ucap Pujangga Kramat sambil menepuk bahu Baraka. "Aku sudah tantangannya menyanggupi. Tak kau turut perlu campur. Urus gadis saja itu!"Terperanjat kaget Baraka saat mengar
"Pertolongan? Siapa yang membutuhkan pertolonganmu?""Lihat itu!"Kembang Andini, Puspa Kencana, dan Sekar Telasih menoleh bersamaan, mengarahkan pandangan ke tempat yang ditunjukkan Pujangga Kramat. Walau samar-samar, mereka bertiga masih dapat mengenali sosok Kusuma Suci yang tengah tergolek pingsan."Gadis itu tak apa-apa! Dia hanya butuh pakaian!" seru Pujangga Kramat. "Setelah tolong kau dia, bergegaslah kemari. Kita pertempuran saksikan yang begitu itu mengasyikkan!"-o0o-LIMA belas jurus berlalu cepat. Belum juga Baraka melihat kesempatan untuk menerapkan ilmu ataupun jurus yang pernah dipelajarinya dari kitab peninggalan Salya Tirta Raharja. Karena desakan rasa jengkel, tanpa pikir panjang Baraka mengeluarkan salah satu ilmu pukulannya, yakni 'Pukulan Inti Dingin'. Begitu dialiri tenaga dalam, pergelangan tangan kanan si pemuda langsung berubah warna menjadi putih berkilat.Terperanjat Iblis Pemburu Dosa. Mendadak, haw
Bergegas dibuangnya tubuh ke kanan untuk menghindari pukulan beruntun Wanara Karang. Didahului suara menggerendeng, mendadak ujung tanduk Wanara Karang menyemburkan gumpalan api merah menyala-nyala. Pendekar Kera Sakti yang sudah berada dalam kewaspadaan penuh, bergegas mengibaskan telapak tangannya untuk menciptakan tiupan angin kencang. Sengaja dia tidak menggunakan Suling Krishna-nya. Ilmu ataupun jurus yang terdapat dalam kitab peninggalan Salya Tirta Raharja tak terdapat gerakan yang memakai senjata, semuanya berdasarkan gerakan tangan kosong. Kibasan telapak tangan Pendekar Kera Sakti yang disertai sebagian besar tenaga dalamnya terbukti dapat menimbulkan tiupan angin kencang bergemuruh, tak kalah hebat dibanding dengan kibasan Suling Krishna. Hebatnya, tiupan angin kencang itu bukan saja mampu menahan semburan api yang berasal dari ujung tanduk Wanara Karang, tetapi juga mampu membalikkan arah semburannya!Namun..., Iblis Pemburu Dosa malah tersenyum senang me
Mendadak, pemuda dari Lembah Kera itu menggerakkan kedua tangannya. Gerakan si pemuda seperti tak mengandung tenaga, tapi akibatnya sungguh di luar dugaan. Tubuh Wanara Karang langsung terpental jauh!Dan sebelum tubuh lelaki berbulu lebat itu jatuh ke tanah, garis-garis sinar merah yang semula lenyap, tiba-tiba melesat lagi dari jemari tangan Pendekar Kera Sakti."Hih...!"Srattt...! Weerrr...!Memekik parau Wanara Karang. Kali ini garis-garis sinar wujud dari 'Tenaga Matahari Merah' itu membelit tubuhnya lebih erat. Dalam keadaan melayang di udara, tubuh Wanara Karang terseret, lalu jatuh berdebam tiga tombak dari hadapan Pendekar Kera Sakti!Namun... mendelik mata Pendekar Kera Sakti. Si pemuda terhantam keterkejutan yang menyesakkan dada. Ketika jatuh ke tanah, seharusnya tubuh Wanara Karang hancur-lebur menjadi debu. Tapi, kenapa tubuh lelaki berbulu lebat itu tak mengalami luka apa-apa?"Tenaga Matahari Merah'-nya belum sempurna...," d