Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 129. Dua Iblis Dari Gunung Batur

Share

129. Dua Iblis Dari Gunung Batur

last update Last Updated: 2024-05-31 01:02:51

"Kau... kau harus berjanji, Sayang...," bisik Setan Selaksa Wajah di antara dengus nafasnya yang memburu. "Dengan ilmu gaib 'Tabir Pengirim Raga', kau harus membawaku pergi ke hadapan Pendekar Kera Sakti dan Setan Bodong!"

"Ya! Ya!" sahut Bidadari Alam Kelam tanpa pikir panjang. Kedua anak manusia berlainan jenis itu bergelut lagi. Mengikuti desakan nafsu birahi....

-o0o-

“HUK! Huk! Ap... apa yang kau lakukan padaku Pak Tua...!" tegur Pendekar Kera Sakti dengan muka pucat. Pemuda itu hendak bangkit, tapi dia jatuh terduduk lagi. Tubuhnya malah terasa amat lemas. Setelah batuk-batuk beberapa lama, kembali gumpalan darah hitam pekat menyembur dari mulutnya!

"Huk! Hoekkk...! Ap... apa kau hendak membunuhku, Pak Tua!"

Pendekar Kera Sakti menegur lagi. Tubuhnya tampak terbungkuk-bungkuk karena menahan batuk. Sementara, Setan Bodong yang baru saja menghantam punggung pemuda dari lembah kera itu tampak tertawa terkekeh-kekeh.

"H

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   130. Kemampuan Baru

    "Mati kau!" seru Dua Iblis Dari Gunung Batur, bersamaan. Dengan wajah pucat, terpaksa Baraka menghentakkan kedua tangannya yang telah berubah warna. Karena tak mau menjatuhkan tangan maut, Baraka cuma mengeluarkan seperempat bagian tenaga dalamnya. Namun...Wesss...!Dari telapak tangan kiri Baraka melesat lidah-lidah api kuning keemasan yang menebarkan hawa panas luar biasa. Dan, dari telapak tangan kanannya, keluar lapisan salju berwarna putih berkilat. Lapisan salju itu menebarkan hawa sangat dingin yang sanggup membekukan cairan apa pun!Karena lesatan pukulan jarak jauh itu amat cepat tiada terkira, Dua Iblis Dari Gunung Batur tak sempat mengelak lagi. Hingga....Blarrr...!"Akkhhh...!"Diiringi jerit panjang menyayat hati, tubuh Dua Iblis Dari Gunung Batur terlontar cepat ke angkasa. Dan ketika jatuh ke tanah, tubuh kedua kakek itu hanya tinggal kerangka tulangnya saja!Tulang-belulang tubuh Iblis Pencabut Jiwa yang tertimpa lap

    Last Updated : 2024-05-31
  • Pendekar Kera Sakti   131. Ilmu 'Tabir Pengirim Raga'

    "Sekarang, antarkan aku ke hadapan Pendekar Kera Sakti dan Setan Bodong," pinta Setan Selaksa Wajah, keringat masih berlelehan di sekujur tubuhnya.Bidadari Alam Kelam tak menjawab. Wanita cantik itu sibuk merapikan pakaiannya."Aku sudah menuruti apa maumu. Bergegaslah kau keluarkan ilmu 'Tabir Pengirim Raga', Manisku Bidadari Alam Kelam...," desak Setan Selaksa Wajah."Hmmm.... Kupikir..., ada baiknya bila kau tinggal di sini selama dua hari...," sahut Bidadari Alam Kelam, pelan sekali."Tidak! Jelas itu tidak mungkin, Manisku...," tolak Setan Selaksa Wajah."Waktuku sangat singkat!""Pikirlah baik-baik! Kalau kau mau tinggal di sini dua hari lagi, berarti kau masih punya waktu satu hari untuk membinasakan Pendekar Kera Sakti dan Setan Bodong. Tapi, kau jangan khawatir tak akan dapat menjalankan tugas. Aku bersedia membantumu!"Terdiam Setan Selaksa Wajah. Apa yang dikatakan Bidadari Alam Kelam jelas merupakan satu tawaran amat bagu

    Last Updated : 2024-06-01
  • Pendekar Kera Sakti   132. Munculnya Setan Selaksa Wajah

    "Padang Angin Neraka?""Ya!""Untuk apa?""Kau telah mendengar nama Raja Penyasar Sukma, bukan?"Baraka mengangguk."Aku hendak menghukum murid murtad ku itu!""Kalau begitu, aku ikut!" seru Baraka, tegas. "Aku juga ingin membuat perhitungan dengan manusia jahat itu!”Setan Bodong mengangguk gembira. Jika Pendekar Kera Sakti ikut bersamanya, dia yakin urusan dengan Raja Penyasar Sukma akan lebih mudah dibereskan. Namun ketika dia menjejak tanah untuk segera berkelebat pergi, Pendekar Kera Sakti mencegah."Tunggu dulu, Pak Tua!""Ada apa lagi?""Aku harus menguburkan kerangka Dua Iblis Dari Gunung Batur!""Peduli amat!""Jangan begitu, Pak Tua! Walau mereka orang jahat, mereka tetap manusia juga. Mereka pantas mendapat perlakuan seperti manusia pada umumnya. Mayat mereka walau telah menjadi tulang-belulang, harus tetap dikuburkan!"Mendadak, Setan Bodong tertawa terkekeh-kekeh. "He he he.

    Last Updated : 2024-06-01
  • Pendekar Kera Sakti   133. Tantangan

    Maka dalam sekejap mata, tubuh Pendekar Kera Sakti seakan telah berubah menjadi segumpal asap berwarna biru. Timbul tiupan angin yang menderu ganas setiap pemuda dari lembah kera itu melancarkan pukulan dan tendangan. Sementara, Setan Selaksa Wajah yang masih kebingungan karena 'Benteng Rajah Abadi'-nya tertinggal, bergerak ke sana-sini dengan menggunakan ilmu peringan tubuhnya yang bernama 'Angin Pergi Tiada Berbekas'. Hingga, tubuh Pendekar Kera Sakti dan Setan Selaksa Wajah hanya terlihat berupa dua gumpal asap yang terus berlesatan dengan cepat."Kenapa kau tak membalas seranganku, Monyet Bau!" sentak Pendekar Kera Sakti di sela-sela serangannya."Hmmm.... Sengaja aku tak membalas! Bukankah kau dengar tadi? Aku menantangmu bertempur esok hari di Padang Angin Neraka!" sahut Setan Selaksa Wajah."Kenapa mesti menunggu esok hari? Hari ini juga aku harus dapat menghentikan semua kejahatanmu! Hiahhh...!" Memekik keras Pendekar Kera Sakti. Dia menyerang makin genc

    Last Updated : 2024-06-01
  • Pendekar Kera Sakti   134. Padang Angin Neraka

    PADANG ANGIN NERAKA... kaki langit timur. Hangat sinarnya menyapa ramah, menandakan hari telah berganti. Namun, walau cerah suasana pagi baru menampakkan diri, Setan Selaksa Wajah telah duduk terpekur di tengah Padang Angin Neraka. Kakek yang mampu merubah raut wajahnya menjadi seorang pemuda tampan itu tak peduli pada hembusan angin kencang yang terasa membeset kulit. Rambut dan kain bajunya tampak berkibaran. Tapi, si kakek tetap diam tertunduk tanpa bergeming sedikit pun. Sorot matanya tajam menusuk, menatap bungkusan kain hitam yang di dalamnya terdapat dua gumpal benda bulat.Sejak fajar menyingsing tadi, Setan Selaksa Wajah telah berada di hamparan tanah luas berpasir itu. Ada seseorang yang tengah dinantikannya. Pendekar Kera Sakti dan Setan Bodong. Ternyata tidak!"Banyak Langkirrr...!" teriak Setan Selaksa Wajah, menyebut nama kecil Raja Penyasar Sukma. "Aku menunggumu sedari tadi di tempat ini! Tidakkah kau ingin tahu akhir dari tugas yang kau beri kan...?" T

    Last Updated : 2024-06-02
  • Pendekar Kera Sakti   135. Bagian 2

    "Banyak Langkir...," sebut Setan Selaksa Wajah lagi. "'Benteng Rajah Abadi' akan mengurung mu sampai datangnya kiamat. Tapi, kau jangan khawatir. Kepala dua ekor kerbau yang ada di dekatmu itu adalah kerbau betina. Bila kau merasa kesepian, bolehlah kau tumpahkan hasrat mu kepada mereka! Ha ha ha...!""Jahanam!" maki Raja Penyasar Sukma, keras menggelegar. "Bagaimana mungkin kau bisa mendapatkan 'Benteng Rajah Abadi'! Kau pasti bersekongkol dengan Bidadari Alam Kelam!""Aku tidak tolol seperti dirimu, Banyak Langkir!" sahut Setan Selaksa Wajah."Ada banyak jalan untuk mewujudkan cita-cita. Ada banyak cara untuk mewujudkan keinginan! Aku terlalu pandai untuk kau jadikan budakmu! Aku terlalu pintar untuk kau perintah seenak perutmu! Dan..., kenyataan telah membuktikannya! Ha ha ha...!""Jahanam!"Sambil mengumpat, Raja Penyasar Sukma meloncat untuk menyerang Setan Selaksa Wajah. Tapi, tubuh kakek berpakaian serba kuning itu terpental balik, lalu jatu

    Last Updated : 2024-06-02
  • Pendekar Kera Sakti   136. Bagian 3

    "Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?" kejut Pendekar Kera Sakti dengan tatapan nyalang. Meskipun pemuda dari lembah kera itu tak menderita luka dalam, tapi rasa kaget sudah cukup mampu untuk rnembuat dadanya jadi sesak."Sudah kubilang, tahan hawa amarahmu dulu!" sahut Setan Bodong. Sewaktu pukulan jarak jauh Pendekar Kera Sakti terpental balik, kakek gendut ini bergerak menghindar cepat sekaii, sehingga tak ada setitik pun salju yang menempel di tubuh ataupun pakaian yang dikenakannya."Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?" seru Pendekar Kera Sakti lagi, seperti telah kehilangan ingatan."Kau memang pemuda tolol yang berlagak sok pandai!" sembur Setan Bodong tiba-tiba.Mendelik mata Pendekar Kera Sakti mendengar cacian kakek gendut itu. Tapi, si pemuda tak berbuat apa-apa. Dia menyadari kebodohannya sendiri."Kenapa pukulanku terpentai balik? Begitu saktikah dia hingga bisa menyerang orang tanpa menggerakkan tubuh?" ujar Baraka. Tatapannya beralih

    Last Updated : 2024-06-02
  • Pendekar Kera Sakti   137. Bagian 4

    "Untuk apa bendera itu?" tanya Baraka, kebodoh-bodohan. "Telah kukatakan tadi, Banyak Langkir bisa diserang dengan henda yang berisi kekuatan gaib. Lima beias bendera ini bisa digunakan untuk mewujudkan keinginan itu!"Di ujung kalimat Setan Bodong, tangan kanan Pendekar Kera Sakti berkelebat cepat sekali. Tahu-tahu lima belas bendera kuning kecil yang berada dalam cekalan Setan Bodong telah herpindah tangan. Lalu....Wuuttt....Pendekar Kera Sakti menyambitkan tiga bendera ke arah Raja Penyasar Sukma. Ujung-ujung bambu yang terlilit kain bendera itu meiesat cepat laksana anak panah lepas dari busur!Srattt...!Benar kata Setan.Bodong. Tiga bendera yang disambitkan Pendekar Kera Sakti dapat menembus kekuatan gaib 'Benteng Rajah Abadi'. Namun, karena kebetulan Raja Penyasar Sukma telah menyelesaikan semadinya, kakek berpakaian kuning itu dapat menghindari sambitan bendera, bahkan dua di antaranya dapat ditangkap."Keparat!" geram Raja Penyasa

    Last Updated : 2024-06-03

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status