Share

121. Mati aku!

last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-28 01:03:18

Tak mau mati konyol dikeroyok puluhan ular berbisa, bergegas Baraka menggerakkan tangan kanannya untuk mencabut Suling Krishna yang terselip di sabuk pinggangnya. Namun tanpa diketahui oleh Baraka, dari belakang pemuda itu melesat seekor ular pohon!

Sssttt...!

"Ih...!"

Terkejut setengah mati Pendekar Kera Sakti. Pergelangan tangan kanannya tiba-tiba telah terbelit seekor ular berkulit hijau berkilat. Dan..., ular pohon sepanjang satu depa itu berusaha membelit tangan Pendekar Kera Sakti yang lainnya. Tentu saja Pendekar Kera Sakti tak mau membiarkan hat itu terjadi. Sambil menekan rasa jijik dan ngeri, dia menarik tangan kirinya ke belakang. Lalu, dia kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya untuk membentengi tubuhnya dengan ilmu kebal 'Perisai Brahmananda'!

"Astaga...!"

Baraka berseru kaget lagi. Ternyata, dia tak mampu menghimpun tenaga dalamnya. Dan..., itu berarti ilmu 'Perisai Brahmananda' tak dapat pula dia keluarkan!

Padahal, ular po

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   122. Kau beruntung sekali

    Di tepi Hutan Saradan, Setan Bodong tertawa terkekeh-kekeh melihat Pendekar Kera Sakti tampak kepayahan. Napas pemuda remaja itu memburu dan terdengar ngos-ngosan. Kulit wajahnya memerah dengan peluh berlelehan....Namun..., saat langkah Pendekar Kera Sakti telah dekat, Setan Bodong terkesiap. Hidungnya mencium aroma wangi kayu cendana. Aroma yang menebar dari rompi kulat ular emas Pendekar Kera Sakti itu membuat kepala Setan Bodong jadi pening."Hmmm.... Rompi bocah itu mengandung kekuatan 'Penakluk Wanita'. Bila rompinya terkena air keringat akan menebarkan aroma wangi yang bisa membuat wanita lupa daratan...," pikir Setan Bodong."Hmmm.... Untung aku lelaki. Kalau tidak, pastilah aku akan jatuh tak berdaya dalam pelukannya...."Setan Bodong menggeleng-geleng seraya mengerahkan tenaga dalam untuk melindungi kepalanya dari rasa pening. Sementara, Pendekar Kera Sakti yang telah berdiri di hadapan Setan Bodong tampak terbatuk-batuk karena terlalu memaksaka

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Pendekar Kera Sakti   123. Lembah Dewa Dewi

    Lembah Dewa Dewi adalah sebuah tempat berupa dataran berbatu-batu yang amat tersembunyi. Terletak di dekat muara sebuah sungai yang berarus deras. Kecuali anggota Komplotan Lembah Dewa Dewi, tak seorang pun tokoh rimba persilatan yang tahu letak tempat itu. Sebab, selain keadaan alamnya yang tak bersahabat dengan manusia, Lembah Dewa Dewi juga dipagari dengan suatu benteng kekuatan gaib yang sulit ditembus.Benteng kekuatan gaib ciptaan Bidadari Alam Kelam itu dapat menyesatkan setiap manusia yang datang, bahkan bisa mendatangkan ancaman kematian. Oleh karenanya, kaum rimba persilatan cuma dapat mendengar keberadaan Lembah Dewa Dewi tanpa pernah tahu di mana letak tempat itu sebenarnya."Kalau Bidadari Alam Kelam bersedia menuruti apa yang kuinginkan, aku yakin semuanya akan berjalan dengan baik...," gumam Setan Selaksa Wajah."Mudah-mudahan perempuan itu masih menyimpan rasa hatinya terhadapku, sehingga aku dapat memanfaatkan ilmu kepandaiannya...."Samb

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Pendekar Kera Sakti   124. Bidadari Alam Kelam

    "Manisku, Bidadari Alam Kelam...!" seru Setan Selaksa Wajah, keras menggelegar, "Bukalah 'Gerbang Kelam'-mu, Manisku! Ini aku yang datang..., Setan Selaksa Wajah!" Teriakan kakek berwajah pemuda itu membahana beberapa lama, mengalahkan suara gemuruh arus sungai yang deras. Tapi, balok kayu yang menopang tubuh si kakek tetap tertahan oleh benteng kekuatan gaib yang melintang di aliran sungai. Bidadari Alam Kelam pun tak menampakkan diri.Setan Selaksa Wajah yang pada dasarnya punya sifat tak sabaran dan lekas naik darah, menggerendeng penuh rasa gusar. Sekali lagi, dia berteriak lebih keras...."Aku yang datang, Manisku Bidadari Alam Kelam...! Cepat buka 'Gerbang Kelam'mu...!"Mencoba bersabar Setan Selaksa Wajah beberapa saat. Namun, yang menyambutnya cuma rasa kecewa belaka. Benteng gaib ciptaan Bidadari Alam Kelam tetap tak terbuka. Juga, tak ada sosok manusia lain yang muncul. Hanya gemuruh arus sungai yang menyahuti teriakan Setan Selaksa Wajah."Hmmm

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Pendekar Kera Sakti   125. Aku butuh bantuanmu

    Sebagai sesama anggota Komplotan Lembah Dewa Dewi, Setan Selaksa Wajah tahu benar sifat dan tabiat Bidadari Alam Kelam. Apabila wanita cantik itu tengah melakukan upacara persembahan, dia tak mau diganggu oleh siapa pun. Kalau diganggu, dia bisa berubah ganas dan bisa membunuh siapa saja yang berada di dekatnya.Sesaat kemudian, Bidadari Alam Kelam berhenti merapal mantra. Belasan orang berjubah dan berkerudung hitam yang berdiri di belakang wanita cantik itu turut menghentikan nyanyian mereka. Sementara, Setan Selaksa Wajah mendesah terus. Dengan tatapan matanya yang tajam menusuk, kakek berwajah pemuda itu seakan menyuruh Bidadari Alam Kelam untuk menyelesaikan upacara persembahannya."Wahai kau Dewa Langit, penguasa alam kegelapan..., sampailah saatnya aku memberikan kepadamu sebuah persembahan berupa darah bayi yang baru lahir...," ucap Bidadari Alam Kelam seraya mengangkat gelas di tangannya tinggi-tinggi.Suara wanita bertubuh amat menggiurkan itu terdenga

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Pendekar Kera Sakti   126. Orang yang paling beruntung

    "Terpaksa! Hanya karena terpaksa! Aku tak mau mati konyol!" sahut Setan Selaksa Wajah penuh kesungguhan. "Oleh karena itu, kau harus mau membantuku, Manisku. Buatkan aku 'Benteng Rajah Abadi'....""Kalau aku menolak?""Kau harus mau! Aku mohon!""Kalau aku menolak permohonan mu?"Terdiam Setan Selaksa Wajah.Setan Selaksa Wajah itu jadi bingung mendengar tolakan Bidadari Alam Kelam. Namun, dia tak kurang akal. Perlahan dia beringsut dari kursi yang didudukmya. Lalu...."Kau cantik sekali, Manisku...."Sambil berkata demikian, Setan Selaksa Wajah menerkam tubuh Bidadari Alam Kelam. Langsung dilumatnya bibir wanita cantik itu.... Sementara, Bidadari Alam Kelam tampak menggelinjang merasakan ciuman ganas Setan Selaksa Wajah. Wanita cantik itu semakin menggelinjang kuat manakala jemari tangan Setan Selaksa Wajah bermain nakal di sekitar dadanya."Uh! Kau! Apa yang kau lakukan?"Bidadari Alam Kelam masih mencoba menegur. Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Pendekar Kera Sakti   127. Benteng Rajah Abadi

    Sambil berjongkok, Setan Bodong mengangkat telapak tangan kanannya tinggi-tinggi di atas kepala. Di lain kejap, pergelangan tangan kanan si kakek diselubungi lidah-lidah api merah yang panas menyala-nyala!Wuttt...! Blarrr...!Timbul ledakan keras menggelegar saat Setan Bodong menghantamkan telapak tangan kanannya ke batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air'. Batu mustika itu langsung hancur luluh menjadi serbuk halus yang tak mungkin dapat disatukan lagi. Bongkah batu yang dijadikan tumpuan turut hancur luluh. Pecahannya yang berupa serbuk lebih halus langsung menebar ke berbagai penjuru."Ha ha ha...! Kini, tak akan ada manusia yang dapat mencopot pusar ku! Ha ha ha...!"Ketika tertawa, perlahan kulit tubuh Setan Bodong berubah warna menjadi warna aslinya. Lidah-lidah api yang menyelubungi pergelangan tangan si kakek juga lenyap perlahan. Gumpalan pusarnya pun tak lagi berdiri tegak. Gumpalan Paging sebesar buah terong tua itu menggantung kembali,

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Pendekar Kera Sakti   128. Bendera Benteng Rajah Abadi

    Tanpa berkata apa-apa pula, Bidadari Alam Kelam menata ketiga puluh bendera kain yang melekat di sebatang lidi bambu itu ke atas altar. Setan Selaksa Wajah menatap sambil tersenyum senang saat melihat Bidadari Alam Kelam membuat tulisan rajah di permukaan kain bendera.Sesaat kemudian, setelah kain-kain bendera selesai ditulisi rajah semua, Bidadari Alam Kelam mundur dua langkah. Ditatapnya patung Dewa Langit beberapa lama, lalu dia berkata...."Wahai kau Dewa Langit..., penguasa alam kegelapan, bantu aku membuat 'Benteng Rajah Abadi'. Aku percaya..., dengan kekuatan hitam yang kau miliki, 'Benteng Rajah Abadi' yang kubuat akan mempunyai kekuatan dahsyat..., yang amat sulit ditembus! Ya! Aku percaya!"Di ujung kalimat Bidadari Alam Kelam, mendadak Dewa Langit yang hanya berupa patung batu berwujud manusia berkepala kerbau tampak bergetar tubuhnya!Bidadari Alam Kelam melangkah dua tindak ke depan seraya meraup tiga puluh bendera kuning yang terletak di at

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Pendekar Kera Sakti   129. Dua Iblis Dari Gunung Batur

    "Kau... kau harus berjanji, Sayang...," bisik Setan Selaksa Wajah di antara dengus nafasnya yang memburu. "Dengan ilmu gaib 'Tabir Pengirim Raga', kau harus membawaku pergi ke hadapan Pendekar Kera Sakti dan Setan Bodong!""Ya! Ya!" sahut Bidadari Alam Kelam tanpa pikir panjang. Kedua anak manusia berlainan jenis itu bergelut lagi. Mengikuti desakan nafsu birahi....-o0o-“HUK! Huk! Ap... apa yang kau lakukan padaku Pak Tua...!" tegur Pendekar Kera Sakti dengan muka pucat. Pemuda itu hendak bangkit, tapi dia jatuh terduduk lagi. Tubuhnya malah terasa amat lemas. Setelah batuk-batuk beberapa lama, kembali gumpalan darah hitam pekat menyembur dari mulutnya!"Huk! Hoekkk...! Ap... apa kau hendak membunuhku, Pak Tua!"Pendekar Kera Sakti menegur lagi. Tubuhnya tampak terbungkuk-bungkuk karena menahan batuk. Sementara, Setan Bodong yang baru saja menghantam punggung pemuda dari lembah kera itu tampak tertawa terkekeh-kekeh."H

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status