Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 116. Padang Angin Neraka

Share

116. Padang Angin Neraka

last update Last Updated: 2024-05-27 01:01:17

MATAHARI belum begitu tinggi di ufuk kaki langit sebelah timur. Namun sinarnya seolah ingin membakar semua yang ada di muka bumi. Tanah kering merekah. Tak urung, rumput-rumput yang tumbuh di sekitar hutan kecil tempat seorang pemuda tengah berlatih silat pun mengering karena terlalu sering tertimpa sinar matahari di musim kemarau yang berkepanjangan ini.

Di tanah agak luas dalam hutan kecil itu Pendekar Kera Sakti memang tengah giat menempa diri mempelajari Pukulan 'Angin Es dan Api' yang diwarisi dari Eyang Jaya Dwipa. Tanpa mengenal putus asa sedikit pun, pemuda itu terus mencoba untuk menyempurnakan Pukulan 'Angin Es dan Api' seperti yang pernah dikatakan oleh Raja Kera Putih.

“Ternyata Ilmu Angin Es dan Api yang kau miliki belum sempurna. Nanti kalau dua larik sinar putih dan merah dari kedua telapak tanganmu sudah dapat kau ubah menjadi dua gulungan asap putih dan merah, baru kau dapat menguasai Ilmu Angin Es dan Api dengan sempurna seperti yang Eyang Jaya

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   117. Hukuman

    Namun..., rentetan kata kakek berambut riapriapan itu segera lenyap tertelan suara gemuruh angin yang terus bertiup di Padang Angin Neraka. Tak ada orang lain yang muncul. Justru dari belakang Setan Selaksa Wajah tampak putaran angin puling beliung!Wesss!"Akkhhh...!"Memekik parau Setan Selaksa Wajah. Kepalanya yang menyembul ke permukaan tanah terasa amat pening luar biasa, bagai terhantam palu godam. Putaran angin puting beliung yang menimpa, memelintir lehernya. Andai kakek itu tidak mempunyai kekuatan tenaga dalam tingkat tinggi, dapat dipastikan bila lehernya akan putus, dan kepalanya akan terbawa putaran angin puting beliung!"Setan alas kau, Banyak Langkirrr...!" teriak Setan Selaksa Wajah, keras menggelegar. Kakek itu berusaha menahan rasa sakit yang mendera kepala dan sekujur tubuhnya. Dia melampiaskan kekesalan dan hawa amarahnya dengan berteriak mengumpat-umpat. Sumpah serapah dan katakata kotor segera tertumpah dari mulutnya.Namun, s

    Last Updated : 2024-05-27
  • Pendekar Kera Sakti   118. Siksa Raja Penyasar Sukma

    "Hmmm.... Berkali-kali kau mengumpat dan meneriaki ku dengan sumpah serapah mu. Mestinya sekarang ini juga aku harus memecahkan batok kepalamu, Mahisa Birawa...," ujar Raja Penyasar Sukma dengan suara berat menggeram, menyimpan kemarahan pula."Bedebah!" semprot Setan Selaksa Wajah. "Kalau berani kau melakukan itu, rohku yang penasaran akan membalas semua perbuatan kejimu ini!""Ha ha ha...!" Raja Penyasar Sukma tertawa bergelak-gelak. Lempengan batu yang didudukinya bergerak turun-naik. "Siapa takut pada ancamanmu itu, Mahisa Birawa. Kalau aku berniat membunuh orang, tak pernah aku berpikir apa pun akibatnya! Namun..., hmmm... aku masih mau mengampuni nyawamu....""Jahanam! Andai benar apa yang kau katakan, cepatlah kau keluarkan aku dari siksa ini!""Ha ha ha...!" Raja Penyasar Sukma tertawa lagi. "Sabar! Sabar dulu, Mahisa Birawa! Siksa yang tengah kau rasakan ini sebenarnya amat pantas kau terima! Karena, kau benar-benar telah mengecewakan aku! Katak

    Last Updated : 2024-05-27
  • Pendekar Kera Sakti   119. Ksatria Topeng Putih

    Saat berpikir-pikir, wajah tampan pemuda tinggi tegap itu jadi tampak polos. Sinar kejujuran dan keluguan semakin terpancar dari sorot matanya. Dia cengar-cengir lagi. Sambil terus mengedarkan pandangan, kakinya terayun.Dimasukinya Hutan Saradan yang sunyi lengang. Disibaknya semak belukar yang menghadang. Dia yakin bila orang yang tengah dicarinya berada di antara jajaran pohon jati di dalam hutan itu."He, Ksatria Seribu Syair...!" teriak si pemuda yang tak lain Baraka atau Pendekar Kera Sakti."Ksatria Seribu Syair...! Kenapa kau lari setelah melihat diriku! Aku jadi semakin yakin bila kau memang seorang pengecut! Keluarlah! Ada satu urusan yang harus segera kuselesaikan denganmu!" Teriakan pemuda dari lembah kera itu membahana panjang.Satwa-satwa hutan tersentak kaget. Mereka langsung lari berserabutan karena gendang telinga mereka terasa pekak. Agaknya, Pendekar Kera Sakti menyertai teriakannya dengan aliran tenaga dalam. Namun, teriakan pemuda lug

    Last Updated : 2024-05-28
  • Pendekar Kera Sakti   120. Maafkan aku

    "Hmmm.... Kau tak menjawab pun, tak jadi apa. Kau tak perlu meminta maaf. Tapi ingat, seperti yang dulu pernah kukatakan padamu..., pandai-pandailah kau dalam menggunakan otak untuk menimbang dan berpikir. Jangan sampai kau menyesal di akhir perbuatanmu....""Ya! Ya, aku akan mengingat nasihat Paman," sambut Pendekar Kera Sakti. "Tapi, Paman..., apakah Paman tadi juga mendengar rentetan kata syair yang berasal dari dalam hutan ini?"Ksatria Topeng Putih mengangguk. Tak ingin dia berbohong. Yang mengucapkan kata-kata syair tadi memang dia sendiri. Tentu saja dia turut mendengarnya."Aku yakin, si pelantun syair itu adalah Ksatria Seribu Syair," ujar Pendekar Kera Sakti. "Tapi..., benarkah Paman tidak melihat orang lain di dalam hutan ini?""Sudah kukatakan tadi, aku tidak melihat siapa-siapa kecuali dirimu dan tentu saja diriku sendiri," jawab Ksatria Topeng Putih.Lelaki bertubuh tinggi tegap itu tetap tak berbohong. Namun, Pendekar Kera Sakti yang

    Last Updated : 2024-05-28
  • Pendekar Kera Sakti   121. Mati aku!

    Tak mau mati konyol dikeroyok puluhan ular berbisa, bergegas Baraka menggerakkan tangan kanannya untuk mencabut Suling Krishna yang terselip di sabuk pinggangnya. Namun tanpa diketahui oleh Baraka, dari belakang pemuda itu melesat seekor ular pohon!Sssttt...!"Ih...!"Terkejut setengah mati Pendekar Kera Sakti. Pergelangan tangan kanannya tiba-tiba telah terbelit seekor ular berkulit hijau berkilat. Dan..., ular pohon sepanjang satu depa itu berusaha membelit tangan Pendekar Kera Sakti yang lainnya. Tentu saja Pendekar Kera Sakti tak mau membiarkan hat itu terjadi. Sambil menekan rasa jijik dan ngeri, dia menarik tangan kirinya ke belakang. Lalu, dia kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya untuk membentengi tubuhnya dengan ilmu kebal 'Perisai Brahmananda'!"Astaga...!"Baraka berseru kaget lagi. Ternyata, dia tak mampu menghimpun tenaga dalamnya. Dan..., itu berarti ilmu 'Perisai Brahmananda' tak dapat pula dia keluarkan!Padahal, ular po

    Last Updated : 2024-05-28
  • Pendekar Kera Sakti   122. Kau beruntung sekali

    Di tepi Hutan Saradan, Setan Bodong tertawa terkekeh-kekeh melihat Pendekar Kera Sakti tampak kepayahan. Napas pemuda remaja itu memburu dan terdengar ngos-ngosan. Kulit wajahnya memerah dengan peluh berlelehan....Namun..., saat langkah Pendekar Kera Sakti telah dekat, Setan Bodong terkesiap. Hidungnya mencium aroma wangi kayu cendana. Aroma yang menebar dari rompi kulat ular emas Pendekar Kera Sakti itu membuat kepala Setan Bodong jadi pening."Hmmm.... Rompi bocah itu mengandung kekuatan 'Penakluk Wanita'. Bila rompinya terkena air keringat akan menebarkan aroma wangi yang bisa membuat wanita lupa daratan...," pikir Setan Bodong."Hmmm.... Untung aku lelaki. Kalau tidak, pastilah aku akan jatuh tak berdaya dalam pelukannya...."Setan Bodong menggeleng-geleng seraya mengerahkan tenaga dalam untuk melindungi kepalanya dari rasa pening. Sementara, Pendekar Kera Sakti yang telah berdiri di hadapan Setan Bodong tampak terbatuk-batuk karena terlalu memaksaka

    Last Updated : 2024-05-29
  • Pendekar Kera Sakti   123. Lembah Dewa Dewi

    Lembah Dewa Dewi adalah sebuah tempat berupa dataran berbatu-batu yang amat tersembunyi. Terletak di dekat muara sebuah sungai yang berarus deras. Kecuali anggota Komplotan Lembah Dewa Dewi, tak seorang pun tokoh rimba persilatan yang tahu letak tempat itu. Sebab, selain keadaan alamnya yang tak bersahabat dengan manusia, Lembah Dewa Dewi juga dipagari dengan suatu benteng kekuatan gaib yang sulit ditembus.Benteng kekuatan gaib ciptaan Bidadari Alam Kelam itu dapat menyesatkan setiap manusia yang datang, bahkan bisa mendatangkan ancaman kematian. Oleh karenanya, kaum rimba persilatan cuma dapat mendengar keberadaan Lembah Dewa Dewi tanpa pernah tahu di mana letak tempat itu sebenarnya."Kalau Bidadari Alam Kelam bersedia menuruti apa yang kuinginkan, aku yakin semuanya akan berjalan dengan baik...," gumam Setan Selaksa Wajah."Mudah-mudahan perempuan itu masih menyimpan rasa hatinya terhadapku, sehingga aku dapat memanfaatkan ilmu kepandaiannya...."Samb

    Last Updated : 2024-05-29
  • Pendekar Kera Sakti   124. Bidadari Alam Kelam

    "Manisku, Bidadari Alam Kelam...!" seru Setan Selaksa Wajah, keras menggelegar, "Bukalah 'Gerbang Kelam'-mu, Manisku! Ini aku yang datang..., Setan Selaksa Wajah!" Teriakan kakek berwajah pemuda itu membahana beberapa lama, mengalahkan suara gemuruh arus sungai yang deras. Tapi, balok kayu yang menopang tubuh si kakek tetap tertahan oleh benteng kekuatan gaib yang melintang di aliran sungai. Bidadari Alam Kelam pun tak menampakkan diri.Setan Selaksa Wajah yang pada dasarnya punya sifat tak sabaran dan lekas naik darah, menggerendeng penuh rasa gusar. Sekali lagi, dia berteriak lebih keras...."Aku yang datang, Manisku Bidadari Alam Kelam...! Cepat buka 'Gerbang Kelam'mu...!"Mencoba bersabar Setan Selaksa Wajah beberapa saat. Namun, yang menyambutnya cuma rasa kecewa belaka. Benteng gaib ciptaan Bidadari Alam Kelam tetap tak terbuka. Juga, tak ada sosok manusia lain yang muncul. Hanya gemuruh arus sungai yang menyahuti teriakan Setan Selaksa Wajah."Hmmm

    Last Updated : 2024-05-29

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1255. Part 22

    JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak

  • Pendekar Kera Sakti   1254. Part 21

    Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.

  • Pendekar Kera Sakti   1253. Part 20

    Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj

  • Pendekar Kera Sakti   1252. Part 19

    "Apa maksudmu bertepuk tangan, Bwana Sekarat?" tegur Pendeta Mata Lima.Dengan suara parau karena dalam keadaan tidur, KI Bwana Sekarat menjawab, "Aku memuji kehebatan Gusti Manggala-ku ini!" seraya tangannya menuding Baraka dengan lemas. "Masih muda, tapi justru akan menjadi pelindung kalian yang sudah tua dan berilmu tinggi!""Jaga bicaramu agar jangan menyinggung perasaanku, Bwana Sekarat!" hardik Pendeta Mata Lima.Ki Bwana Sekarat tertawa pendek, seperti orang mengigau, ia menepuk pundak Baraka dan berkata, "Pendeta yang satu ini memang cepat panas hati dan mudah tersinggung!""Ki Bwana Sekarat, apa maksud Ki Bwana Sekarat datang menemuiku di sini? Apakah ada utusan dari Puri Gerbang Kayangan?"Mendengar nama Puri Gerbang Kayangan disebutkan, kedua pendeta itu tetap tenang. Sebab mereka tahu, bahwa Baraka adalah orang Puri Gerbang Kayangan. Noda merah di kening Baraka sudah dilihat sejak awal jumpa. Semestinya mereka merasa sungkan, karena mer

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

  • Pendekar Kera Sakti   1250. Part 17

    Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

  • Pendekar Kera Sakti   1248. Part 15

    RESI Wulung Gading mengatakan, bahwa Seruling Malaikat tidak mempunyai kelemahan. Satu-satunya cara menghadapi Seruling Malaikat adalah, "Jangan beri kesempatan Raja Tumbal meniup Seruling itu!"Pendekar Kera Sakti punya kesimpulan, "Harus menyerang lebih dulu sebelum diserang. Karena jika Raja Tumbal diserang lebih dulu, maka ia tidak punya persiapan untuk meniup serulingnya. Syukur bisa membuat dia tidak punya kesempatan untuk mengambil pusaka itu!Itu berarti Baraka harus lakukan penyerangan mendadak ke Lumpur Maut. Padahal ia tidak mengetahui di mana wilayah Lumpur Maut. Maka, hatinya pun membatin, "Aku harus minta bantuan Angin Betina! Di mana perempuan itu sekarang?"Pendekar Kera Sakti dihadapkan pada beberapa persoalan yang memusingkan kepala. Pertama, ia harus mencari di mana Angon Luwak, agar Pedang Kayu Petir yang ada di tangan anak itu tidak jatuh ke tangan orang sesat. Kedua, ia harus temukan Delima Gusti dan memberi tahu tentang siasat Raja Tumbal

  • Pendekar Kera Sakti   1247. Part 14

    Diamnya Baraka dimanfaatkan oleh Angin Betina untuk berkata lagi, "Aku suka padamu, dan berjanji akan melindungimu!""Berani sekali kau berkata begitu padaku. Apakah kau tak merasa malu, sebagai perempuan menyatakan isi hatimu di depanku?""Aku lebih malu jika kau yang menyatakan rasa suka padaku lebih dulu!""Aneh!" Baraka tertawa, tapi tiba-tiba Angin Betina menyentak lirih, "Jangan tertawa!""Kenapa" Aku tertawa pakai mulutku sendiri!""Tawamu makin memancing gairahku," jawabnya dalam desah yang menggiring khayalan kepada sebentuk kehangatan. Baraka hanya tersenyum, matanya sempat melirik nakal ke dada Angin Betina. Perempuan itu pun berkata lirih lagi, "Jangan hanya melirik kalau kau berani! Lakukanlah! Tunjukkan keberanianmu sebagai seorang lelaki yang mestinya mampu tundukkan wanita sepertiku!"Baraka kian lebarkan senyum dan menggeleng. "Tidak. Anggap saja aku pengecut untuk urusan ini! Selamat tinggal!"Zlaaap...! Weesss...!

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status