Share

1103. Part 22

last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-20 01:04:36

"Delapan hari yang lalu aku sedang berada di Pulau Serindu menengok calon istriku," pikir Baraka.

Hening tercipta sejenak. Baraka terbayang wajah Ki Empu Sakya yang pernah ditolongnya saat terancam keserakahan Wiratmoko dalam persoalan keris itu juga, ia sama sekali tak menduga kalau Ki Empu Sakya ternyata sudah tiada. Berita itu baru saja diterimanya, karena ia pergi ke Pulau Serindu menengok Hyun Jelita selama enam hari. Baru sekarang ia tiba di tanah Jawa, dan tahu-tahu mendengar kabar tersebut.

"Aku sudah bilang kepada orang-orang Perguruan Lumbung Darah itu bahwa aku tidak memiliki keris pusaka tersebut, tapi mereka tetap tidak percaya."

"Mengapa mereka menduga keras kaulah pemilik keris itu"' tanya Baraka.

"Karena mereka sangka aku bernama Baraka!"

"Hahh...!" Baraka terkesiap memandang pemuda kurus.

"Padahal namaku Sabani, bukan Baraka. Enak saja, aku disamakan dengan Baraka. Gantengnya saja sudah tentu ganteng aku, ya Kang?"

"H

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   1104. Fitnah Berdarah Sang Pendekar

    PENGEJARAN terhadap diri Ratu Tanpa Tapak kehilangan jejak. Berhari-hari Baraka tidak temukan perempuan yang ingin menjadi penguasa di seluruh jagat raya itu. Akhirnya Baraka putuskan untuk menghentikan pengejaran, ia berangkat ke Pulau Serindu untuk menengok Hyun Jelita. Kepergiannya itu didampingi oleh Ki Bwana Sekarat, si tukang tidur, karena memang dialah yang diutus mencari Baraka oleh sang Ratu negeri Puri Gerbang Kayangan itu. Sedangkan Pelangi Sutera tetap tinggal di tempat dan tidak mengetahui kepergian Baraka.Berawal dari situlah, ternyata sebuah peristiwa yang tak diduga-duga itu terjadi dengan sangat menyedihkan. Ki Empu Sakya dibunuh seseorang dan tersebarlah berita bahwa Baraka adalah pembunuh Ki Empu Sakya. Tersebar pula kabar, bahwa keris pusaka milik Ki Empu Sakya yang bernama Keris Setan Kobra itu telah dicuri oleh Baraka dengan cara membunuh Ki Empu Sakya lebih dulu. Siapa yang menyebarkan berita itu pertama kalinya, tak diketahui secara pasti. Yang jelas,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Pendekar Kera Sakti   1105. Part 2

    "Hahh...!" mereka saling terkejut dan sama-sama saling pandang dengan tegang.Dua di antaranya tampak cemas. Dua lagi tampak memberanikan diri. Salah satu dari yang memberanikan diri itu berkata keras."Kalau begitu kami harus memaksamu agar mau serahkan keris itu!""Aku tidak mempunyai Keris Setan Kobra, dan aku tidak membunuh Ki Empu Sakya, karena beliau termasuk orang yang kuhormati!""Omong kosong! Kau harus dipaksa rupanya.Hiiaat...!"Orang itu melompat dengan mengibas-ngibaskan sabit kembarnya di kanan kiri. Kibasan sabit kembar itu menimbulkan bunyi yang membuat merinding orang awam. Tetapi Baraka tetap diam dan tenang. Rupanya ia cepat-cepat pergunakan ilmu 'Tukar Raga' sejak mendengar penjelasan mereka. Maka, ketika si Sabit Kembar membabatkan sabitnya ke lengan Baraka, temannya yang menggenggam tombak bergagang pedang lengkung itu memekik kesakitan."Aoooww...!"Sabit Kembar berpaling memandangi teman yang menjerit,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Pendekar Kera Sakti   1106. Part 3

    "Tapi itu bukan aku, Mega Dewi. Tidak semua orang yang membawa suling emas adalah Pendekar Kera Sakti!""Pendekar biasa lebih mustahil lagi jika bisa membunuh Ki Empu Sakya. Aku tahu seberapa tinggi ilmu Ki Empu Sakya. Aku bukan anak kecil yang bisa kau bohongi dengan dalih-dalihmu, Baraka!"Sedih sekali hati Pendekar Kera Sakti mendengar kata-kata Mega Dewi. Menurutnya, itu baru satu orang teman yang tidak percaya, bagaimana jika sampai semua temannya tidak mau percaya lagi kepadanya? Padahal memperoleh kepercayaan itu lebih sulit daripada memperoleh kemenangan dalam suatu pertarungan.Pada dasarnya, Baraka mengakui kebenaran kata-kata Mega Dewi. Orang yang bisa membunuh Ki Empu Sakya pasti orang berilmu tinggi, itu memang benar. Baraka juga mengakui bahwa Ki Empu Sakya orang berilmu tinggi. Jika tidak berilmu tinggi beliau tidak akan mungkin bisa melihat noda merah di kening Baraka, yaitu lambang penghargaan yang diberikan oleh Gusti Ratu Hyun Ayu Kartika Wang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Pendekar Kera Sakti   1107. Part 4

    Melihat Raja Maut bertarung dengan seorang wanita cantik namun berkesan galak itu, Baraka tak bisa tinggal diam. Apalagi pelayaran perahunya harus melintasi tempat itu. Pada mulanya Baraka tidak mengenal perempuan yang bertarung dengan Raja Maut.Tetapi prajurit yang menyertainya dalam perahu itu berkata, "Perempuan itulah yang bernama Nyai Demang Ronggeng, penguasa Pulau Blacan yang tampak dari sini itu.""Ooo... ya, ya, ya... aku mengerti sekarang," kata Baraka sambil manggut-manggut."Aku pernah dengar cerita permusuhan Raja Maut dengan Nyai Demang Ronggeng. Pasti persoalan Kitab Sukma Sukmi yang dicuri oleh Nyai Demang Ronggeng dari tangan gurunya si Raja Maut.""Saya malah tidak dengar cerita itu, Gusti Manggala Yudha," kata prajurit tersebut kepada Baraka. Gusti Manggala Yudha memang pangkat dan sebutan Baraka di kalangan orang-orang Puri Gerbang Kayangan.Kedudukannya lebih tinggi dari sang Ratu Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat, karena kehorm

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Pendekar Kera Sakti   1108. Part 5

    Wuuut...! Braaak...!Baraka jatuh di haluan kapal. Prajurit ingin membantu tapi Baraka segera melarangnya. Pendekar Kera Sakti cepat berdiri karena Nyai Demang Ronggeng telah lepaskan lagi serangan berikutnya, berupa cahaya merah dari kipas tersebut.Slaaap...! Dengan cepat Baraka meraih suling mustikanya dan disilangkan di depan dada. Akibatnya sinar merah itu mengenai suling mustika tersebut namun tidak membuat suling itu hancur, melainkan membuat sinar merah memantul kembali arah. Pantulan sinar merah itu ternyata lebih cepat dan lebih besar lagi, tenaga yang ada di dalam sinar merah menjadi berlipat ganda.Wuuusss...! Nyai Demang Ronggeng terkejut. Hampir saja ia terpaku melihat sinar merahnya membalik dalam keadaan lebih besar. Dengan gerakan cepat, kipas di bentangkan dan digunakan menangkis sinar merah itu.Praak...! Blaaar...!Sinar merah jebol seketika. Tubuh Nyai Demang Ronggeng terpental jatuh ke laut kembali.Byuuur...!Te

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Pendekar Kera Sakti   1109. Part 6

    "Memang itulah akibat yang harus diterima bagi orang yang tak pernah mau mengenal perdamaian," ujar Raja Maut. "Aku tak salahkan dirimu. Kau hanya sebatas melindungiku. Karena kau tahu keadaanku sedang lemah, tak mungkin mampu melawan jurusnya tadi. Aku berterima kasih padamu, Baraka! Biar kujelaskan sendiri pada si Setan Bodong, gurumu itu, mengapa kau membunuh Kiswanti."Baraka memandang jauh dalam lamunan sesalnya. Pantai Pulau Blacan terlihat jelas dan akan dilewatinya. Baraka diam tanpa bicara apa pun. Raja Maut segera mendekati dan bicara dengan hati-hati."Baraka, aku harus mengambil Kitab Sukma Sukmi di pulau itu. Maukah kau menungguku mengambilnya, agar aku bisa pulang menumpang perahumu?"Napas Baraka ditarik dalam-dalam. "Ambillah, setelah itu jagalah agar Kitab Sukma Sukmi yang berisi jurus-jurus maut dan ilmu 'Tarian Mayat' itu jangan sampai jatuh ke tangan orang sesat lagi."Raja Maut yang berjubah abu-abu itu tersenyum ceria. Pendekar Kera

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Pendekar Kera Sakti   1110. Part 7

    Dugaannya benar, ada orang bersembunyi di balik pohon itu. Orang tersebut tak sengaja terpekik karena tak menyangka akan kejatuhan dahan sebesar lengan. Anehnya orang itu masih saja tidak mau keluar dari persembunyiannya, rupanya ia bertahan untuk tidak menampakkan diri dan segera menutup mulutnya dengan tangan. Baraka mau meninggalkan orang itu dan tidak peduli dengan serangan tadi. Tetapi baru saja ia balikkan tubuh, tiba-tiba dari arah kirinya melesat dua benda kecil warna putih terpantul sinar matahari. Benda itu adalah dua senjata rahasia yang dilemparkan dari balik dua pohon berjajar rapat.Ziing, ziing...!Dua tangan Baraka segera berkelebat menangkap dua senjata rahasia tersebut dalam gerakan melebihi kecepatan layang senjata itu sendiri.Sleb, sleb...! Sekali lagi dua senjata itu mampu ditangkap dengan jepitan jari-jemarinya. Ternyata senjata itu berbentuk bintang segi enam yang runcing dan berbau amis. Itu tandanya senjata tersebut mempunyai kadar racu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Pendekar Kera Sakti   1111. Part 8

    Semua diam, seakan saling berserah diri untuk menjelaskan. Lawa Abang segera berseru kepada si muka runcing, "Jelaskan sekalian, Musang Hitam!"Maka orang berwajah runcing dan berkulit hitam itu pun berkata tegas. "Kami adalah orang-orang yang tergabung dalam Partai Bayaran. Kami dibayar untuk dapatkan pusaka Keris Setan Kobra yang kau rampas dari Ki Empu Sakya itu, Baraka.""Kalian salah duga," kata Baraka dengan masih kalem. "Bukan aku yang membunuh Ki Empu Sakya, dan aku tidak mempunyai keris pusaka itu!""He, he, he, he...!" Musang Hitam terkekeh sinis."Kepada orang lain kau boleh mengaku begitu, Anak Muda. Tapi kepada kami kau tak bisa berkata begitu. Karena kami tak pernah punya rasa segan untuk mencacah dan merajang-rajang tubuh orang yang bermaksud menipu kami, Baraka!"Dengan mata menatap Musang Hitam yang berusia sekitar empat puluh tahun itu, Baraka berkata tegas pula."Kalian salah sasaran! Carilah pembunuhnya. Jangan termakan h

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1142. Part 19

    Maka, pendekar tampan yang ternyata sejak tadi diintip oleh Sundari dari celah pintu dapur itu, mencoba mengutarakan maksudnya kepada Pak Tua pemilik kedai tersebut. "Apakah kau menyediakan kamar untuk penginapan, Ki?""Tidak. Maksudmu bagaimana, Baraka?""Kalau ada kamar, aku akan bermalam di sini. Aku ingin tahu siapa bayangan hitam itu. Karena..., terus terang saja, kedatanganku kemari adalah dalam perjalanan menemui Raja Hantu Malam.""Hahh...!" Ki Rosowelas terkejut. Baraka memang tidak jelaskan pokok masalah sebenarnya agar tak mengundang perhatian terlalu besar bagi si pemilik kedai itu.Baraka hanya berkata, "Aku punya sedikit urusan dengan Raja Hantu Malam dan harus segera kuselesaikan. Jika bayangan hitam itu memang Raja Hantu Malam, berarti aku tak perlu susah-susah mendaki Gunung Keong Langit. Jika memang bukan dia, maka kita semua akan tahu siapa sebenarnya bayangan hitam itu.""Tapi dia berbahaya, Baraka. Bayangan hitam itu, baik dia

  • Pendekar Kera Sakti   1141. Part 18

    Karena tutur katanya sopan dan wajah Baraka tidak kelihatan bengis, maka Ki Rosowelas pun mempersilakan Baraka untuk masuk ke kedainya. Kedai itu tidak ditutup semua, melainkan disisakan satu pintu untuk keluarnya Baraka nanti. Selain mengisi perutnya, Baraka juga memesan secangkir arak. Dua potong ketan bakar dinikmati pula sebagai pengisi perutnya. Ki Rosowelas menemani Baraka dengan ikut menikmati secangkir arak pula.Seorang gadis manis berkulit hitam segera bergegas ke belakang setelah membantu beberes tempat itu. Gadis manis berusia sekitar dua puluh tahun itu adalah anak tunggal Ki Rosowelas yang terlambat lahir. Gadis itu bernama Sunari, yang lahir pada saat Ki Rosowelas sudah berusia empat puluh tahun.Mulanya Ki Rosowelas dan mendiang istrinya merasa tidak akan punya keturunan, karena sudah bertahun-tahun hidup berumah tangga tapi tidak pernah mempunyai anak. Ketika mereka sudah berusia separo baya, sang istri justru hamil. Tapi sayang sang istri harus mening

  • Pendekar Kera Sakti   1140. Part 17

    "Kuhancurkan tubuh Sumbaruni jika kau tak mau tunduk padaku, Baraka!" kata Nila Cendani mengancam dengan suara dingin."Aku tak akan pernah tunduk pada orang sesat sepertimu, Nila Cendani!""Bagus. Kalau begitu kau ingin lihat tubuh Sumbaruni hancur sekarang juga!"Wuuut...! Claaap...!Dari mata Nila Cendani melesat selarik sinar biru bening ke arah tubuh Sumbaruni yang terkapar tak berdaya itu. Baraka yang memang mengetahui kalau serangannya bisa menyentuh Ratu Tanpa Tapak, cepat patahkan sinar biru itu dengan lepaskan jurus 'Tapak Dewa Kayangan', yaitu Sinar putih perak yang keluar dari telapak tangan yang disatukan di dada dan disentakkan ke depan.Baraka memang sudah mengetahui keistimewaan akan dirinya yang akan selalu perjaka, walaupun keperjakaannya itu sudah di obral kesana kemari.Claap...!Blegaaarrr...! Ledakan lebih dahsyat dari yang tadi telah membuat tanah bagaikan diguncang gempa hebat. Tiga pohon di seberang sana tumba

  • Pendekar Kera Sakti   1139. Part 16

    Dalam perjalanannya menuju Gunung Keong Langit, yang menurut keterangan Tabib Awan Putih, bentuk gunung itu seperti rumah keong raksasa itu, Baraka sempat berpikir tentang semua kata-kata dan penjelasan tabib bungkuk itu."Mungkin memang karena tak beristri lagi, maka Raja Hantu Malam kembali ke jalan yang sesat karena tak ada orang yang mengingatkannya. Tapi mengapa diawali dari dasar laut? Mengapa sasaran pertamanya Ratu Asmaradani? Apakah dengan begitu tingkah lakunya tidak mudah tercemar di permukaan bumi? Atau karena Raja Hantu Malam tak bisa menahan hasratnya untuk beristri lagi dan sudah lama mengincar Ratu Asmaradani yang masih tampak muda itu?"Renungan itu patah. Langkah pun terhenti. Pandangan Baraka segera tertuju ke arah kirinya. Di sana ada tanah lega berpohon jarang. Di atas tanah itu tampak dua orang mengadu kesakitan dengan letupan-letupan yang kadang menjadi ledakan mengguncang tanah. Baraka segera bergegas ke pertarungan dua perempuan yang jaraknya l

  • Pendekar Kera Sakti   1138. Part 15

    Pada saat Pendekar Kera Sakti tercengang, wajah Ratu Asmaradani tertunduk malu dan sedih. Tapi suaranya terdengar jelas, "Paksa dia untuk sembuhkan diriku, Baraka. Jika memang sangat terpaksa, kalahkan dia dengan caramu. Aku mohon bantuanmu. Pendekar Kera Sakti...!"Baraka masih tertegun merinding melihat keganasan ilmu 'Racun Siluman', ia dapat bayangkan alangkah menderitanya hidup tanpa bagian perut ke bawah.-o0o-RINDU MALAM hanya diizinkan oleh Ratu Asmaradani mengantar Baraka sampai di permukaan laut saja. Ia harus segera kembali, karena sang Ratu punya firasat adanya rasa cinta di hati Rindu Malam. Bahkan sebelum ia ditugaskan mengantarkan Baraka ke permukaan laut, sang Ratu sudah berpesan kepada semua rakyat dan orang-orang bawahannya, "Tak satu pun boleh mencintai Baraka dan merayunya. Dia orang terhormat, murid dari kakak sepupuku. Apalagi kalau dia berhasil kalahkan Raja Hantu Malam, kalian semua, termasuk aku, berhutang budi kepadanya.

  • Pendekar Kera Sakti   1137. Part 14

    "Ibuku adalah adik dari ibunya Dewi Pedang. Jadi cukup dekat hubunganku dengan bibi gurumu itu, Baraka."Pendekar tampan angguk-anggukkan kepala. Senyumnya kian mekar berseri menggoda hati para prajurit di pinggiran ruang pertemuan itu. Pendekar Kera Sakti merasa lega dan bangga bisa bertemu dengan Ratu Asmaradani, yang dalam urutan silsilah termasuk orang yang patut dihormati dan dilindungi, sebab adik dari gurunya sendiri. Tetapi Baraka diam-diam menyimpan keheranan kecil."Tentunya dia punya ilmu tinggi. Tapi mengapa dia tak bisa selesaikan persoalannya sendiri? Mengapa harus meminta bantuan padaku?"Kemudian Baraka pun bertanya, "Jadi, bagaimana aku harus memanggilmu, Nyai Ratu? Bibi atau....""Terserah kau. Bukan panggilan hormatmu yang kubutuhkan, tapi kesaktianmu yang kuharapkan bisa menolongku.""Boleh aku tahu apa kesulitanmu, Nyai Ratu?""Beberapa waktu yang lalu, seorang lelaki berilmu tinggi dapat masuk ke negeri ini. Ia mengaku

  • Pendekar Kera Sakti   1136. Part 13

    "Gusti Ratu kami mempunyai ilmu 'Latar Bayangan' yang membuat semua pemandangan di sini seperti pemandangan di permukaan pulau," kata Kelana Cinta."Apakah di sini juga ada siang dan malam?""Ya. Kami juga mengenal siang dan malam, tapi kami tak punya matahari dan rembulan," jawab Rindu Malam."Hanya orang berilmu tinggi dan mempunyai kepekaan indera keenam saja yang bisa sampai di tempat kami ini. Tetapi jika kau tinggal di sini, kau akan dibekali ilmu tersendiri yang bisa membuatmu keluar masuk ke negeri kami, seperti contohnya ilmu yang kugunakan membawamu kemari tadi," kata Kelana Cinta."Seandainya ada...." Kelana Cinta tak jadi teruskan kata, ia melihat seorang wanita berjubah perak muncul di serambi istana. Wanita berambut pendek itu membungkukkan badannya, memberi hormat kepada Baraka.Maka Kelana Cinta berkata, "Sebaiknya kita segera masuk ke istana. Pendeta Agung Dewi Rembulan sudah mempersilakan kita untuk menghadap sang Ratu.""O

  • Pendekar Kera Sakti   1135. Part 12

    "Aneh sekali!" gumam Baraka sambil memandang pulau gundul yang seolah-olah tempat pengasingan amat menyedihkan. Tak ada tonggak, tak ada pohon, tak ada atap, tak ada apa-apa. Tentu saja Pendekar Kera Sakti bingung mencari di mana negeri Samudera Kencana itu.Rindu Malam membawa Baraka persis ke tengah pulau. Kelana Cinta segera lakukan gerakan aneh. Kedua tangannya direntangkan, lalu mengeras, dan bergerak saling mendekat di depan dada. Kedua tangan itu saling bertemu, tapi hanya ujung telunjuk dan ujung jempolnya saja yang bertemu, jari lainnya menggenggam rapat. Kelana Cinta memusatkan pikirannya, mengerahkan tenaga untuk keluarkan kekuatan aneh dari ujung pertemuan dua telunjuk tersebut.Kejap berikut, ujung telunjuk itu lepaskan selarik sinar warna-warni, bagaikan sinar pelangi. Sinar itu melesat tanpa putus, mengarah ke tanah cadas berumput laut. Sinar itu bergerak sesuai dengan langkah kaki Kelana Cinta yang mengelilingi tubuh Rindu Malam dan Baraka. Sinar warna-

  • Pendekar Kera Sakti   1134. Part 11

    "Memang... memang hanya salah paham saja."Baraka tertawa, tapi Rindu Malam dan Sumbaruni saling lirik penuh hasrat untuk saling menyerang. Hasrat itu sama-sama mereka tahan supaya tidak membuat si pendekar tampan besar kepala, karena merasa diperebutkan.Tiba-tiba sekelebat bayangan datang dari arah belakang Sumbaruni. Bayangan itu tahu-tahu sudah berwujud di depan mereka, membuat Sumbaruni dan Baraka sedikit tercengang melihat penampilan seorang tokoh tua berambut panjang abu-abu, berbadan kurus dan berjubah putih kusam. Orang itu bukan orang tua yang bertarung aneh di puncak bukit seberang tadi, melainkan seorang tokoh tua yang amat dikenal Baraka dan Sumbaruni. Dia adalah Raja Maut, tokoh beraliran putih yang tidak sempat hadir dalam pertemuan di Bukit Kayangan untuk membicarakan pelaku pembunuhan Ki Empu Sakya."Sumbaruni, syukurlah kau bisa kutemui di sini!" kata Raja Maut."Ada apa, Prasonco?" tanya Sumbaruni menyebutkan nama asli Raja Maut.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status