Craas...!
"Aaahg...!" Lasogani mendelik, tengkuknya dihajar kapak dan terkoyak lebar. Akhirnya ia tumbang tanpa nyawa.
Blaaar...! Glegaaar...!
Ledakan menggelegar terjadi setelah Ratu Tanpa Tapak melepaskan pukulan selarik sinar merah dari telapak tangan kirinya. Sinar merah menghantam kapak terbang dan hancurlah kapak itu. Suasana gaduh yang tunggang-langgang mulai reda kembali. Tetapi mereka kebingungan melihat arena kosong. Ki Bwana Sekarat hilang dari arena.
"Setan buntung!" maki Ratu Tanpa Tapak. "Dia melarikan diri saat suasana menjadi kacau. Pasti tak jauh dari sini."
"Gusti Ratu, tawanan kita melarikan diri! Hilang dari arena!"
Seruan itu membuat tangan Ratu Tanpa Tapak berkelebat bagaikan memercikkan air. Tapi yang keluar dari jemarinya adalah sinar-sinar api yang memercik mengenal dada pengawal itu.
Craaasss...!
"Aaahg...!" Pengawal itu memekik dengan mata mendelik. Dadanya menjadi berasap. Banyak lubang hitam di dada
Tongkat itu segera dipungut Raja Maut dengan menggulingkan diri, lalu berdiri satu lutut dan melepaskan pukulan tenaga dalamnya melalui telapak tangan kirinya.Slaap...! Sinar hijau berbentuk piringan melesat menghantam dada Nyai Demang Ronggeng.Blaar...!Ledakan cukup dahsyat terjadi ketika sinar hijau itu ditangkis dengan kipas merah yang dibentangkan di depan dada. Ledakan itu membuat tubuh Nyai Demang Ronggeng terpental ke belakang, bahkan sempat berjungkir balik di tanah."Sekali lagi kuingatkan padamu, Kiswanti... jangan sesali tindakanku ini. Kau memaksaku menyelesaikan urusan sekarang juga. Maka akan kurampungkan setuntas mungkin!"Kiswanti atau Nyai Demang Ronggeng tidak membalas ucapan apa pun. Tapi tubuhnya segera bangkit berdiri pelan-pelan. Kedua tangannya membentang lalu meliuk ke kiri bersama tubuhnya, sedangkan kedua kakinya merapat dan berdiri di atas jari-jarinya. Nyai Demang Ronggeng pun memutar tubuh pelan-pelan dengan gerakan
"Sial! Setan Bodong ikut campur. Modar aku!" gerutunya sambil melarikan diri tanpa pamit. Sabawana yang bergelar Setan Bodong itu membiarkan Nyai Demang Ronggeng melarikan diri. Tokoh sakti yang sebenarnya enggan campur tangan di rimba persilatan lagi itu, kali ini terpaksa pergunakan jurus kecil-kecilan saja untuk selamatkan Raja Maut yang menjadi sahabatnya itu."Pasti perkara Kitab Sukma Sukmi!" kata Setan Bodong dengan tegas."Ya, memang," jawab Raja Maut dengan keadaan napas sesak tubuh lemas. "Tapi aku ke sini sengaja untuk temui kau, Setan Bodong.""Kalau begitu, mari kubantu pergi ke pondokku. Kau butuh pertolongan secepatnya, Prasonco!""Bb... ba... baik," jawab Prasonco dengan susah payah. "Aku hanya ingin sampaikan kabar... muridmu melabrak Nila Cendani.""Nila Cendani!" Setan Bodong menjadi heran. "Apa urusannya Baraka sampai melabrak Ratu Tanpa Tapak itu"'"Bwana Sekarat ditawan mereka!""Oh, dasar sinting orang itu. Mau-
Perempuan yang tampak masih muda sekian kali lipat dari usia sebenarnya, mendekati Baraka dengan sorot pandang matanya yang berwibawa dan punya kharisma tersendiri. Baraka membiarkannya dan juga memandangi tanpa kesan bermusuhan. Dalam jarak dua langkah, Sumbaruni berhenti dan saling adu pandang beberapa saat. Lama-lama terdengar suaranya berucap bagai bisikan."Aku tak mau kau terjerat cinta di sana!"Baraka tertawa dengan suara pelan. "Jangan takut. Aku punya penangkalnya, Sumbaruni.""Omong kosong! Kau akan kalah jika Nila Cendani pergunakan ilmu 'Serap Sukma Asmara' yang dimilikinya. Dan itu sangat berbahaya bagi keadaan jiwa mudamu, Pendekar Kera Sakti.""Apa kehebatan ilmu 'Serap Sukma Asmara' itu, sehingga kau amat mengkhawatirkan diriku, Pelangi Sutera?""Apabila dia menggigit bibirnya sendiri dalam senyum, maka hatimulah yang digigitnya. Jika hatimu sudah digigit, maka kau akan jatuh cinta padanya, kau akan tunduk dengan segala perintahnya
PADA saat itu, Ki Bwana Sekarat sudah berhasil dilumpuhkan oleh Ratu Tanpa Tapak. Ketika di kamar tidur sang Ratu, Ki Bwana Sekarat berhasil diserang dengan dua jurus jebakan. Empat jari tangan Nila Cendani disentakkan, maka melesatlah empat larik sinar hijau dari masing-masing ujung jari berkuku runcing itu. Arahnya sengaja sedikit ke kanan, supaya Ki Bwana Sekarat menghindar ke kiri.Sraab...! Dugaan Nila Cendani benar. Ki Bwana Sekarat berguling di atas ranjang ke arah kanan. Tapi pada saat itu juga Nila Cendani sentakkan keempat jari kanannya yang memancarkan empat larik sinar putih perak berkilauan.Sraaab...! Arahnya lebih ke kiri dari tubuh Ki Bwana Sekarat, sehingga ketika Ki Bwana Sekarat menghindari ke kiri, maka ia terperangkap sinar putih perak itu.Jraaab...!"Uuhg...!"Tubuh Ki Bwana Sekarat mengejang dengan kepala terdongak menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Tubuh itu menjadi kaku dan kejang sekali. Nila Cendani segera memanggil
Akibatnya mereka hanya terdesak beberapa kali oleh serangan Ratu Tanpa Tapak yang menggunakan jurusj-urus berbahaya. Tiga tiang utama istananya sendiri sempat hancur menjadi debu karena serangannya yang dihindari oleh Pelangi Sutera."Monyet busuk! Bagaimana dia bisa masuk ke bentengku!" pikir Nila Cendani memandangi Sumbaruni. Ratu Tanpa Tapak tidak tahu kalau semua penjaga di pintu gerbang sudah dilumpuhkan oleh Pelangi Sutera terlebih dulu, sehingga wanita itu dapat dengan mudah melompat naik ke dinding benteng dan menggagalkan acara hukuman pancung tersebut.Kini lebih dari tiga puluh orang terkapar tanpa nyawa karena amukan Ki Bwana Sekarat dengan Pelangi Sutera. Sabit Guntur sendiri yang tangannya buntung juga mati di tangan Ki Bwana Sekarat dengan tebasan kipas putihnya. Sementara itu Nila Cendani semakin murka, menyerang mereka berdua dengan melayang tanpa menginjak tanah sejak tadi. Ki Bwana Sekarat sempat terjungkir baik ke belakang ketika ia mencoba menahan
Sinar merah meluncur dari mata Nila Cendani. Sinar merah itu semula berbentuk lidi kecil, tapi makin jauh makin menyebar lebar dan menghantam tubuh Ki Bwana Sekarat dengan Pelangi Sutera.Hanya saja, sebelum kedua sinar yang terlepas dari kedua mata Nila Cendani itu sampai di tubuh mereka berdua, seberkas sinar putih perak melesat dan menghantam kedua sinar merah tersebut secara melintas cepat dari samping kanan.Blaaar...! Glegaaarrr...!Bunyi ledakan itu luar biasa dahsyatnya. Tubuh Ki Bwana Sekarat dan Pelangi Sutera sama-sama terpental dan terguling-guling di rerumputan. Tapi yang lebih aneh lagi, tubuh Ratu Tanpa Tapak pun terlempar ke belakang dan sempat berjungkir balik sampai jatuh tersungkur di tanah belakangnya, ia segera bangkit dengan merasa heran mengalami peristiwa seperti itu.Matanya segera memandang mencari penyerang yang menggunakan sinar putih perak itu. Ketika pandangan matanya menemukan sesosok pemuda tampan berdiri tegak dengan pakai
"Baraka! Biar kami yang hadapi!" teriak seseorang yang ternyata Ki Lumaksono. Ia dan Ki Parandito sempat tersesat jalan dan tiba di tempat ketika Nila Cendani terlempar tadi.Kedua tokoh tua itu segera melesat mendekati Baraka. "Biar kami yang hadapi, supaya kami tak sakit hati jika beliau terluka!"Tapi baru saja mereka bersepakat begitu, Sokobumi melepaskan serangannya berupa puluhan bintang yang menyerang kedua tokoh tua dan Baraka. Puluhan bintang itu tentu saja berkekuatan tenaga dalam sangat tinggi. Gerakannya sangat cepat dan nyaris tidak terlihat lagi."Awas...!" teriak Baraka sambil menendang dengan kedua kaki ke kiri dan ke kanan secara serempak.Tendangan itu mengenai tubuh Ki Lumaksono yang ada di kirinya dan Ki Parandito yang ada di kanannya. Akibatnya mereka berdua terlempar jauh dan terhindar dari puluhan bintang berbahaya itu. Sedangkan untuk menyelamatkan dirinya, Baraka segera mengibaskan Suling Naga Krishnanya ke depan.Wuuut...!
"Aku butuh bantuanmu.""Indah sekali. Belum-belum sudah butuh bantuan.""Aku terpaksa menghubungimu, karena tak punya senopati.""Begitukah...!"Asmaradani, Ratu Samudera Kencana, anggukkan kepala dengan gemulai. Bau wewangiannya menyerap ke dalam hati sanubari Pendekar Kera Sakti. Lama-lama mata indah itu mulai berkaca-kaca. Wajah cantik ceria menjadi tersaput duka.Ratu Samudera Kencana melelehkan air mata. Baraka trenyuh, lalu menghapus air mata yang meleleh sampai di pertengahan pipi. Ia menghapus dengan jari telunjuk yang ditekuk dan digunakan sebagai menadah butiran air mata itu."Jangan menangis, Asmaradani. Aku akan datang menolongmu," bisik Baraka dengan nada mesra sekali. "Sebutkan kesulitanmu dan aku akan lakukan apa yang seharusnya kulakukan."Asmaradani menatap dengan penuh perasaan. Jari-jemarinya yang lentik indah itu meraba pipi Baraka. Pendekar tampan berbaju rompi kulit ular emas tanpa lengan itu membiarkan pipinya d
Maka, pendekar tampan yang ternyata sejak tadi diintip oleh Sundari dari celah pintu dapur itu, mencoba mengutarakan maksudnya kepada Pak Tua pemilik kedai tersebut. "Apakah kau menyediakan kamar untuk penginapan, Ki?""Tidak. Maksudmu bagaimana, Baraka?""Kalau ada kamar, aku akan bermalam di sini. Aku ingin tahu siapa bayangan hitam itu. Karena..., terus terang saja, kedatanganku kemari adalah dalam perjalanan menemui Raja Hantu Malam.""Hahh...!" Ki Rosowelas terkejut. Baraka memang tidak jelaskan pokok masalah sebenarnya agar tak mengundang perhatian terlalu besar bagi si pemilik kedai itu.Baraka hanya berkata, "Aku punya sedikit urusan dengan Raja Hantu Malam dan harus segera kuselesaikan. Jika bayangan hitam itu memang Raja Hantu Malam, berarti aku tak perlu susah-susah mendaki Gunung Keong Langit. Jika memang bukan dia, maka kita semua akan tahu siapa sebenarnya bayangan hitam itu.""Tapi dia berbahaya, Baraka. Bayangan hitam itu, baik dia
Karena tutur katanya sopan dan wajah Baraka tidak kelihatan bengis, maka Ki Rosowelas pun mempersilakan Baraka untuk masuk ke kedainya. Kedai itu tidak ditutup semua, melainkan disisakan satu pintu untuk keluarnya Baraka nanti. Selain mengisi perutnya, Baraka juga memesan secangkir arak. Dua potong ketan bakar dinikmati pula sebagai pengisi perutnya. Ki Rosowelas menemani Baraka dengan ikut menikmati secangkir arak pula.Seorang gadis manis berkulit hitam segera bergegas ke belakang setelah membantu beberes tempat itu. Gadis manis berusia sekitar dua puluh tahun itu adalah anak tunggal Ki Rosowelas yang terlambat lahir. Gadis itu bernama Sunari, yang lahir pada saat Ki Rosowelas sudah berusia empat puluh tahun.Mulanya Ki Rosowelas dan mendiang istrinya merasa tidak akan punya keturunan, karena sudah bertahun-tahun hidup berumah tangga tapi tidak pernah mempunyai anak. Ketika mereka sudah berusia separo baya, sang istri justru hamil. Tapi sayang sang istri harus mening
"Kuhancurkan tubuh Sumbaruni jika kau tak mau tunduk padaku, Baraka!" kata Nila Cendani mengancam dengan suara dingin."Aku tak akan pernah tunduk pada orang sesat sepertimu, Nila Cendani!""Bagus. Kalau begitu kau ingin lihat tubuh Sumbaruni hancur sekarang juga!"Wuuut...! Claaap...!Dari mata Nila Cendani melesat selarik sinar biru bening ke arah tubuh Sumbaruni yang terkapar tak berdaya itu. Baraka yang memang mengetahui kalau serangannya bisa menyentuh Ratu Tanpa Tapak, cepat patahkan sinar biru itu dengan lepaskan jurus 'Tapak Dewa Kayangan', yaitu Sinar putih perak yang keluar dari telapak tangan yang disatukan di dada dan disentakkan ke depan.Baraka memang sudah mengetahui keistimewaan akan dirinya yang akan selalu perjaka, walaupun keperjakaannya itu sudah di obral kesana kemari.Claap...!Blegaaarrr...! Ledakan lebih dahsyat dari yang tadi telah membuat tanah bagaikan diguncang gempa hebat. Tiga pohon di seberang sana tumba
Dalam perjalanannya menuju Gunung Keong Langit, yang menurut keterangan Tabib Awan Putih, bentuk gunung itu seperti rumah keong raksasa itu, Baraka sempat berpikir tentang semua kata-kata dan penjelasan tabib bungkuk itu."Mungkin memang karena tak beristri lagi, maka Raja Hantu Malam kembali ke jalan yang sesat karena tak ada orang yang mengingatkannya. Tapi mengapa diawali dari dasar laut? Mengapa sasaran pertamanya Ratu Asmaradani? Apakah dengan begitu tingkah lakunya tidak mudah tercemar di permukaan bumi? Atau karena Raja Hantu Malam tak bisa menahan hasratnya untuk beristri lagi dan sudah lama mengincar Ratu Asmaradani yang masih tampak muda itu?"Renungan itu patah. Langkah pun terhenti. Pandangan Baraka segera tertuju ke arah kirinya. Di sana ada tanah lega berpohon jarang. Di atas tanah itu tampak dua orang mengadu kesakitan dengan letupan-letupan yang kadang menjadi ledakan mengguncang tanah. Baraka segera bergegas ke pertarungan dua perempuan yang jaraknya l
Pada saat Pendekar Kera Sakti tercengang, wajah Ratu Asmaradani tertunduk malu dan sedih. Tapi suaranya terdengar jelas, "Paksa dia untuk sembuhkan diriku, Baraka. Jika memang sangat terpaksa, kalahkan dia dengan caramu. Aku mohon bantuanmu. Pendekar Kera Sakti...!"Baraka masih tertegun merinding melihat keganasan ilmu 'Racun Siluman', ia dapat bayangkan alangkah menderitanya hidup tanpa bagian perut ke bawah.-o0o-RINDU MALAM hanya diizinkan oleh Ratu Asmaradani mengantar Baraka sampai di permukaan laut saja. Ia harus segera kembali, karena sang Ratu punya firasat adanya rasa cinta di hati Rindu Malam. Bahkan sebelum ia ditugaskan mengantarkan Baraka ke permukaan laut, sang Ratu sudah berpesan kepada semua rakyat dan orang-orang bawahannya, "Tak satu pun boleh mencintai Baraka dan merayunya. Dia orang terhormat, murid dari kakak sepupuku. Apalagi kalau dia berhasil kalahkan Raja Hantu Malam, kalian semua, termasuk aku, berhutang budi kepadanya.
"Ibuku adalah adik dari ibunya Dewi Pedang. Jadi cukup dekat hubunganku dengan bibi gurumu itu, Baraka."Pendekar tampan angguk-anggukkan kepala. Senyumnya kian mekar berseri menggoda hati para prajurit di pinggiran ruang pertemuan itu. Pendekar Kera Sakti merasa lega dan bangga bisa bertemu dengan Ratu Asmaradani, yang dalam urutan silsilah termasuk orang yang patut dihormati dan dilindungi, sebab adik dari gurunya sendiri. Tetapi Baraka diam-diam menyimpan keheranan kecil."Tentunya dia punya ilmu tinggi. Tapi mengapa dia tak bisa selesaikan persoalannya sendiri? Mengapa harus meminta bantuan padaku?"Kemudian Baraka pun bertanya, "Jadi, bagaimana aku harus memanggilmu, Nyai Ratu? Bibi atau....""Terserah kau. Bukan panggilan hormatmu yang kubutuhkan, tapi kesaktianmu yang kuharapkan bisa menolongku.""Boleh aku tahu apa kesulitanmu, Nyai Ratu?""Beberapa waktu yang lalu, seorang lelaki berilmu tinggi dapat masuk ke negeri ini. Ia mengaku
"Gusti Ratu kami mempunyai ilmu 'Latar Bayangan' yang membuat semua pemandangan di sini seperti pemandangan di permukaan pulau," kata Kelana Cinta."Apakah di sini juga ada siang dan malam?""Ya. Kami juga mengenal siang dan malam, tapi kami tak punya matahari dan rembulan," jawab Rindu Malam."Hanya orang berilmu tinggi dan mempunyai kepekaan indera keenam saja yang bisa sampai di tempat kami ini. Tetapi jika kau tinggal di sini, kau akan dibekali ilmu tersendiri yang bisa membuatmu keluar masuk ke negeri kami, seperti contohnya ilmu yang kugunakan membawamu kemari tadi," kata Kelana Cinta."Seandainya ada...." Kelana Cinta tak jadi teruskan kata, ia melihat seorang wanita berjubah perak muncul di serambi istana. Wanita berambut pendek itu membungkukkan badannya, memberi hormat kepada Baraka.Maka Kelana Cinta berkata, "Sebaiknya kita segera masuk ke istana. Pendeta Agung Dewi Rembulan sudah mempersilakan kita untuk menghadap sang Ratu.""O
"Aneh sekali!" gumam Baraka sambil memandang pulau gundul yang seolah-olah tempat pengasingan amat menyedihkan. Tak ada tonggak, tak ada pohon, tak ada atap, tak ada apa-apa. Tentu saja Pendekar Kera Sakti bingung mencari di mana negeri Samudera Kencana itu.Rindu Malam membawa Baraka persis ke tengah pulau. Kelana Cinta segera lakukan gerakan aneh. Kedua tangannya direntangkan, lalu mengeras, dan bergerak saling mendekat di depan dada. Kedua tangan itu saling bertemu, tapi hanya ujung telunjuk dan ujung jempolnya saja yang bertemu, jari lainnya menggenggam rapat. Kelana Cinta memusatkan pikirannya, mengerahkan tenaga untuk keluarkan kekuatan aneh dari ujung pertemuan dua telunjuk tersebut.Kejap berikut, ujung telunjuk itu lepaskan selarik sinar warna-warni, bagaikan sinar pelangi. Sinar itu melesat tanpa putus, mengarah ke tanah cadas berumput laut. Sinar itu bergerak sesuai dengan langkah kaki Kelana Cinta yang mengelilingi tubuh Rindu Malam dan Baraka. Sinar warna-
"Memang... memang hanya salah paham saja."Baraka tertawa, tapi Rindu Malam dan Sumbaruni saling lirik penuh hasrat untuk saling menyerang. Hasrat itu sama-sama mereka tahan supaya tidak membuat si pendekar tampan besar kepala, karena merasa diperebutkan.Tiba-tiba sekelebat bayangan datang dari arah belakang Sumbaruni. Bayangan itu tahu-tahu sudah berwujud di depan mereka, membuat Sumbaruni dan Baraka sedikit tercengang melihat penampilan seorang tokoh tua berambut panjang abu-abu, berbadan kurus dan berjubah putih kusam. Orang itu bukan orang tua yang bertarung aneh di puncak bukit seberang tadi, melainkan seorang tokoh tua yang amat dikenal Baraka dan Sumbaruni. Dia adalah Raja Maut, tokoh beraliran putih yang tidak sempat hadir dalam pertemuan di Bukit Kayangan untuk membicarakan pelaku pembunuhan Ki Empu Sakya."Sumbaruni, syukurlah kau bisa kutemui di sini!" kata Raja Maut."Ada apa, Prasonco?" tanya Sumbaruni menyebutkan nama asli Raja Maut.