Share

1003. Part 18

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 01:04:18

"Duduklah, tak ada bahaya apa-apa," kata Embun Salju. "Aku hanya ingin mengatakan, bahwa aku telah menemukan kuncinya!"

"Kunci apa maksudmu, Nyai?"

"Kunci membuka jalan ke tempat penyimpanan pusaka itu!"

"Pembuka jalan!" gumam Baraka heran. "Apakah ada jalan menuju ke suatu tempat yang dipakai menyimpan pusaka itu?"

"Tidak begitu maksudku, Baraka! Tapi kunci itu menunjukkan di mana pusaka tersimpan."

"Menurutmu di mana?"

"Di purnama...! Ya, seperti malam sekarang ini adalah malam bulan purnama, Baraka!"

"Jadi kau menyuruhku terbang ke bulan untuk mengambil pusaka itu, Nyai?"

"Bukan itu maksudku?" kata Embun Salju, ia berdiri menandakan sangat gembira karena telah menemukan kunci tersebut. Ia berjalan mendekati tempat duduk Baraka dan berdiri di depan pemuda tampan itu, sehingga pemuda tersebut sedikit mendongak memandangnya.

"Coba ulangi pesan Padmanaba padamu!"

Baraka mengulangi ucapan Ki Padmanaba, "Selamatkan p

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   1004. Part 19

    Zingng...!Benda itu melintas tepat didepan mata Pendekar Kera Sakti. Andai Pendekar Kera Sakti tidak menarik kepala ke belakang, maka ia akan menjadi sasaran senjata rahasia tersebut."Aaaa...!"Baraka terkejut mendengar suara pekik manusia di sebelah kanannya. Padahal benda itu muncul dan berkelebat dari samping kirinya. Rupanya benda itu mengenai orang yang sedang mengangkat pedangnya dan ingin menebaskan pedang itu ke punggung Baraka. Jaraknya hanya tiga langkah dari tempat Baraka membungkuk tadi.Orang yang masih diam mengangkat pedang ke atas dalam keadaan tertancap senjata rahasia berbentuk bintang segi enam di tengah jidatnya itu, bukan orang yang dikenal oleh Baraka. Usianya sekitar empat puluh sampai lima puluh tahun, bertubuh sedikit gemuk, berkumis tebal, berwajah sangar. Dari wajahnya dan keadaannya yang ingin membunuh Baraka dari belakang itu sudah bisa disimpulkan, dia orang jahat yang layak menerima senjata rahasia itu.Brukk...!

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Pendekar Kera Sakti   1005. Part 20

    Kotak itu berwarna coklat muda, ukurannya sedikit lebih kecil dari ukuran kotak besinya. Baraka segera mengambil kotak kayu cendana itu. Namun tiba-tiba kaki Kirana segera menendangnya kuat-kuat.Wuttt...!Behgg...! Pendekar Kera Sakti terpental jatuh ke samping. Tendangan itu cukup kuat dan membuat Baraka tak bisa bernapas sesaat. Setelah bisa bernapas, Pendekar Kera Sakti pun berdiri secepatnya dan memandang Kirana yang masih menggenggam pedang dengan kedua tangannya. Pedang itu menyilang di depan dada, sedikit miring ke kanan."Mengapa kau menyerangku, Kirana?""Karena kau ceroboh, Baraka!""Ceroboh bagaimana!""Kotak kayu itu jangan sekali-kali kau sentuh!""Apa sebabnya!"Dengan nada pelan, Kirana menjawab, "Kotak itu dilumuri racun yang amat berbahaya! Siapa menyentuhnya dia akan mati dan mayatnya pun akan beracun. Siapa menyentuh mayatnya juga akan mati dan begitu seterusnya. Satu orang yang menyentuh kotak itu, bisa lim

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Pendekar Kera Sakti   1006. Bangkitnya Nini Pasung Jagat

    KETIKA berusia delapan tahun, gadis kecil yang bernama Kirana hidup bersama kedua orangtuanya dan lima kakak perempuannya. Sebetulnya ia mempunyai enam saudara, satu kakaknya laki-laki berusia sepuluh tahun. Tapi kakak lelakinya itu sejak bayi sudah dipungut oleh bibinya, sehingga gadis kecil Kirana hanya mengenal kelima kakak perempuannya. Gadis ini tergolong gadis yang nakal dan bandel. Sering ia mengganggu kakak-kakaknya hingga mereka menangis, atau marah dan memukulnya. Dan jika sudah begitu, gadis kecil Kirana dihajar oleh orangtuanya. Kadang ia dihukum dengan tidak di beri makan sehari penuh, tapi kenakalannya membuat ia pandai mencuri makanan dan menghabiskan persediaan makanan, sehingga kakak-kakaknya tidak mendapat bagian makanan. Hukuman yang paling sering ia lakukan adalah dikurung di atas loteng, pintu loteng ditutup dari luar dan setelah matahari mau tenggelam, barulah ia dilepaskan.Sekalipun ia sering dihukum oleh orangtuanya dengan dimasukkan ke dalam loteng d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Pendekar Kera Sakti   1007. Part 2

    Ketika ia menginjak usia lima belas tahun, Ki Padmanaba menitipkan Kirana untuk belajar ilmu silat kepada seorang kenalannya yang berjuluk Punding Sunyi. Selain Ki Padmanaba tidak ingin menurunkan ilmunya kepada siapa pun kecuali kepada cucunya Ekayana, penitipan Kirana kepada Nyai Punding Sunyi itu juga dilakukan untuk menghindari perselisihan yang sering terjadi antara Kirana dengan Ekayana. Kedua anak itu sering bertengkar dan Ki Padmanaba dibuat kewalahan. Sekalipun demikian, Kirana tetap merasa berhutang budi kepada Ki Padmanaba. Sesekali ia sering berkunjung kekediaman Ki Padmanaba untuk menerima wejangan tentang hidup di permukaan bumi ini. Atau kadang-kadang Ki Padmanaba yang menengok Kirana di Perguruan Mawar Seruni sambil membawa oleh-oleh cerita tentang orang-orang sakti dan pusaka-pusakanya.Setelah ia berusia dua puluh lima tahun, dendam itu mulai meletup-letup lagi di dalam dadanya. Sepuluh tahun ia menempuh ilmu dan berguru kepada Nyai Punding Sunyi, cukup suda

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Pendekar Kera Sakti   1008. Part 3

    Kirana mengakhiri cerita hidupnya dengan air mata mengering di pipinya. Terangnya sinar bulan malam itu membuat Baraka melihat jelas bekas-bekas air mata yang mengering di pipi. Terharu juga hati Baraka mendengar kisah hidup gadis cantik yang luput dari korban pemerkosaan orang-orang kejam itu."Sekarang, setelah kematian Pranawijaya, lengkap sudah aku hidup sebatang kara di muka bumi ini, Baraka! Sendiri, tanpa Ayah, tanpa Ibu, tanpa kakak, tanpa adik, tanpa saudara, juga tanpa kekasih!"Baraka meraih gadis itu dan memeluknya ke dada. Sikap itu membuat Kirana semakin trenyuh dan menghiba tangisnya. Pendekar Kera Sakti mengusap-usap rambut gadis itu seraya berkata, "Hidup itu mahal, Kirana! Hidup itu harus ditebus dengan pengorbanan, bukan hanya pengorbanan harta dan nyawa, tapi juga jiwa dan perasaan! Kita satu nasib, Kirana! Kita sama-sama sebatang kara di pemukaan bumi ini. Pada usia sepuluh tahun pula aku kehilangan anggota keluargaku yang dibantai oleh seseorang.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Pendekar Kera Sakti   1009. Part 4

    "Kirana, udahan belum?""Udahan apa?" Kirana sedikit terkejut."Cubitnya!?""Mau diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi?"Kirana bisa merasakan desiran darah di wajahnya.“Ke tempat tingkat yang lebih tinggi?"Jauh di lubuk hatinya, ia merasa jengah. Membayangkan dirinya, seorang gadis, yang notabene masih benar-benar gadis, main peluk-cium dengan seorang laki-laki yang memang ia kagumi sejak awal meski belum kenal begitu lama. Tapi dalam benaknya mendorong untuk menerima tawaran itu.Kapan lagi waktu yang lebih baik untuk mengenal seorang lelaki selain di rumah dan di ranjang?"Nggak mau. Ya udah ... " Baraka berkata selembut mungkin, pura-pura menekan nada kecewa dalam suaranya. Wah ... buaya darat juga dia!-o0o-Sebelum fajar menyingsing di ufuk timur, kuil Elang Putih dihebohkan oleh datangnya seorang petugas penguburan mayat Nini Pasung Jagat. Orang itu bernama Minarsih, yang berangkat ke Pu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Pendekar Kera Sakti   1010. Part 5

    Embun Salju manggut-manggut. Kemudian ia berkata kepada Minarsih, "Bagaimana luka-lukamu" Masih terasa sakit?""Hanya perih sedikit, Guru!""Itu berarti sebentar lagi lukamu akan sembuh, bibirmu yang robek akan mengering Dan..., sebaiknya keluarlah dulu. Aku mau bicara berdua dengan Dewi Anjani.""Baik, Guru!"Di luar, Minarsih kembali bercerita dengan penuh semangat dan berapi-api. Beberapa temannya mengerumuni, termasuk Jongos Daki yang merasa tertarik dengan berita aneh tersebut. Jongos Daki menyimak tiap kata yang diucapkan Minarsih, seolah-olah mencatatnya dalam otak.Sementara itu, di dalam ruang penyembuhan, Embun Salju bertanya kepada Dewi Anjani, "Apa yang kau maksud dengan ketidakberesan Minarsih tadi?""Dia mengarang sebuah cerita seru untuk menutupi sesuatu yang belum jelas kita ketahui!""Minarsih berbohong kepada kita?""Betul, Guru!""Tidak mungkin!" bantah Embun Salju. "Minarsih bicara apa adanya. Aku mel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Pendekar Kera Sakti   1011. Part 6

    Mereka segera bergegas mencari tempat berlindung. Sebongkah batu karang besar menjadi sasaran berlindung mereka. Mata mereka memandang ke arah sebatang pohon berdaun merah kehitaman. Dari bawah pohon itulah Mahasi melihat sinar merah tadi menyerang mereka. Jika ia tidak menendang Dewi Anjani, maka Dewi Ajani akan menjadi bubuk seperti perahu tersebut."Siapa yang menyerang kita!" tanya Dewi Anjani dengan tegang karena amarahnya menjadi meluap namun tertahan di dalam dada."Entah! Tak kulihat manusianya. Aku hanya melihat sinar merah yang melesat dari bawah pohon itu!""Pancinglah dengan pukulan jarak jauhmu! Saran Dewi Anjani.Mahasi segera berdiri dan melepaskan pukulan jarak jauhnya yang memancarkan sinar kuning panjang berkelebat bagai bintang jatuh dari langit.Wuuuttt...! Blarrr...!Tanah di bawah pohon besar berdaun merah kehitaman itu menyembur ke atas dalam satu ledakan. Pohon besar itu berguncang, daunnya yang keringpun berguguran.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

  • Pendekar Kera Sakti   1248. Part 15

    RESI Wulung Gading mengatakan, bahwa Seruling Malaikat tidak mempunyai kelemahan. Satu-satunya cara menghadapi Seruling Malaikat adalah, "Jangan beri kesempatan Raja Tumbal meniup Seruling itu!"Pendekar Kera Sakti punya kesimpulan, "Harus menyerang lebih dulu sebelum diserang. Karena jika Raja Tumbal diserang lebih dulu, maka ia tidak punya persiapan untuk meniup serulingnya. Syukur bisa membuat dia tidak punya kesempatan untuk mengambil pusaka itu!Itu berarti Baraka harus lakukan penyerangan mendadak ke Lumpur Maut. Padahal ia tidak mengetahui di mana wilayah Lumpur Maut. Maka, hatinya pun membatin, "Aku harus minta bantuan Angin Betina! Di mana perempuan itu sekarang?"Pendekar Kera Sakti dihadapkan pada beberapa persoalan yang memusingkan kepala. Pertama, ia harus mencari di mana Angon Luwak, agar Pedang Kayu Petir yang ada di tangan anak itu tidak jatuh ke tangan orang sesat. Kedua, ia harus temukan Delima Gusti dan memberi tahu tentang siasat Raja Tumbal

  • Pendekar Kera Sakti   1247. Part 14

    Diamnya Baraka dimanfaatkan oleh Angin Betina untuk berkata lagi, "Aku suka padamu, dan berjanji akan melindungimu!""Berani sekali kau berkata begitu padaku. Apakah kau tak merasa malu, sebagai perempuan menyatakan isi hatimu di depanku?""Aku lebih malu jika kau yang menyatakan rasa suka padaku lebih dulu!""Aneh!" Baraka tertawa, tapi tiba-tiba Angin Betina menyentak lirih, "Jangan tertawa!""Kenapa" Aku tertawa pakai mulutku sendiri!""Tawamu makin memancing gairahku," jawabnya dalam desah yang menggiring khayalan kepada sebentuk kehangatan. Baraka hanya tersenyum, matanya sempat melirik nakal ke dada Angin Betina. Perempuan itu pun berkata lirih lagi, "Jangan hanya melirik kalau kau berani! Lakukanlah! Tunjukkan keberanianmu sebagai seorang lelaki yang mestinya mampu tundukkan wanita sepertiku!"Baraka kian lebarkan senyum dan menggeleng. "Tidak. Anggap saja aku pengecut untuk urusan ini! Selamat tinggal!"Zlaaap...! Weesss...!

  • Pendekar Kera Sakti   1246. Part 13

    "Apa bahaya itu?""Mereka terancam oleh orang-orang Lumpur Maut."Baraka berkerut dahi secepatnya. "Raja Tumbal, maksudmu?""Ya. Raja Tumbal bermaksud menaklukkan kedua biara itu, sebab kedua biara itu dianggap perguruan yang berbahaya jika sampai bersatu. Selama ini kedua biara itu tidak bisa bersatu karena ada perbedaan pendapat mengenai aliran kepercayaan mereka. Ancaman dari Raja Tumbal itulah yang membuat mereka harus bisa mendapatkan Pedang Kayu Petir, sebab mereka tahu bahwa Raja Tumbal telah memiliki pusaka Seruling Malaikat.""Bukankah Pedang Kayu Petir sudah ada di tangan Raja Tumbal?"Angin Betina gelengkan kepala dengan tenang."Tidak mungkin, sebab jika Raja Tumbal sudah memiliki pedang yang asli, tentunya kedua biara sudah diserangnya, negeri Muara Singa sudah direbutnya, dan negeri-negeri lain sudah ditumbangkannya. Sampai sekarang Raja Tumbal belum mau bergerak, sebab ia punya firasat munculnya pedang maha sakti itu. Ia harus

  • Pendekar Kera Sakti   1245. Part 12

    Tak ada jawaban. Ilmu ‘Ilmu Menyadap Suara Angin’ digunakan. Ternyata memang tak ada suara siapa-siapa ditempat itu. Akhirnya Baraka duduk di salah satu tepi danau itu."Ke mana anak itu? Jika tak ada di sini, berarti dia berlari dan bersembunyi di tempat lain. Tapi di mana kira-kira? Haruskah kutanyakan kembali kepada Sabani, kakaknya? Ah, capek kalau harus bolak-balik ke sana."Sesaat kemudian di hati Pendekar Kera Sakti timbul kecemasan yang samar-samar. "Jangan-jangan dia terperosok di jurang sebelah timur tadi? Ah, mudah-mudahan tidak demikian. Biarlah kedua pendeta bodoh itu yang terperosok di jalanan tepi jurang timur itu. Kalau tidak terperosok pasti mereka sudah mengejar dan menemukanku di sini. Seandainya mereka menemukanku di sini dan menyerangku, apakah aku harus melumpuhkan mereka?"Pikiran Baraka sempat melayang-layang tak tentu arah. Tapi segera dikembalikan pada pokok persoalannya, ia masih merasa tak habis pikir, mengapa ked

  • Pendekar Kera Sakti   1244. Part 11

    Jaaab...!Tanah keras itu merekah, dari rekahannya keluar asap putih dan cahaya sinar biru membara di dalamnya. Kejap berikutnya tanah itu kembali utuh, namun rumput-rumputnya rontok dan mengering kecoklatan."Mana dia tadi?" Pendeta Jantung Dewa mencari-cari Baraka tanpa menengok kepada kakaknya. Pendeta Mata Lima juga menengok ke sana-sini dan begitu menengok ke belakang terpekik kaget."Hahhh...!"Wajahnya lucu. Wajah tua berkumis dan berwibawa itu membelalakkan mata dan melebarkan mulut karena kaget. Bahkan tubuhnya sempat terlonjak satu tindak ke samping. Tapi wajah itu buru-buru dibuat tenang dan berwibawa, walau yang terlihat adalah wajah menahan rasa malu dan jengkel. Sedangkan Pendeta Jantung Dewa tetap tenang memandangi Baraka yang tersenyum geli melihat kelucuan wajah Pendeta Mata Lima itu."Hebat sekali kau bisa hindari jurus 'Jala Surga'-ku," kata Pendeta Jantung Dewa sambil manggut-manggut."Tapi dapatkah kau tetap bertahan den

  • Pendekar Kera Sakti   1243. Part 10

    Baraka ingin berkecamuk lagi di dalam hatinya, tapi ia batalkan karena kecamuknya akan diketahui oleh Pendeta Mata Lima. Kini ia bahkan berkata dengan tegas dan lebih bersikap berani."Eyang-eyang Pendeta, saya mohon maaf tidak bisa membantu maksud Eyang. Jadi, izinkan saya lewat tanpa ada sikap memaksa!""Tidak bisa!" si Mata Lima berkata dengan tegas juga. "Kami tak bisa lepaskan orang yang tahu tentang pedang itu! Dengan menyesal dan sangat terpaksa, aku harus tunjukkan padamu bahwa kami benar-benar membutuhkannya!""Apa maksud kata-katanya?" pikir Baraka setelah mereka bertiga sama-sama diam. Tapi mata Baraka segera melihat bahwa tasbih hitam yang ada di tangan Pendeta Mata Lima itu diremas-remas semakin kuat.Remasan itu kepulkan asap putih, dan tiba-tiba Baraka rasakan perutnya bagai dipelintir sekuat tenaga, hingga akhirnya ia jatuh terbanting."Uuhg...!"Bruuk...!"Gila! Rupanya dia telah serang diriku dengan kekuatan batinnya

  • Pendekar Kera Sakti   1242. Part 9

    "Sangat kebetulan sekali kita bertemu di sini, Baraka," kata si Jantung Dewa. "Sesungguhnya adalah hal yang paling sulit menemui Pendekar Kera Sakti yang sedang banyak dibicarakan oleh kalangan tokoh tua belakangan ini.""Apakah Eyang berdua memang bermaksud menemui saya?""Tidak utama!" sahut Mata Lima. Kata-kata selanjutnya diteruskan oleh si Jantung Dewa, "Yang paling utama adalah melacak benda pusaka itu.""Benda pusaka apa maksudnya?"Pendeta Mata Lima yang sebenarnya hanya punya dua mata, empat dengan mata kaki itu, segera menjawab dengan suaranya yang agak besar dan berwibawa, "Sebagai pendekar yang sedang kondang namanya, tentunya kau sudah mengerti pusaka yang kami maksudkan. Tak perlu lagi berlagak bodoh di depan kami. Kau punya pikiran dan angan-angan yang dipenuhi oleh pusaka itu.""Pedang maha sakti itu, maksudnya?""Nah, kau sudah menjawab pertanyaanmu sendiri, Anak Muda!"Tak ada gentar bagi Pendekar Kera Sakti menatap

  • Pendekar Kera Sakti   1241. Part 8

    "Tidak ada, Kang Pendekar! Ibu saya juga bilang belum lihat dia pulang.""Wah, ke mana anak itu, ya?" gumam Baraka."Coba biar saya yang cari, Kang. Kang Pendekar diam di sini dulu."Sabani sangat menghormati kedatangan Baraka, sehingga tak segan-segan bergerak cepat ke rumah teman-teman adiknya. Beberapa saat kemudian ia kembali dengan tangan hampa dan napas terengah-engah pertanda habis lari."Tidak ada, Kang! Semua rumah temannya sudah saya sambangi tapi Angon Luwak tidak ada di sana. Malah beberapa temannya bilang, Angon Luwak habis membunuh Saladin! Saya jadi takut, Kang!""Tidak. Angon Luwak tidak sejahat itu. Apakah kau tidak bertemu Saladin?""Bertemu! Lalu saya tanya, 'Apakah kau tadi dibunuh sama Angon Luwak"', dan Saladin bliang; 'tidak'. Lalu saya pikir, benar juga. Kalau dia sudah dibunuh pasti dia tidak bisa menjawab 'tidak'."Baraka tersenyum tipis, tertawa pendek dalam gumam. Lalu ia berkata, "Kalau begitu biar kucari

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status