Pendapat tiga anak buah Wadungsarpa ternyata benar. Orang yang mereka bicarakan terlihat berjalan dari kejauhan menuju pendapa kalurahan. Dialah pendekar muda yang bernama Sanggariwut. Berwajah cukup tampan, berbadan tinggi besar, mengenakan pakaian hitam dipadu dengan warna jingga. Beberapa waktu yang lalu Sanggariwut berada di Penginapan Melati Jingga. Dia bersenang-senang dengan seorang perempuan. Dia melepaskan kepenatan hidup di penginapan itu dengan ditemani perempuan cantik. Sanggariwut bergegas ke Jenggalu setelah masa bersenang-senangnya cukup.Sanggariwut merasa kali ini sudah cukup bisa menikmati kesenangan surga dunia. Pada kesempatan lain akan dia nikmati lagi kalau nanti berhasil melaksanakan tugas dari Wadungsarpa. Sanggariwut belum tahu sepenuhnya tugas dari Wadungsarpa. Namun, apa pun tugasnya, Sanggariwut akan melaksanakan sebaik-baiknya.Begitu sampai di depan Wadungsarpa, pendekar muda itu langsung menunduk hormat. Wadungsarpa dan ketiga pembantu setia membalas de
Sanggariwut telah bersiap diri. Dalam hati bertekad untuk membela Wadungsarpa dengan taruhan nyawa. Bagi Sanggariwut, Wadungsarpa sosok paman, sosok setara orang tua yang mesti dibela mati-matian. Bukan sekadar kata-kata, tapi kalau dibutuhkan bukan hanya membela mati-matian, tetapi mati yang sebenarnya. Sanggariwut tidak ragu-ragu mengorbankan jiwa untuk membentengi Wadungsarpa dan Jenggalu. Wadungsarpa menghela napas panjang. Dia sangat kesal dan panik setelah mendengar laporan anak buahnya tadi. Wadungsarpa merasa kesal atas kebodohan anak buahnya yang tidak mengenali orang yang datang ke Jenggalu. Wadungsarpa panik karena secara naluri dirinya menduga akan terjadi sesuatu di luar rencana. Rasa panik Wadungsarpa bertambah-tambah manakala pendapa kalurahan kedatangan lima prajurit berkuda. Dilihat dari pakaian yang disandang, mereka berasal dari Pulungpitu. mereka prajurit gagah perkasa dari Kerajaan Pulungpitu! “Sudah kuduga,” gumam Sanggariwut, “yang datang prajurit dari Pulungp
Jurus pertama yang digunakan Sanggariwut memadukan pukulan dan tendangan. Cepat sekali pukulan atau tendangan membuat Bremara kerepotan untuk menangkis. Atau kadang-kadang menghindar. Suatu saat tangan kanan Sanggariwut bergerak hendak memukul, tapi Bremara berhasil menangkis. Bahkan berhasil mengunci kedua tangan lawan.Sanggariwut tak kehabisan akal. Dia menggunakan kedua kaki untuk menendang dada lawan sambil bersalto ke belakang. Membuat Bremara terlempar ke belakang, sehingga Sanggariwut lepas dari kuncian.Saat Bremara dalam keadaan terdorong ke belakang, Sanggariwut tak menyia-nyiakan kesempatan. Dia mengejar lawan untuk menggedor dadanya dengan pukulan beruntun!Tubuh Senapati Kerajaan Pulungpitu terbanting ke bumi. Beberapa kejap dia seperti tak sadarkan diri. Barulah kemudian Bremara terlihat berusaha bangun dengan pandangan mata berkunang-kunang. Dalam hati Bremara mengakui bahwa lawannya memang punya ilmu silat tingkat tinggi yang sulit ditandingi.“Pendekar muda ini benar
Benturan dua senjata sakti menimbulkan suara keras mirip ledakan. Terlihat kobaran api setelah terjadi benturan sangat keras antara tombak sakti dengan cambuk sakti. Sanggariwut terlempar tinggi ke udara, sedangkan Bremara terhempas ke belakang beberapa tombak. Pada saat itu juga senjata bremara terubah ke bentuk semula. Menjadi tongkat pendek kembali. ‘Cambuk Sanggariwut benar-benar punya kekuatan dahsyat,’ kata Bremara dalam hati. ‘Kalau aku tak siap dengan tenaga dalam, mungkin sudah terlempar jauh ke belakang. Selain senjata saktinya sangat membahayakan bagi lawan, Sanggariwut juga memiliki ilmu silat tinggi. Dia juga dikenal dengan julukannya yang menggemparkan dunia persilatan. Jurus Ular Api Neraka, itu julukan yang membuat banyak pendekar takluk, dikalahkan, atau pun tewas di tangan Sanggariwut.’ Sementara itu tubuh Sanggariwut menghantam wuwungan pendopo kalurahan. Banyak genting bertebaran disertai suara berderak. Selama beberapa saat dia berdiri di atas wuwungan sambal mem
Walau hati kesal pada Kaliswaja dan Kaliswesi, tapi Keksi Anjani berusaha untuk menahan diri. Berusaha supaya kemarahannya meledak. Karena Keksi Anjani menyadari bahwa saat dirinya marah, maka kegagalan untuk mengetahui keberadaan Suro Joyo, ada di depan mata.“Mereka memang laki-laki brengsek yang suka mempermainkan orang lain yang sedang kebingungan dan butuh bantuan,” gumam Keksi Anjani. “Tapi aku juga menyadari bahwa aku butuh bantuan mereka. Aku harus sabar dan bisa menahan diri supaya tidak marah dan ngamuk-ngamuk. Kalau sampai aku marah dan ngamuk-ngamuk, aku tidak akan bisa mendapatkan petunjuk untuk menemukan orang yang sedang kucari.”Kaliswesi senyum-senyum sambil memperhatikan tubuh Keksi Anjani dari atas sampai bawah. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Setelah mengetahui kecantikan dan kemulusan tubuh Keksi Anjani, Kaliswesi berdecak kagum.”Mau tanya apa, Putri Siluman Alan Waru yang cantik dan bertubuh memukau?” Kaliswesi bertanya sambal memata hijau. ”Apa kamu ingin
“Rasakan akibatnya kalau suka meremehkan wanita,” gumam Keksi Anjani ketika melihat Kaliswesi berjalan sempoyongan. “Kalau mereka bicara secara baik-baik dan memberitahu tentang Pulungpitu, maka tidak perlu aku menggunakan kekerasan untuk memaksa mereka buka mulut.”Keksi Anjani kembali menyabetkan selendangnya ke arah kepala Kaliswaja. Kaliswaja tidak ingin mengalami nasib seperti adiknya. Dia melesat ke udara. Kedua kakinya meniti selendang secara cepat. Kaki kanan Kaliswaja menendang pelipis Keksi Anjani. Pendekar wanita itu terpelanting ke kanan dan mengeluarkan sedikit darah di sudut bibirnya.Walau bibirnya sedikit berdarah, Keksi Anjani masih tetap tegar. Dia menyabetkan selendangnya pada lawan yang sedang menapakkan kaki di bumi. Kaliswaja menangkap ujung selendang Keksi Anjani. Namun Keksi Anjani secara cepat menarik selendang menggunakan kekuatan tenaga dalam tingkat tinggi. Dia menyambit tubuh lawan dengan tendangan berantai pad
“Ini dulunya rumah siapa?” tanya Keksi Anjani sambil duduk di sudut ruang.“Entah ya, aku tidak tahu. Hanya saja, kalau dalam perjalanan dan kemalaman, jauh dari penginapan, aku kadang tidur di sini,” Sanggariwut memberi penjelasan. Penjelasan sebatas yang dia ketahui.“Sebenarnya ini rumah mewah, tapi kelihatannya sudah lama ditinggalkan pemiliknya.”“Iya, benar. Ini dulunya memang rumah yang mewah. Aku pernah lihat rumah ini pada saat masih bagus.”“O…, jadi kamu pernah tahu keadaan rumah ini saat masih bagus?”Hari menjelang malam, mereka masih asyik berbicara.Sanggariwut berdiri menuju ke kamar lain. Dia mengambil kasur kumal. Kasur kusam itu digelar di lantai. Keduanya kembali duduk di lantai dengan beralaskan kasur itu.”Tunggu di sini, aku akan cari ketela dari kebun penduduk dan kayu bakar!” kata Sanggariwut. Dia sege
”Perasaanku akhir-akhir ini jadi gelisah, kang,” Nyi Lasih mengeluarkan uneg-unegnya. Dia mengungkapkan persoalan yang selama ini masih terpendam di dalam sanubari. Belum ada kesempatan untuk diungkapkan kepada suami.”Mengapa resah? Bukankah desa kita aman-aman saja?” tanya Miguna sedikit heran. Tak biasanya istrinya bersikap begitu. Nyi Lasih biasanya selalu tenang menghadapi situasi apa pun.”Tentunya Kakang sudah tahu keadaan Pulungpitu sekarang ini. Di desa-desa yang berada di wilayah Pulungpitu terjadi banyak kejadian yang meresahkan. Pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan bentuk-bentuk kejahatan yang merusak serta menghancurkan apa saja, terjadi hampir setiap hari di desa-desa yang berbeda. Belum lama ini lurah Desa Putuk dibunuh oleh gerombolan manusia yang entah datangnya dari mana. Kemarin Desa Kinangkaning yang bersebelahan denghan desa kita terjadi perampokan di hampir seluruh wilayah desa. Dan pada saat ber