Benturan dua senjata sakti menimbulkan suara keras mirip ledakan. Terlihat kobaran api setelah terjadi benturan sangat keras antara tombak sakti dengan cambuk sakti. Sanggariwut terlempar tinggi ke udara, sedangkan Bremara terhempas ke belakang beberapa tombak. Pada saat itu juga senjata bremara terubah ke bentuk semula. Menjadi tongkat pendek kembali. ‘Cambuk Sanggariwut benar-benar punya kekuatan dahsyat,’ kata Bremara dalam hati. ‘Kalau aku tak siap dengan tenaga dalam, mungkin sudah terlempar jauh ke belakang. Selain senjata saktinya sangat membahayakan bagi lawan, Sanggariwut juga memiliki ilmu silat tinggi. Dia juga dikenal dengan julukannya yang menggemparkan dunia persilatan. Jurus Ular Api Neraka, itu julukan yang membuat banyak pendekar takluk, dikalahkan, atau pun tewas di tangan Sanggariwut.’ Sementara itu tubuh Sanggariwut menghantam wuwungan pendopo kalurahan. Banyak genting bertebaran disertai suara berderak. Selama beberapa saat dia berdiri di atas wuwungan sambal mem
Walau hati kesal pada Kaliswaja dan Kaliswesi, tapi Keksi Anjani berusaha untuk menahan diri. Berusaha supaya kemarahannya meledak. Karena Keksi Anjani menyadari bahwa saat dirinya marah, maka kegagalan untuk mengetahui keberadaan Suro Joyo, ada di depan mata.“Mereka memang laki-laki brengsek yang suka mempermainkan orang lain yang sedang kebingungan dan butuh bantuan,” gumam Keksi Anjani. “Tapi aku juga menyadari bahwa aku butuh bantuan mereka. Aku harus sabar dan bisa menahan diri supaya tidak marah dan ngamuk-ngamuk. Kalau sampai aku marah dan ngamuk-ngamuk, aku tidak akan bisa mendapatkan petunjuk untuk menemukan orang yang sedang kucari.”Kaliswesi senyum-senyum sambil memperhatikan tubuh Keksi Anjani dari atas sampai bawah. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Setelah mengetahui kecantikan dan kemulusan tubuh Keksi Anjani, Kaliswesi berdecak kagum.”Mau tanya apa, Putri Siluman Alan Waru yang cantik dan bertubuh memukau?” Kaliswesi bertanya sambal memata hijau. ”Apa kamu ingin
“Rasakan akibatnya kalau suka meremehkan wanita,” gumam Keksi Anjani ketika melihat Kaliswesi berjalan sempoyongan. “Kalau mereka bicara secara baik-baik dan memberitahu tentang Pulungpitu, maka tidak perlu aku menggunakan kekerasan untuk memaksa mereka buka mulut.”Keksi Anjani kembali menyabetkan selendangnya ke arah kepala Kaliswaja. Kaliswaja tidak ingin mengalami nasib seperti adiknya. Dia melesat ke udara. Kedua kakinya meniti selendang secara cepat. Kaki kanan Kaliswaja menendang pelipis Keksi Anjani. Pendekar wanita itu terpelanting ke kanan dan mengeluarkan sedikit darah di sudut bibirnya.Walau bibirnya sedikit berdarah, Keksi Anjani masih tetap tegar. Dia menyabetkan selendangnya pada lawan yang sedang menapakkan kaki di bumi. Kaliswaja menangkap ujung selendang Keksi Anjani. Namun Keksi Anjani secara cepat menarik selendang menggunakan kekuatan tenaga dalam tingkat tinggi. Dia menyambit tubuh lawan dengan tendangan berantai pad
“Ini dulunya rumah siapa?” tanya Keksi Anjani sambil duduk di sudut ruang.“Entah ya, aku tidak tahu. Hanya saja, kalau dalam perjalanan dan kemalaman, jauh dari penginapan, aku kadang tidur di sini,” Sanggariwut memberi penjelasan. Penjelasan sebatas yang dia ketahui.“Sebenarnya ini rumah mewah, tapi kelihatannya sudah lama ditinggalkan pemiliknya.”“Iya, benar. Ini dulunya memang rumah yang mewah. Aku pernah lihat rumah ini pada saat masih bagus.”“O…, jadi kamu pernah tahu keadaan rumah ini saat masih bagus?”Hari menjelang malam, mereka masih asyik berbicara.Sanggariwut berdiri menuju ke kamar lain. Dia mengambil kasur kumal. Kasur kusam itu digelar di lantai. Keduanya kembali duduk di lantai dengan beralaskan kasur itu.”Tunggu di sini, aku akan cari ketela dari kebun penduduk dan kayu bakar!” kata Sanggariwut. Dia sege
”Perasaanku akhir-akhir ini jadi gelisah, kang,” Nyi Lasih mengeluarkan uneg-unegnya. Dia mengungkapkan persoalan yang selama ini masih terpendam di dalam sanubari. Belum ada kesempatan untuk diungkapkan kepada suami.”Mengapa resah? Bukankah desa kita aman-aman saja?” tanya Miguna sedikit heran. Tak biasanya istrinya bersikap begitu. Nyi Lasih biasanya selalu tenang menghadapi situasi apa pun.”Tentunya Kakang sudah tahu keadaan Pulungpitu sekarang ini. Di desa-desa yang berada di wilayah Pulungpitu terjadi banyak kejadian yang meresahkan. Pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan bentuk-bentuk kejahatan yang merusak serta menghancurkan apa saja, terjadi hampir setiap hari di desa-desa yang berbeda. Belum lama ini lurah Desa Putuk dibunuh oleh gerombolan manusia yang entah datangnya dari mana. Kemarin Desa Kinangkaning yang bersebelahan denghan desa kita terjadi perampokan di hampir seluruh wilayah desa. Dan pada saat ber
Miguna tersenyum. Wajahnya menampakkan ketenangan orang yang sudah kenyang makan asam garam dunia persilatan. Kenyataan seperti ini sudah diperhitungkan. Semalam dirinya sengaja tetap berada di atas pohon untuk beristirahat.Dia sudah memperhitungkan tentang para pengejarnya yang menunggu di bawah pohon sampai hari terang. Ketika dirinya turun dari pohon, lalu Taskara dan anak buahnya muncul, Miguna tidak merasa kaget.Sebagai bekas prajurit kerajaan, Miguna hafal seluk-beluk peperangan, termasuk mengintai lawan yang bersembunyi. Untuk mengintai lawan yang bersembunyi, dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi.Rupanya Taskara, Bendo, dan Resak sangat sabar menunggu di bawah pohon. Walau mereka tidak tahu di mana tepatnya keberadaan Miguna, tetapi tetap sabar. Dia sabar menunggu di sekitar tempat Miguna ‘menghilang’. Barulah pagi hartinya mereka melihat gerakan Miguna turun dari pohon yang tinggi dan sangat rindang.&l
“Huahahahaha…, kamu akan modar kena pedangku, Tua Bangka!” Bendo berkata disertai hati gembira. “Jadi orang tua jangan macam-macam pada anak muda! Jadi orang tua sebaiknya ikut saja apa kata kami yang muda-muda ini. Kalau kami ikut Ki Luar Wadungsarpa, kamu mestinya ikut juga. Bukan berlagak seperti pahlawan kesiangan dengan membela Raja Sandimaya yang sewenang-wenang pada rakyatnya.”Miguna hanya diam mendengar ejekan Bendo. Dia menahan rasa sakit akibat luka senjata lawan. Daripada menanggapi ejekan Bendo, lebih baik mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.Sekarang Miguna terdesak. Dia ternyata tidak sanggup menandingi ketiga pengeroyoknya. Tiga orang antek Wadungsarpa itu benar-benar memiliki tenaga luar biasa karena masih muda usia. Taskara, satu di antara tiga orang ituSelama ini Miguna yakin bahwa semua masalah ada solusinya. Namun, kali ini Miguna serasa menemui jalan buntu. Dalam situasi saat ini, Miguna dia
Suro Joyo tersenyum mendapat pertanyaan dari Miguna. Sebenarnya Suro Joyo sudah bosan mendapatkan pertanyaan yang itu-itu terus. Namun dirinya tidak mungkin tidak memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan Miguna.”Sebenarnya aku tidak ingin menjadi raja karena merasa tidak mampui mengemban kewajiban sebagai seorang raja,” jawab Suro Joyo. “Daripada nanti menyengsarakan rakyat, lebih aku tetap sebagai rakyat jelata. Biar orang lain yang benar-benar mampu, yang jadi raja, bukan diriku.””Eh..., maaf Kisanak Suro, aku kok jadi bingung. Kisanak Suro mengatakan, tidak ingin jadi raja, maksudnya bagaimana ini? Aku yang sudah tua ini benar-benar tidak paham.”Kembali Suro Joyo tersenyum. Dia perhatikan wajah Miguna yang polos, lugu, tidak mengada-ada, dan tampil apa adanya. Suro Joyo yakin, orang seperti Miguna ini tidak bisa bersandiwara, berpura-pura, atau pun melakukan sesuatu yang berkebalika